Sasa langsung berdiri ketika melihat Samuel keluar dari masjid. "Udah? Mau langsung pulang?" tanya Sasa menyambut kedatangan laki-laki berwajah dingin itu.
"Hm," gumam Samuel duduk di teras depan untuk memasang sepatu yang dia kenakan.
Laki-laki berwajah dingin itu ikut berdiri setelah selesai. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya dia memberanikan diri mengenggam tangan Sasa, membuat gadis cantik itu tersenyum lebar.
"Suka deh," celetuk Sasa.
Keduanya berjalan beriringan seraya bergandengan tangan. Sesekali Sasa menoleh untuk menatap wajah pacarnya yang memasang wajah datar.
Meski begitu Sasa sangat bahagia karena setelah sekian lama terus bersama, akhirnya Samuel mengatakan bahwa dia suka padanya meski tidak ada kesan romantis sama sekali.
Sa, gue suka sama lo. Apa kita bisa pacaran?
Sasa diam-diam tersenyum ketika mengingat kata-kata itu keluar dari mulut Samuel, sungguh pacarnya sangat mengemaskan.
"Kenapa senyum-senyum, lo kesambet?" tanya Samuel di jawab gelengan oleh Sasa.
"Nggak, senang aja bisa jalan-jalan sore sambil pengangan tangan." Sasa menatap Samuel terang-terangan. "El tadi ada ustad yang nanya sama aku, katanya kok nggak sholat? Terus aku jawab, aku non-muslim," curhatnya dengan bibir melengkung ke bawah. "Memangnya non- muslim nggak bisa duduk di teras masjid?"
"Kenapa Nggak? Semua orang bisa masuk kecuali ada niatan mengacaukan," jawab Samuel.
Langkah laki-laki wajah dingin itu berhenti ketika sampai di depan pagar. "Masuk gih, belajar yang rajin biar pintar!" perintah Samuel melepaskan genggaman tangannya. Tidak lupa dia mengusap rambut Sasa sekilas.
"Iya, dah mas Pacar." Sasa melambaikan tangannya.
Samuel hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia segera memasang helm full face miliknya setelah memastikan Sasa memasuki rumah. Untung saja dia memarkirkan motor di depan pagar jadi tidak perlu masuk lagi.
Terlebih Samuel melihat mobil Sagara terparkir rapi. Walau mendapat restu, keduanya memang sudah tidak akur sebab Sagara tidak suka Samuel yang notabenenya anggota geng motor.
Samuel melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata, kali ini tidak mampir kemanapun karena sudah mengembalikan mobil Keenan sebelum mengunjungi Sasa tadi.
Hembusan nafas kasar Samuel keluarkan setelah sampai di mansion milik orang tuanya. Karena tidak ada siapa-siapa, dia langsung saja menuju kandang jack.
"Jack!" panggil Samuel. Seakan mengerti, Jack menghampiri Samuel, keduanya terhalang besi yang sangat kuat, hingga hanya tangannya yang bisa masuk untuk mengelus.
"Sudah diberi daging?" tanya Samuel pada penjaga sekaligus pawang Harimau yang sesungguhnya.
"Sudah Den."
Samuel mengangguk mengerti. Segera memasuki ruang utama mansion seraya melepas jaket di tubuhnya. Lagi dan lagi dia mampir ke ruangan lain sebelum menuju kamar.
Dia membuka pintu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara. Laki-laki wajah dingin itu hanya ingin memastikan kondisi seseorang.
"Kamu nggak mau nyapa Oma?"
Samuel menghembuskan nafas panjang, niat hati hanya mengintip malah ketahuan. Mau tidak mau dia segera menghampiri wanita yang sudah sangat tua. Tentu saja, karena wanita itu adalah Oma papinya.
"Oma." Samuel mencium punggung tangan Oma Jelita yang duduk di kursi roda bersama tiang infus.
Oma Jelita mengelus punggung kekar Samuel dengan tangan bergetar. "Semoga Oma masih bisa liat kamu menikah seperti Alana Nak," lirihnya.
"Pastilah, kenapa nggak."
"Kamu menerima perjodohan orang tua kamu? Setidaknya oma masih bisa liat kamu tunangan sebelum pergi." Oma Jelita tersenyum setelah Samuel berdiri.
"Oma ngelantur, El cape." Samuel segera meninggalkan ruangan Omanya karena tidak suka dengan pembahasan wanita tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Aminah Adam
lanjuut thor
2022-12-27
0
Kendarsih Keken
Segala sesuatu ada pertimbangan nya El , jangan sampai menyesal di kemufian hari
2022-12-22
0
Ana
orang tua pasti memilih jodoh yang terbaik buat anaknya
2022-12-06
0