Bukan demi kamu, saya hidup, dengan menelan semua air mata.
Bukan demi kamu, saya hidup dengan mulut yang tertutup seakan bisu.
Di dalam hati, pijar cinta akan terus menyala.
Namun, bukan untuk dirimu.
Demi mereka, ya ... semua demi mereka.
Dua malaikat kecil pengobat luka dan nestapaku.
Kehidupan ini telah membawa rentetan kejadian masa lalu.
Kenangan itu tak tertandingi di sekeliling kita sekarang ini.
Tanpa perlu bertanya, saya menerima begitu banyak jawaban.
Lihatlah pada apa yang saya inginkan, dan apa yg pada gilirannya saya akan terima.
Satu hal, satu masa.
Aku pasti akan menerima semua dengan lapang dada.
Satu hal, satu masa.
Apa yang kau tabur itu yang kau tuai pula.
Masa lalu, sejatinya bukan untuk di lupa.
Namun, tidak juga lantas membuat kita terpuruk selamanya.
Yakinlah, suatu saat kesabaran akan berbuah manis.
By: Me
___________________________
"Dimas."
Tuk tuk tuk.
"Dimas Anggara!"
"Siap pak!" Pria yang di sebut namanya sontak bangun dari lamunannya. Ia tersentak kaget, dan bertingkah absurd.
"Hadehh, yu lagi mikir apa? Ai lagi bahas projek film yang akan turun syuting bukan depan!" Seorang pria dengan hidung mancung besar khas India, terlihat kesal. Karena sejak tadi ia macam berbicara dengan tembok.
Pria tampan yang berkulit langsat ini, belum pernah tak profesional seperti ini. Dimas justru terkenal sebagai sutradara termuda yang tengah di perhitungkan kredibilitas kerjanya.
Karena, rata-rata film yang ia direct akan menjadi salah satu film yang epik dan terlihat lebih mahal. Dimas, memiliki feel dan angle yang tak di miliki oleh sutradara lain. Pemuda berusia dua puluh tujuh tahun ini, pernah menuntut ilmu perfilman di salah satu universitas luar negeri.
Dimas terlahir di keluarga yang bisa dibilang serba kecukupan. Karena kepintaran setelah beruntungnya, maka Dimas mendapatkan beasiswa dari universitas yang ia inginkan.
Sebenarnya, sang ayah menolak impian serta cita-citanya yang ingin menjadi sutradara terhebat. Membuat berbagai film bermutu dan keren.
Namun, karena sang ayah lelah mendapati penolakan demi penolakan dari Putra keduanya ini. Maka, ia pun terkesan membebaskan atau bisa dibilang masa bodo.
Beberapa tahun lalu, Dimas sempat di tarik untuk menangani projek film Hollywood. Namun, Dimas ingin memajukan industri perfilman di negaranya sendiri. Ia merasa harus memenuhi panggilan tanggung jawab dalam memberikan tontonan yang bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga dapat menjadi sebuah tuntunan.
Sebab, itu ia mengambil ranah religi, romance dan komedi. Ternyata, tanpa ia sangka, pertemuan tak terduga itu terjadi lagi. Ketika dirinya tengah menangani sebuah projek film yang diadaptasi dari novel religi best seller.
Siapa sangka, jika teman sekolahnya yang selalu ia ganggu yang kini menjadi penulis terkenal itu. Bukan hanya itu yang membuatnya tak habis pikir. Gadis berkepang dua yang sering mojok untuk menulis dan sering ia curi hasil tulisannya itu, ternyata telah menikah dan memiliki dua orang anak yang sangat pintar dan menggemaskan.
Dimas, sangat menyukai anak kecil. Bahkan, ia sering mengajak para keponakannya untuk menginap di rumah pribadinya. Ia sangat senang jika rumahnya yang sepi ramai suara anak-anak kecil. Ia merasa hidup sebagai manusia jika seperti itu.
"Maaf, Mr. Sanjeev. Saya kurang berkonsentrasi. Saya, tidak akan mengulangi hal ini lagi. Tapi, saya mau mohon ijin ke toilet sebentar untuk mendinginkan wajah dan kepala saya, permisi." Tanpa menunggu persetujuan sang produser, Dimas tetap berlalu melaksanakan keinginannya.
Dirinya agak tidak suka ketika harus bekerja sama dengan produser pelaksana yang cerewet seperti itu. Ingin hasil film bagus, akan tetapi perhitungan sangat ketika mengeluarkan dana. Ia juga ingin beberapa bagian dari novel asli diganti.
Dimas tentu saja tidak setuju. Sebab, itu akan merusak cerita hingga akhir. Menurut Dimas, cerita aslinya tidak perlu di remake atau di modifikasi lagi. Karena struktur plot dan alurnya sudah sangat kuat.
"Ck. Kenapa dia main pergi saja, he. Ini tak betul. Jika bukan lantaran tangannya yang mampu membuat film ini menjadi epik bahkan masuk blockbuster movie, tentu Ai tidak menggunakan jasanya. Pria sok pintar, dan sok religius!" Pria berusia empat puluh dua tahun ini. Dengan kontur wajah tirus mata besar yang sayu serta kulit sawo matang. Terlihat terus-menerus, menggerutu.
Dirinya, tidak suka dibantah. Dan, Dimas adakah tipikal orang yang akan mengatakan apa yang tidak sesuai di depan, siapapun itu orangnya. Suka maka ia akan katakan suka, jika buruk maka ia akan katakan buruk.
"Hei, Dim. Udah kelar lu rapat ama, si mister Bros?"
"Bisa ganti produser gak sih kita."
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Uyhull01
boleh ganti aj🤭
2023-01-22
1
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
sabar..dimas..😂🤭
2022-12-24
1
Yunia Afida
bulan depan jadi bukan depan
2022-12-07
1