Kebab

Malam ini keluarga Pak Jaya dibuat pusing dengan tangisan Kayla. Bagaimana tidak, bocah itu memanggil-manggil nama Mama yang ditujukan ke Nida. Setelah bangun tidur Kayla langsung mencari keberadaan Nida dan terpaksa Bu Jaya berbohong kalau Mamanya alias Nida sedang pergi keluar sebentar. Namun sayangnya Kayla yang tidak bisa di bohongi tetap mencari-cari Nida hingga berujung kerewelan panjang.

"Hua.. Mama mana.. Mama mana? Napa ndak puyang-puyang." Kayla memberontak di gendongan Davin, meminta untuk bertemu dengan Nida.

"Sayang, Mama sedang keluar kita tunggu sebentar oke. Tadi juga sudah Om telfon." Bohong Davin sambil membujuk Kayla yang menangis sesenggukan.

Pak Jaya yang tidak mengerti pun bertanya kepada istrinya.

"Mama siapa Bu, yang disebut Kayla?" Tanya pria paruh baya itu.

"Nida, Yah. Anaknya Bu Ami, tadi siang dia kemari ngantar kue pesanan ibu. Tapi tiba-tiba cucu kita memanggilnya Mama begitu saja, Kayla juga manja sekali saat Nida ada di sini." Jawab Bu Jaya.

"Mama.. hua.. Mama.." Kayla belum berhenti menangis dan semakin mengamuk.

Davin yang menggendongnya menjadi kewalahan bahkan Kayla juga memukuli wajah tampannya.

"Jangan gini sayang, Om kesakitan nih." Ucap Davin sambil menjauhkan tangan Kayla di wajahnya.

"Aila mau Mama.. hiks.. Aila mau Mama..." Rontanya terus-menerus.

"Iya, tapi berhenti dulu nangisnya." Bujuk Davin sekali lagi.

Kedua orang tua Davin tidak tega, dari tadi tangisan cucunya tak kunjung reda sampai suara Kayla menjadi serak.

"Bu, lebih baik kita ke rumahnya Pak Arif saja. Kita pertemukan Kayla dengan Nida. Ayah tidak tega Bu lihat cucu kita saat ini." Putus Pak Jaya.

Setelah kepergian sang putra dan sang menantu satu tahun lalu, baru kali ini Kayla menangis kejer bahkan mereka semua tidak sanggup menenangkannya.

Davin yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas. Sekarang keponakannya ini sangat tergantung dengan gadis itu. Sihir apa yang ada di diri Nida sehingga Kayla tak bisa berpaling darinya.

"Iya Yah, Ibu setuju. Kita kesana kalau gitu. Ibu juga tidak tega." Sahut Bu Jaya.

"Cup.. cup.. cucu Nenek jangan nangis lagi. Sekarang Kayla diam ya. Kayla akan ke rumah Mama." Ucap Bu Jaya menghapus buliran air mata di kedua pipi bulat batita imut itu.

"Aila mau Mama..." Rancaunya sambil menyandar di pundak Davin. Terlalu lama menangis akhirnya batita imut itu menjadi diam setelah di beri pengertian akan menemui sang Mama.

"Sini sayang, Nenek gendong." Bu Jaya meraih tubuh Kayla tapi Kayla menggeleng.

"Kok nggak mau?"

"Ai-la ca-ma O-m." Ucapnya dengan sisa sengguknya.

"Tapi Om nggak bisa ikut sayang." Jawab Davin. Untuk apa juga dia ke rumahnya Nida, yang ada gadis itu nanti bisa besar kepala.

"Hua..." Kayla kembali menangis, memukuli wajah Davin lagi.

"Kayla, kok malah nangis lagi. Iya-iya Om Davin ikut.. Om Davin akan ikut." Putus Davin kemudian.

"Diam ya sayang nanti kalau nggak diam, Kayla nggak jadi ketemu Mama!" Ucap Davin menenangkan dan seketika bocah imut itupun terdiam.

"Kamu ini." Bu Jaya memukul lengan putranya. Baru juga Kayla diam tapi sudah dibuat menangis lagi.

"Ya sudah ayo kita kesana." Ajak Pak jaya tidak mau membuang waktu.

Dengan membawa sepeda motor masing-masing dimana Pak Jaya membonceng istrinya sementara Davin dengan Kayla, batita imut itu di dudukkan di depan.

Hanya butuh tiga menit saja mereka sampai di rumah Nida, mereka pun mengucap salam dan disambut ramah oleh Pak Arif dan juga Bu Ami yang kebetulan tengah duduk di teras. Mereka pun bertanya-tanya dengan kedatangan Pak Jaya sekeluarga.

"Pak Jaya sekeluarga tumben-tumbenan datang ke rumah kami?" Tanya Pak Arif langsung, tanpa adanya basa-basi terlebih dahulu setelah mereka di persilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.

"Begini Pak Arif, kami datang kemari karena cucu kami ini ingin bertemu dengan Nida. Sedari tadi dia menangis terus mencari putri anda." Jawab Pak Jaya sambil melirik Kayla yang berada di pangkuan Davin, menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang paman.

"Tapi Nida tidak di rumah, dia baru saja keluar." Sahut Bu Ami yang baru dari dapur membuat teh hangat untuk tamu dadakan itu lalu menyuguhkannya dengan cemilan juga.

"Bu Ami harusnya tidak perlu repot-repot." Ucap Bu Jaya merasa sungkan. Kedatangannya saja sudah membuat repot, sekarang disuguhi minuman dan juga cemilan segala.

"Kan jarang sekali Pak Jaya dan Bu Jaya datang ke rumah kami ini." Jawab Bu Ami tersenyum seraya mendudukkan dirinya di sebelah suaminya.

"Nida pergi kemana Bu?" Tanya Davin.

"Waduh, ibu juga nggak tahu Nida pergi kemana. Dia perginya sama Nabila." Jawab Bu Ami.

"Mama Aila pelgi mana Om? Aila mau Mama.. hiks.." Kayla yang mendengar Nida tidak di rumah kembali terisak sambil mendongakkan kepalanya melihat Davin.

Tangan Davin terulur menghapus air mata yang berjatuhan di kedua pipi sang ponakan.

"Mama Kayla nggak pergi. Tapi Mama Kayla saat ini sedang di kamar mandi." Bohong Davin.

Pak Arif dan Bu Ami saling pandang heran dengan Kayla yang memanggil putri mereka dengan sebutan Mama.

"Ini kami tidak salah dengar kan Bu Jaya, kalau Kayla nyebut Nida dengan sebutan Mama?" Tanya Bu Ami sedikit tidak percaya.

Bu Jaya mengangguk dengan helaan nafas dalamnya.

"Tidak Bu Ami. Yang Bu Ami dan Pak Arif dengar memang benar. Kayla memang memanggil Nida Mama." Jawab Bu Jaya.

"Kasihan sekali kamu Nak." Ucap Bu Ami memandang Kayla dengan iba.

"Sebentar Nak Davin, saya telfon dulu Nidanya." Ujar Pak Arif sambil merogoh ponsel di saku bajunya.

Tak membutuhkan waktu lama, sambungan pun tersambung dan tanpa aling-aling Pak Arif langsung menyuruh Nida untuk segera pulang sambil mengatakan bahwa ada Kayla di rumah yang menangis mencari dirinya.

"Gimana Yah, dimana katanya?" Tanya Bu Ami setelah Pak Arif memasukkan ponselnya ke saku.

"Masih di jalan, sebentar lagi juga sampai." Jawab Pak Arif membuat semuanya merasa lega.

Sembari menunggu kepulangan Nida, para orang tua pun bercengkrama. Kayla yang kehausan meminta minum pada Davin, tidak sampai lima menit terdengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah.

Nida berlari tergesa-gesa masuk ke dalam diikuti oleh Nabila juga.

"Assalamu'alaikum." Ucap Nida sambil mengatur nafasnya.

"Wa'alaikumsalam." Sahut mereka.

"Mama.." Teriak Kayla senang dan langsung merosot begitu saja dari pangkuan Davin berlari memeluk kedua lutut Nida.

Nida mengangkat tubuh Kayla dan menggendongnya.

"Kok anak cantik nangis sih?" Tanya Nida, melihat kedua mata Kayla bengkak. Bocah itu hanya diam sambil menyender di pundak Nida.

"Nid, pangeran tampan kamu ada di sini juga." Nabila berbisik heboh di telinga Nida membuat Nida langsung melirik ke arah Davin.

"Eh, iya. Dia juga ikut." Bisik Nida berbinar.

"Cie.. yang lagi di datangi pujaan hati." Goda Nabila. Nida hanya senyum-senyum. Hatinya menjadi berbunga, untuk pertama kalinya Davin datang ke rumahnya.

"Nida, Nabila jangan berdiri saja." Interupsi Bu Ami menyuruh dua perempuan itu untuk duduk.

"Kalian tadi dari mana. Apa itu yang kalian bawa?" Tanya Bu Ami.

"Oh, ini kebab. Tadi Kak Fahmi nyuruh Nida untuk ngambil ini. Makanya tadi kami keluar sebentar." Jawab Nabila yang keceplosan membuat Nida melotot.

"Nabila.." Nida mencubit pinggang sahabatnya itu yang tidak bisa menjaga rahasia di depan kedua orangtuanya.

"Ups, sorry Nid." Nabila mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sambil nyengir. Merasa bersalah.

.

.

Bersambung...

.

Terpopuler

Comments

Hubbi Wasyauqi Lillah

Hubbi Wasyauqi Lillah

lanjut jadi penasaran 🤭

2022-12-05

1

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut Thor

2022-12-04

1

Yunisa

Yunisa

Hayo.. ada apa, knpa harus jaga rahsia sgl

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!