Ciuman Mendadak

Edgar menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan Alana. Pria itu kembali mendekati Alana. Dengan menarik napas dalam-dalam Edgar menatap Alana sembari berkata "Aku ingin kau menjadi istriku"

Mata Alana melebar, dulu ia pernah bermimpi bahkan sangat menginginkan seorang pangeran melamarnya seperti ini. Tapi tidak seperti ini yang Alana harapkan. Jika di lamar seseorang akan menjadi momen romantis, beda dengan sekarang, semua ini sangat membingungkan.

"Apa ini hobimu ?, Melamar seseorang yang baru saja kau temui. Kita bahkan tidak saling mengenal"

Edgar menatap Alana dengan jengkel.

"Dengarkan aku dulu !" Pinta Edgar.

"Ok" balas Alana, ia tetap duduk disana untuk mendengarkan setiap kata yang akan Edgar ucapkan.

"Aku berasal dari keluarga kaya, bahkan harta keluargaku tidak akan habis tujuh turunan" kata Edgar dengan sombongnya, membuat Alana memutar matanya malas.

"Kedua orang tua saya sangat menginginkan saya menikah dengan gadis yang baik, supaya saya bisa mengurus bisnis keluarga. Jika saya menolak mereka akan memberikannya pada orang lain" sambung Edgar lagi.

Alana menatap raut wajah Edgar yang berubah begitu kesal, Alana terkekeh geli melihat nya.

"Lalu kenapa kamu memilih ku ?, Aku yakin kamu punya pacar" tanya Alana penasaran.

Edgar menyeringai kemudian kembali berkata "Kalau soal pacar jangan tanyakan hal itu, aku bahkan memilikinya lebih dari satu. Tapi masalahnya kedua orang tuaku tidak menyetujui jika aku menikahi salah satu dari mereka" jawab Edgar kemudian.

Mendengar hal itu rasanya Alana ingin sekali menampar pipi Edgar. Pria itu begitu percaya diri dan menganggap para wanita menyukai dirinya.

"Kedua orang tuaku belum pernah bertemu dengan mu, jadi pasti orang tuaku akan menyetujui jika aku menikahi kamu" sambung Edgar lagi.

Alana menatap Edgar serius, selama ini ia pikir orang tua seperti itu hanya ada di dunia novel yang sering ia baca. Tapi nyatanya itu benar-benar ada. Dan sayangnya Alana akan menghadapi semua itu.

"Lalu apa yang aku lakukan ?" Tanya Alana hati-hati

"Tidak banyak" jawab Edgar membalas tatapan Alana "Kamu harus menikah dengan ku, dan setelah satu tahun kita akan bercerai" lanjut Edgar lagi.

Alana menatap Edgar terperangah, menikah memang impiannya, tapi ia tidak pernah bermimpi menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Apalagi ia menikah hanya dalam satu tahun. Bukankah itu terlalu menyakitkan untuk nya.

Rasanya Alana ingin menolak, tapi hatinya mengatakan tidak saat pikirannya mengingat pengobatan sang ibu. Mungkin Edgar bisa membantu masalahnya saat ini.

"Ok, aku mau menikah dengan mu" balas Alana dengan suara pelan "Tapi aku punya satu syarat, kamu harus membayar ku setiap minggu, kalau kamu gak mau, maka aku tidak mau menikah dengan mu"

Kali ini Edgar yang menatap Alana. "Aku pikir kau wanita baik-baik, tapi ternyata kau sama saja dengan wanita di luar sana, yang kehabisan uang untuk membeli barang-barang mahal" kata Edgar meremehkan.

Alana langsung menoleh dengan cepat, hampir saja ia menampar pipi pria itu. Untung Alana berhasil menahan diri untuk tak melakukannya.

"Jangan sembarangan berkata, jika kau tak mengetahui apa-apa" kata Alana dingin

Alana berdiri dan berlalu pergi dari hadapan Edgar. Ia merutuki kebodohannya karena meladeni pria sombong dan brengsek seperti Edgar.

Melihat Alana pergi, Edgar langsung menyusul.

"Beri aku nomor ponselmu ! Dan kamu juga harus menyimpan nomorku" ucap Edgar menghentikan langka Alana.

Tanpa banyak bertanya Alana langsung memberikan nomor ponselnya, ia juga menyimpan nomor ponsel Edgar.

"Dimana rumahmu ? Aku akan mengantarmu" ucap Edgar.

"Tidak usah aku bisa pulang sendiri" balas Alana yang masih meragukan Edgar.

"Kita perlu saling mengenal sebelum aku membawamu kerumah untuk di perkenalkan dengan kedua orang tuaku" jelas Edgar.

Alana menarik napas dalam, ia akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju kalau ia mau di antar pulang oleh Edgar.

"Kamu tunggu disini ! Aku ambil mobil dulu" ucap Edgar.

Alana menatap kepergian Edgar, hingga tak berapa lama sebuah mobil mewah berwarna merah berhenti di hadapannya. Edgar menurunkan kaca jendela mobil.

"Ayo masuk !" Pinta Edgar.

Sepanjang perjalanan Alana hanya diam, ia bicara hanya untuk menunjukan arah jalan kerumahnya. Hingga tiba di depan rumah sederhana kening Edgar mengkerut.

"Kamu tinggal disini ?" Tanya Edgar

Alana tak menjawab karena ia merasa itu bukanlah hal penting, tentu saja Alana tinggal disana karena untuk tinggal di lingkungan mewah ia tak memiliki banyak uang.

Dulu saat sang Ayah masih hidup. Alana dan ibunya bisa tinggal di tempat yang lumayan bagus. Tapi semenjak Ayahnya meninggal semuanya berubah.

Alana membuka pintu mobil lalu turun tanpa mengucapkan apa-apa pada Edgar. Tak Alana sangka kalau Edgar akan mengikutinya sampai rumah, Alana memelototi Edgar membuat pria itu mengangkat bahu seraya berkata-.

"Masih banyak yang harus aku jelaskan padamu, contohnya memberi tahu mu kalau kita harus berpura-pura saling mengenal, dan saling mencintai"

Rasanya Alana ingin sekali memukul pria itu, ia tak bisa menahan nya lagi "Ok aku mengerti, jadi sekarang pergilah !" Ucap Alana sambil menyilangkan kedua lengannya dan menatap Edgar.

"Iya aku akan pergi, tapi besok kita harus bertemu lagi untuk menyusun rencana. Kamu juga harus bertemu dan berkenalan dengan teman-temanku"

Alana berpikir dua kali, detak jantungnya berdetak sangat kencang. Telapak tangannya berkeringat, Edgar pasti bisa melihat ketakutan dimata Alana. Pria itu seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan. Kepala Alana mengangguk dengan pelan kemudian berjalan menuju pintu.

"Apa kamu tidak ingin memberiku ciuman selamat tinggal" ucap Edgar berhasil menghentikan langkah Alana.

Wanita itu kembali menoleh dan hendak memaki pria itu, tapi Edgar langsung mendaratkan sebuah ciuman di bibir Alana, membuat wanita itu membulatkan kedua matanya dengan sempurna.

Setelah mencium bibir Alana, pria itu menatap Alana sambil menyeringai. Satu pukulan yang cukup keras Alana berikan.

"Dasar pria gila, brengsek !" Umpat Alana sambil meludah ke sembarang arah, ia langsung masuk kedalam rumah dan membanting pintu dengan kuat.

Alana bersandar di pintu, detak jantungnya semakin kencang.

Edgar terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang di banting cukup keras, ia mengakui kebodohannya karena mencium Alana tanpa aba-aba. Wajar jika wanita itu marah padanya.

Tapi saat Edgar menatap bibir Alana, ia tak bisa menahan diri untuk tak menciumnya. Alana begitu cantik, dia berbeda dari para wanita yang selama ini Edgar pacari.

Pria itu kembali ke mobilnya, ia berharap Alana tidak akan membatalkan ucapannya tadi. Karena jika Alana menolak Edgar bingung harus mencari wanita baik kemana lagi.

"Huh, kenapa aku tidak bisa menahan diri saat melihat bibirnya"

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantap 👍👍👍👍

2022-12-07

0

Eza Azyla

Eza Azyla

bagus ceritanya kak daubel up dong kak

2022-12-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!