Kita belum selesai

Ben langsung melerai kedua orang yang terus terusan saling memukul tanpa henti.

Ia kemudian memegang lengan Leon mencoba menghentikan sahabatnya untuk memukul Zidan, begitu juga dengan Saila. Ia dengan cepat menahan tubuh Zidan ketika Ben sudah menahan Leon.

Leon masih berusaha untuk maju memukul Zidan, begitu pun dengan Zidan yang tidak terima perbuatan Leon pada Saila.

“Hentikan!” teriak Ben ketika ia tidak tahan melihat kedua orang itu berkelahi. “Apa yang kalian permasalahkan di tempat ramai seperti ini?” tanya Ben dengan suaranya yang terdengar keras.

“Dia sudah berani menghalangiku,” Balas Leon dengan marah menatap Zidan.

“Anda yang duluan mencari masalah. Anda sudah berani melecehkan tunanganku!” teriak Zidan dengan sangat marah.

Ben menatap sahabatnya. “Leon ... apa benar yang dia katakan?” tanya Ben dengan serius.

“Aku tidak melecehkannya. Gadis yang di sana adalah pacarku!” tegasnya.

“Pacarmu,” Balas Ben sambil melihat Leon. Ia terlihat heran mendengar perkataan sahabatnya itu.

Leon kembali bicara. “Dia adalah gadis yang pernah kuceritakan padamu,” ucap Leon.

Ben kemudian melihat ke arah Saila, menatapnya dengan seksama.

"Nona, apa Anda benar - benar tidak mengenali dia?" tanya Ben. Ia tahu kalau Leon orang yang tidak suka berbohong.

"Maaf ... tuan, tapi aku benar tidak mengenali dia. Ini pertama kalinya aku melihatnya," jawab Saila dengan serius.

"Kau dengar sendiri kan. Tunanganku tidak mungkin berbohong. Temanmu lah yang mabuk," sambung Zidan dengan ekspresinya yang masih kesal.

Ben tidak bisa menanyakan apa - apa lagi pada Saila ketika gadis itu menyangkal Leon.

“Saya mohon maaf tuan, nona. Mungkin teman saya sedang mabuk, dan tidak bisa mengenali orang dengan baik.” Ben dengan terpaksa harus meminta maaf atas yang terjadi pada Saila dan Zidan, meskipun ia sedikit ragu dengan ucapan Saila. Ia sangat mempercayai perkataan Leon, namun ia tidak bisa memaksa Saila untuk mengakui Leon sebagai pacarnya.

Leon langsung menatap tajam sahabatnya saat ia mendengar permintaan maaf Ben pada Saila dan Zidan.

“Kau bilang aku sedang mabuk!”

Ben mendekatkan kepalanya. “Tenanglah dulu. Kita biarkan mereka pergi. Semua orang di Restoran ini melihat keributan kalian.” Bisiknya di telinga Leon.

Ia mencoba menenangkan sahabat karibnya terlebih dahulu , meskipun ia mempercayai Leon.

Leon tampak diam setelah mendengarkan ucapan Ben dengan ekspresi yang masih terlihat marah. Ia sangat marah melihat Saila dekat dengan seorang laki - laki, apalagi mengaku sebagai tunangannya.

Ben kembali fokus pada Zidan.

“Kami minta maaf atas apa yang terjadi pada tunangan Anda. Ini hanya salah paham tuan. Teman saya sudah salah mengenali orang,” jelas Ben sambil menatap Zidan, kemudian beralih menatap Saila. " Maaf nona, ini hanya salah paham. Saya harap nona bisa mengerti."

"Tidak masalah tuan, saya maafkan," Balas Saila sambil tersenyum.

“Huh ... lain kali jaga teman Anda. Jangan sampai mengganggu para gadis yang dia temui,” ucap Zidan. Ia kemudian membalikkan badannya untuk pergi dari sana. Ia langsung menggandeng bahu Saila pergi dari tempat itu. “Ayo ....”

Saat itu, Ben hanya tersenyum mengangguk mendengar ucapan Zidan tanpa membalas ucapannya lagi, sedangkan Leon tak berhenti melihat Saila yang sudah berjalan meninggalkan tempatnya tadi. Hatinya sangat sakit melihat gadis kecil itu berjalan bersama laki - laki lain, tepat di depan matanya.

Sesaat setelah Zidan dan Saila pergi, Ben kembali menatap sahabatnya di sana.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu. Kenapa dia bilang kau melecehkan tunangannya. Kau bukan orang yang seperti itu Leon?” tanya Ben yang ingin tahu masalah sebenarnya.

“Gadis itu adalah Sila, orang yang aku cintai.”

“Gadis yang meninggalkanmu saat kau ingin melamarnya,” tanya Zidan kembali.

“Eem.”

"Gadis yang tadi." Ben kembali memperjelas apa yang ia dengar dari mulut Leon.

"Benar," jawab Leon.

“Ini pertama kalinya aku melihat gadis yang selalu kau ceritakan padaku. Tapi, kenapa dia tidak mengenalimu?” tanya Ben yang semakin penasaran.

“Itu yang ingin kutanyakan, tapi pria tadi tiba - tiba saja datang memukulku. Aku ingin menanyakan semua padanya. Kenapa dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apa – apa? Apa perkataan Alexa benar, kalau dia tidak sanggup bersamaku karena dia tahu aku miskin?”

“Bukannya kau pernah bilang, kalau gadismu itu menerimamu apa adanya. Kenapa hal itu bisa dia jadikan alasan kepergiannya?” tanya Ben yang merasa aneh dengan alasan kepergian Sila. "Sebaiknya kau jangan mempercayai Alexa sebelum kau menanyakan sendiri pada Sila."

“Makanya aku sampai mencarinya ke negara ini. Aku ingin menanyakan sendiri padanya.”

“Jadi ... gadis yang tadi, memang benar gadismu yang sering kau cari selama satu tahun ini,” tanya Ben.

“Benar, itu dia," Balas Leon sambil menatap serius Ben. "Sekarang aku tahu, kenapa dia meninggalkanku satu tahun yang lalu. Itu pasti karena laki – laki tadi. Dia sampai bilang kalau dia tidak mengenaliku. Brengsek.” lanjutnya.

Ben menghela nafasnya dengan kasar, kemudian bicara pada Leon. “Itu sudah resiko karena kau memacari gadis muda kawan,” ucap Ben sambil menepuk nepuk bahu temannya.

Leon langsung menatapnya tajam. “Apa kau sedang mengejekku? Apa salahnya kalau aku menyukainya?”

“Oke ... oke, cinta tidak salah. Semuanya benar,” jawab Ben sambil menaikkan kedua tangannya di depan Leon, kemudian menurunkan kembali tangannya, menatap serius Leon. “Tapi yang menjadi masalah sekarang, bagaimana kau bisa menemuinya. Dari yang aku lihat kalau gadismu itu selalu di temani lelaki yang bersamanya tadi. Apalagi laki – laki tadi adalah tunangannya?”

“Kalau dia tidak mau menemuiku maka aku akan memaksanya sampai aku bertemu dengannya. Dia sudah berani bermain – main denganku,” jawab Leon dengan ekspresi dinginnya.

“Tenanglah, kita sebaiknya kembali ke apartemenmu dulu. Kau harus tenangkan dirimu.”

Ben langsung melingkarkan tangannya di bahu temannya, menggandengnya di sana untuk pergi dari tempatnya itu.

Ketika Ben dan Leon berjalan keluar, melewati meja dimana Saila berada tadi. Leon terus menatapnya, pandangannya tajam melihat Saila duduk dekat dengan Zidan.

"Kau bersenang - senang dengan orang lain. Kau tahu kalau kita belum selesai. Beraninya kau mempermainkanku Sila." Dalam hati Leon.

Saat itu, Saila sempat melihat Leon, mereka saling bertatapan sejenak yang membuat Saila merasa tidak nyaman dengan tatapan yang di tunjukkan Leon padanya. Seakan mengisyaratkan kalau Leon belum selesai berurusan dengannya.

Begitu ketakutannya Saila saat itu. Ia sangat bingung mengingat tingkah Leon tadi yang memaksa menciumnya. Seketika ia memegang bibir manisnya saat mengingat kejadian itu.

Ia memejamkan matanya di sana, menghela nafasnya dengan kasar. Ia sangat kesal karena ciuman pertamanya diambil oleh orang aneh yang baru ia temui.

"Semoga saja aku tidak pernah bertemu dengan om - om aneh itu. Mengingatnya saja membuatku jijik. Walau pun aku bilang memaafkannya, tapi kalau aku mengingatnya lagi membuatku kesal. Harusnya ciuman pertamaku kuberikan pada Kak Zidan. Huh ...." Dalam hati Saila.

.

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Maulina Kasih

Maulina Kasih

harusnya saila udah paham klo leon bersikeras itu kmungkinan yg dimaksud kekasihny adalah saudara kembarnya sila....

2021-05-10

0

Disifa

Disifa

Like💕💕

2021-04-04

0

Sondangcesilia Siregar

Sondangcesilia Siregar

penasaran

2021-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bertemu Orang Aneh
3 Kita belum selesai
4 Pria mesum
5 Bagai pinang di belah dua
6 Gadis yang tidak berharga
7 Salah Besar
8 Aku Ingin kuliah diluar negri
9 Gelisah
10 Bertemu kembali
11 Hasil tes pack
12 Tolong terima aku
13 Masalah tes pack
14 Datang sendiri
15 Restu dari Bima
16 Pertemuan orang tua
17 Pesta Pernikahan
18 Canggung
19 Kembali ke Kediaman Mahesa
20 Bingkai foto
21 Pengakuan Saila tentang Zidan
22 Tidur satu ranjang
23 Siapa Alexa?
24 Membuatnya mengerti
25 Penyesalan Sila
26 Visual
27 Rasa Penasaran Sila
28 Pemandangan Langka
29 Kenapa dia masih marah?
30 Ciuman permintaan maaf
31 Banyak maunya
32 Pendapat Riana
33 Kenapa aku sedih melihatnya?
34 Aku bisa memberikanmu senyuman
35 Aku saudara iparmu
36 Tanganmu ini bisa mengobatiku
37 Aku tidak mau pisah denganmu
38 Jangan membuatku takut
39 Aku seperti orang bodoh dimatamu
40 Datang menjenguk Saila
41 Aku mau minum teh susu buatanmu ...
42 Harus tersenyum bahagia di depannya
43 Aku menyukainya
44 Makan malam keluarga
45 Aku bersedia
46 Dia mencintaimu
47 Aku mencintaimu
48 Menyentuhnya dengan kelembutan
49 Kau cuma boleh genit didepanku
50 Ungkapan perasaan Zidan
51 Mencoba gaun pesta
52 Pertengkaran Sila dan Alexa
53 Kepanikan Leon
54 Amarah Leon
55 Ocehan Tuan Bima
56 Belum bisa melupakannya
57 Terbongkarnya hubungan Sila dan Leon
58 Kekecewaan Yasmin
59 Aku tidak akan pergi
60 Berpisah untuk sementara
61 Pria Misterius
62 Kenapa orang itu ada disini?
63 Menyelinap masuk
64 Melepas Rindu
65 Tinggal di Kediaman Mahesa
66 Masa lalu yang kelam
67 Pertunangan Sila dan Zidan
68 Lelaki tidak waras
69 Apa yang terjadi pada Sila?
70 Kondisi Sila
71 Flasback Sila dan David
72 Liburan ke pantai
73 Aku tidak bisa memberikannya apa - apa
74 Aku mencintaimu dengan tulus
75 Kau cemburu
76 Kejutan Lamaran
77 Bibirmu lebih nikmat dari rasa es krimnya
78 Curhatan Sila
79 Kepanikan Leon
80 Jawaban Sila
81 Keinginan Saila
82 Melahirkan
83 Tingkah Nakal Zidan
84 Hari Pernikahan Sila dan Zidan
85 Malu - malu
86 Rencana Saila
87 Bertukar posisi
88 Permainan berakhir
89 Terima kasih
90 Info Dari Ben
91 Info novel Ben
92 Info Novel Baru di NovelToon
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog
2
Bertemu Orang Aneh
3
Kita belum selesai
4
Pria mesum
5
Bagai pinang di belah dua
6
Gadis yang tidak berharga
7
Salah Besar
8
Aku Ingin kuliah diluar negri
9
Gelisah
10
Bertemu kembali
11
Hasil tes pack
12
Tolong terima aku
13
Masalah tes pack
14
Datang sendiri
15
Restu dari Bima
16
Pertemuan orang tua
17
Pesta Pernikahan
18
Canggung
19
Kembali ke Kediaman Mahesa
20
Bingkai foto
21
Pengakuan Saila tentang Zidan
22
Tidur satu ranjang
23
Siapa Alexa?
24
Membuatnya mengerti
25
Penyesalan Sila
26
Visual
27
Rasa Penasaran Sila
28
Pemandangan Langka
29
Kenapa dia masih marah?
30
Ciuman permintaan maaf
31
Banyak maunya
32
Pendapat Riana
33
Kenapa aku sedih melihatnya?
34
Aku bisa memberikanmu senyuman
35
Aku saudara iparmu
36
Tanganmu ini bisa mengobatiku
37
Aku tidak mau pisah denganmu
38
Jangan membuatku takut
39
Aku seperti orang bodoh dimatamu
40
Datang menjenguk Saila
41
Aku mau minum teh susu buatanmu ...
42
Harus tersenyum bahagia di depannya
43
Aku menyukainya
44
Makan malam keluarga
45
Aku bersedia
46
Dia mencintaimu
47
Aku mencintaimu
48
Menyentuhnya dengan kelembutan
49
Kau cuma boleh genit didepanku
50
Ungkapan perasaan Zidan
51
Mencoba gaun pesta
52
Pertengkaran Sila dan Alexa
53
Kepanikan Leon
54
Amarah Leon
55
Ocehan Tuan Bima
56
Belum bisa melupakannya
57
Terbongkarnya hubungan Sila dan Leon
58
Kekecewaan Yasmin
59
Aku tidak akan pergi
60
Berpisah untuk sementara
61
Pria Misterius
62
Kenapa orang itu ada disini?
63
Menyelinap masuk
64
Melepas Rindu
65
Tinggal di Kediaman Mahesa
66
Masa lalu yang kelam
67
Pertunangan Sila dan Zidan
68
Lelaki tidak waras
69
Apa yang terjadi pada Sila?
70
Kondisi Sila
71
Flasback Sila dan David
72
Liburan ke pantai
73
Aku tidak bisa memberikannya apa - apa
74
Aku mencintaimu dengan tulus
75
Kau cemburu
76
Kejutan Lamaran
77
Bibirmu lebih nikmat dari rasa es krimnya
78
Curhatan Sila
79
Kepanikan Leon
80
Jawaban Sila
81
Keinginan Saila
82
Melahirkan
83
Tingkah Nakal Zidan
84
Hari Pernikahan Sila dan Zidan
85
Malu - malu
86
Rencana Saila
87
Bertukar posisi
88
Permainan berakhir
89
Terima kasih
90
Info Dari Ben
91
Info novel Ben
92
Info Novel Baru di NovelToon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!