"Ini, ibu buatkan kamu minum." Bu Jaya menyuguhkan jus jeruk untuk Nida dan juga Davin.
"Jadi merepotkan Bu." Ucap Nida membuat Bu Jaya hanya tersenyum lalu duduk di sebelah cucunya yang nampak gembira sembari mengelus lembut rambut Kayla.
"Kayla senang di temani sama Kak Nida?" Tanya wanita paruh baya itu.
Batita imut itu hanya mengangguk-angguk membuat kuciran rambutnya ikutan bergoyang kemudian duduk di pangkuan Nida, memeluk perempuan itu sangat erat.
Davin yang melihatnya geleng-geleng kepala. Jika Kayla seperti itu, tandanya Kayla sudah ngantuk dan minta di puk-puk punggungnya.
"Cucu Nenek udah ngantuk ya?" Tanya Bu Jaya.
"Iya." Jawab Kayla yang hampir tidak terdengar karena menenggelamkan kepalanya ke dada Nida membuat perempuan itu kegelian.
"Puk-puk Ma." Pinta Kayla seraya mendongakkan kepalanya dengan mata sayunya. Membuat Nida menjadi bingung, apanya yang di puk-puk?
"Tepuk punggungnya." Ucap Davin menyadari kebingungan Nida. Nida langsung menepuk-nepuk lembut punggung kecil itu.
Kalau di lihat-lihat mereka seperti ibu dan anak bagi yang tidak menyadarinya.
"Biasanya Kayla tidak seperti ini." Ujar Bu Jaya kepada Nida.
"Mungkin Kayla sangat merindukan Mamanya, Bu." Jawab Nida.
"Iya, dia sering sekali mengigau kalau lagi tidur." Ucap Bu Jaya dengan nada sendunya. Bu Jaya juga merindukan anak sulungnya serta menantunya. Mengapa mereka cepat sekali meninggalkan Kayla yang masih membutuhkan kasih sayang.
"Bu, sudah jangan diingat lagi." Ucap Davin.
Bukan apa-apa tapi Davin takut sang ibu semakin sedih jika mengingat kecelakaan tragis itu. Hampir satu Minggu Bu Jaya selalu menangis dan itu berimbas pada Kayla karena tidak ada yang mengurus ponakannya itu selain dirinya, Ayah dan Bibi Dewi, adiknya Pak Jaya.
"Kamu tuh Vin, ibu kan cuma bicara aja." Ujar Bu Jaya.
Kayla sudah terlelap di pelukan Nida, bahkan balita itu tidak merasa terganggu dengan pembicaraan mereka.
"Sepertinya Kayla sudah nyenyak tidurnya." Ucap Nida karena merasakan peregangan tangan Kayla sudah mengendur di tubuhnya.
"Kemarikan." Davin berdiri dari duduknya untuk mengambil alih Kayla dari pelukan Nida.
Jantung Nida kembali berdebar, kali ini benar-benar berdisko ria saat Davin sangat dekat dengannya apalagi harum parfum yang Davin pakai membuat Nida semakin tak karuan.
"Duh jantungku.. semoga dia tidak mendengarnya. Mas Davin, kenapa kamu selalu membuat hatiku berdebar-debar seperti ini." Batin Nida seraya memejamkan kedua matanya. Benar-benar tidak bisa diajak kompromi jantungnya itu.
"Ehm.." Lenguh Kayla saat tubuhnya diangkat Davin. Tiba-tiba batita imut itu membuka kedua matanya.
"Mama.." Rengeknya menarik kerudung Nida hingga tubuh Nida ikut ke tarik dan wajahnya condong ke wajah Davin yang tengah menunduk itu.
"Eh..." Nida mengerjapkan matanya berkali-kali setelah bersirobok dengan mata tajamnya Davin. Waktu serasa berhenti baginya, hingga rengekan Kayla menyadarkan nya.
"Mama.. hiks.." Kayla kembali merentangkan tangannya kepada Nida, hingga dengan terpaksa Davin memberikan sang ponakan pada perempuan yang tidak dia sukai itu. Davin hanya bisa menghela nafasnya.
"Oh, cup.. cup.. cup..sudah jangan nangis, Kakak di sini kok." Nida menenangkan Kayla dan itu semua tak luput dari perhatian Bu Jaya yang hanya diam saja sedari tadi.
"Arum, Doni.. putri kalian sepertinya sangat menyukai Nida. Lihat lah, sudah anteng gitu tidurnya tapi saat di gendong Davin Kayla kembali bangun." Batin Bu Jaya.
Rupanya Kayla tidak mau jauh-jauh barang sedikitpun dari Nida, gadis yang ia anggap sebagai Mamanya.
"Assalamu'alaikum." Tiba-tiba dua orang pemuda masuk begitu saja ke rumahnya Davin. Tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya Davin.
"Wa'alaikumsalam." Sahut Davin, Nida dan Bu Jaya berbarengan.
"Hai, bro." Deni dan Fahmi menyapa Davin. Mereka juga menyalimi tangan Bu Jaya.
"Sehat Bu?" Tanya Fahmi.
"Alhamdulillah, selalu sehat. Duduklah kalian, ibu buatkan minum kalau gitu." Jawab Bu Jaya sambil beranjak.
"Tau aja Bu, kalau kami udah haus." Ucap Deni membuat Davin dan Fahmi geleng-geleng kepala.
"Memang kalian dari mana?" Tanya Davin menolehkan kepalanya ke Deni.
"Noh, ngantar Fahmi ke toko baju." Jawab Deni sambil menunjuk Fahmi dengan dagunya.
"Tumben ke toko baju minta dianterin segala. Biasanya Fahmi berangkat sendiri." Heran Davin.
Sementara orang yang menjadi perbincangan tidak mendengar karena sibuk memandangi gadis yang saat ini duduk di depannya sambil memeluk Kayla. Fahmi senyum-senyum sendiri melihat Nida yang berhasil mencuri hatinya. Namun Fahmi belum mampu mengatakannya, menunggu di hari yang pas.
"Dia membeli baju untuk cewek, sebuah gamis." Bisik Deni agar tidak di dengar Fahmi.
"Fahmi sudah punya pacar?" Tanya Davin, sepertinya dia ketinggalan berita penting.
"Belum, tapi nanti katanya dia mau nembak tuh cewek pas tuh cewek ulang tahun." Bisik Deni lagi. Davin pun manggut-manggut.
"Siapa cewek yang beruntung itu?" Ujar Davin penasaran.
"Gue juga nggak tahu. Tadi pas gue tanya dia cuma bilang, entar Lo bakal tahu sendiri siapa cewek itu." Jawab Deni sambil menirukan gaya omongan Fahmi kala di toko baju tadi.
"Kamu kok di sini juga Nid?" Akhirnya setelah beberapa detik puas memandangi wajah Nida, Fahmi memutuskan untuk bertanya.
Nida yang tadinya pura-pura ngotak-ngatik ponsel karena hanya ada dia saja yang perempuan seketika mendongak begitu Fahmi mengajaknya bicara.
"Iya Kak tadi Nida ngantar kue. Eh, pas mau pulang nggak dibolehin sama Kayla." Jawab Nida disertai kekehan kecil membuat Davin dan Deni langsung menoleh, menghentikan bisik-bisik tetangganya.
"Manis." Gumam Fahmi pelan, mengagumi senyuman Nida yang mampu menggetarkan dadanya.
"Eh, baru sadar gue kalo Nida ada di sini." Sahut Deni.
"Mata Lo tadi Lo kemana'in." Timpal Fahmi.
Dari tadi apa yang Deni lihat. Ada makhluk manis duduk di hadapannya tapi sampai tidak sadar.
"Terbang ke Qatar." Sewot Deni, membuat Nida menahan tawanya supaya tidak menyembur keluar.
"Udah lama Nid, Lo ada di sini?" Tanya Deni basa-basi, meninggalkan kekesalannya sejenak pada Fahmi.
"Lumayan Kak." Jawab Nida.
"Gue lihat-lihat Lo makin cantik aja." Goda Deni membuat Davin yang meminum jus jeruknya sontak tersedak.
Nida yang mendapat godaan dari Deni hanya tersenyum saja sebab Nida nggak bakalan terpengaruh dengan bualan Deni.
"Uhuk.. uhuk..."
"Hati-hati Mas minumnya." Sahut Nida penuh perhatian.
"Eh, gue yang nggoda Nida kenapa Lo yang tersedak?" Heran Deni pada Davin.
"Gue tersedak bukan karena Lo." Sanggah Davin dengan nada dinginnya.
"Oh, kirain." Ucap Deni manggut-manggut.
"Kirain apa?" Tanya Davin dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Kirain Lo cemburu, haha.." Jawab Deni terbahak.
"Buat apa juga gue cemburu." Ucap Davin datar, menatap Nida tajam yang pastinya senang sekali kalau dia cemburui gara-gara Deni menggombalinya.
Nida hanya bisa menundukkan kepalanya. Ada rasa sakit mendengar kalimat Davin.
.
.
Bersambung... tetap dukung Author ya😊🙏
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Che han
cinta dalam diam yang bersegi ini mh kyak'a... Fahmi suka sama nida,,c nida suka sama c Davin,, c Davin jg kyakny suka sama c nida cuma terhalang sesuatu z kyakny...?!!!!🤭🤭✌️
2022-12-03
1
Titik Sofiah
lanjut Thor
2022-12-03
1
Yunisa
Haha, rupanya Deni lucu juga.. Mas Davin kamu tersedak pasti cemburu kan, iya kan? ngku aja.. 🥰 Awas lho Fahmi suka sama Nida, kamu bakal ketikung nanti 😂
2022-12-03
1