Bab 2 Penjelasan.

"Apa maksud kamu, sayang? Mama nggak mengerti sama sekali?" tanya Bu Dera menatap sayu ke arah anaknya.

"Sudahlah, mama jangan bebohong. Lani tahu mama sudah membuat masalah di rumah ini kan, asal mama tahu aku jadi yang tersalahkan!" jawab Lani mempelihatkan isak tangis pada sang mama.

Seorang ibu mana yang tega melihat anak semata wayangnya menangis, Bu Dera perlahan mendekat dan mulai memeluk Lani.

"Sini sayang .... "

Lani yang duduk di kursi roda kini menghempaskan tangan sang mama dan berkata," menyingkir, jangan pernah mama peluk aku sebelum masalah Kak Sarla selesai, dan mereka tak menjauhi Lani lagi."

Bu Dera terdiam mendengar bentakan dari anaknya sendiri, ia hanya bisa menitihkan air mata dimana Lani pergi dengan kursi rodanya.

"Ini semua pasti gara gara Lilia dan Sarla, awas saja anak itu." Gerutu Bu Dera melangkahkan kaki ke kamar anak tirinya.

Setelah sampai di kamar Sarla, Bu Dera mendengar suara tawa di dalam kamar, ia kini mengetuk pintu sembari berteriak memanggil anak tirinya itu.

Tok .... Tok .... Tok ....

"Sarla, keluar kamu."

Pintu terbuka, Sarla keluar dari dalam kamarnya dan bertanya, " ada apa mah?"

Palkkkk .....

Satu tamparan melayang pada pipi kiri gadis bercadar itu, ia menatap perlahan ke arah sang ibu tiri. " Kenapa, mama tampar Sarla? Apa salah Sarla?

Telunjuk tangan wanita tua itu mengarah ke arah wajah Sarla dan berkata," kamu bilang kenapa? Hah, masih belum jelas tamparan tadi?"

"Maksud mama apa, Sarla benar benar tak mengerti!" jawab Sarla, membuat wanita tua itu kini mengungkapkan kekesalanya," gara gara kamu Lani anakku menangis."

Dada Bu Dera naik turun, memperlihatkan bertapa kesalnya dan bencinya ia pada Sarla. Lilia yang berada di sisi kiri Sarla kini mendorong tubuh ibu tirinya hingga tersungkur jatuh.

Brakk ....

Tubuh Bu Dera mengenai hiasan bunga, ia tersungkur jatuh, pinggang terasa sakit, saat itulah ia berkata." Kurang ajar kamu."

Lilia, menjulurkan lidah, membuat wanita tua itu murka, ia kini bangkit dari atas lantai." Dasar anak tidak tahu diri. Sini kamu."

Menarik tangan Lilia, mendorong tubuh mungil anak tirinya hingga tersungkur jatuh.

"Kalian ini pantas mendapatkan semua ini."

Sarla mulai membangunkan adiknya yang menangis.

"Mama, Lilia ini masih kecil. Tak pantas mama dorong seperti ini." Hardik Sarla, kesal akan kekejaman ibu tirinya.

"Anak kecil seperti Lilia, pantas mendapatkan hal seperti itu, karena ia lancang dan nakal. " Bu Dera yang sudah dikendalikan akan amarah tak segan segan melayangkan sebuah tamparan untuk Lilia.

"Stop, mah. "

Bu Dera tetap melayangkan aksinya, hingga Sarla menahan tangan kanan ibu tirinya. " Mama jangan seenaknya melukai anak kecil seperti Lilia."

Sarla berusaha melindungi adiknya.

"Kalian adik kakak, memang sama sama bodoh."

"Bodoh, dasar nenek lampir. Kamu ibu yang tak berguna. Melahirkan anak cacat seperti Lani dan berusaha mengorbankan Kakak Sarla untuk dijadikan ladang uangmu."

Perkataan anak berumur sembilan tahun itu, membuat Bu Dera semakin murka.

"Kamu."

Sarla mengeratkan tangannya pada Lilia, agar Bu Dera tak macam-macam. Namun tangan wanita tua itu begitu kuat, ia menarik Lilia dan mencekik anak berumur sebilan tahun itu.

"Ahk, sakit."

Sarla mecoba melepaskan tangan ibu tirinya," lepaskan Lilia, ma."

Wanita tua itu seperti kesurupan, ia semakin erat mencekik Lilia, tak mau melepaskannya begitu saja.

"Kamu pantas mati, yang pantas hidup itu anakku Lani."

Sarla tanpa berpikir panjang, melihat sapu di dalam kamarnya, berulang kali memukul hingga wanita tua itu jatuh pingsan.

"Ayo, Lilia kita pergi dari sini. " Memegang tangan Lilia, berlari keluar dari dalam rumah.

Bu Dera terkulai lemah di atas lantai. Ia berusaha bangun, hanya saja rasa sakit pada punggungnya membuat ia tak mampu berdiri.

"Aw, sialan anak anak itu, aku harus beri mereka pelajaran, awas saja, bisa bisanya mereka membuat punggungku sakit seperti ini." Gerutu Bu Dera berusaha berdiri, memaksakan tubuh agar bisa berjalan, mengadu pada suaminya.

"Sarla, Lilia." Berjalan ke luar kamar, berharap kedua anak tirinya mendengar.

"Ke mana mereka?"

Pak Gunawan mendengar teriakan sang istri merasa terganggu, lelaki tua itu kini menghampirinya.

"Kenapa teriak teriak segala?"

Pertanyaan lelaki tua itu malah membuat Bu Dera kesal, ia melipatkan kedua tanganya, membuang wajah.

"Kenapa?"

"Aku lagi mencari kedua anak anakmu, Sarla dan Lilia!"

"Memangnya kenapa dengan mereka?"

Bu Dera mulai mempelihatkan punggung memarnya pada sang suami, menunjuk bekas pukulan Sarla dan berkata." Kamu lihat ini, mereka sudah menyakitiku. "

Melihat semua itu, malah membuat Pak Gunawan murka, " bisa bisanya mereka melakukan hal tidak baik. "

Berteriak, memanggil kedua anak anaknya." Sarla, Lilia." Urat leher terlihat menonjol saat memanggil kedua anak gadisnya.

"Sarla, Lilia."

Kedua anak gadisnya ternyata tengah menonton acara tv kesayangan mereka, membuat Pak Gunawan datang dan mematikkan acara tv itu.

"Loh pah, kenapa malah dimatiin siaran tvnya, kan jadi nggak seru."

Melempar remot pada Sarla, membuat Lilia, berucap." Jangan gitu dong, pah. Kita berdua ini anak papah, ada apa sih dengan papah?"

"Diam."

Mendengar bentakan sang papah, kedua anak itu berdiri. Dimana Lilia hanya bisa bersembunyi di balik punggung sang kakak.

Wanita tua yang menjadi ibu tiri mereka datang, dengan wajah liciknya." Ternyata kalian di sini."

"Ada apa pah?" tanya Sarla, berusaha besikap sopan pada sang papah. Kepala menunduk hingga Pak Gunawan memarahi mereka berdua." Apa yang sudah kalian lakukan terhadap Mama kalian sediri? Punggungnya sampai bengkak seperti itu?"

Sarla sebenarnya malas berdebat akan masalah barusaha bersama mama tirinya, hingga dimana Lilia memberanikan diri dengan berkata," Ini semua ulah nenek sihir itu, dia mencekik Lilia, coba saja kalau Kak Sarla nggak pukul tuh nenek sihir. Mungkin Lilia sudah mati."

"Jaga ucapan kamu. Anak nakal," bentak sang mama tiri pada Lilia.

Pak Gunawan berusaha menguasai perdebatan antara ibu dan anak." Sudah jangan berdebat, papah tanya sekali lagi sama kamu, Sarla?"

"Apa yang dikatakan Lilia, benar kok pah!" jawab Sarla, tetap pada pendirianya tak mau kalah dengan mama tirinya.

Pak Gunawan beralih menatap ke arah istrinya," kamu dengan itu Dera, apa semua ulah kamu?"

Bu Dera berusaha membela diri, ia tak mau tersalahkan akan masalah kecil ini, " Mereka hanya mengada ngada pah."

Bagaimana bisa Bu Dera berkata seperti itu," kami tidak mengada ngada, memang pada kenyataanya. Kalau saja Sarla tidak memukul punggung Bu Dera dengan sapu, kemungkinan besar Lilia akan mati di cekik wanita itu."

"Heh, kamu jangan memfitnah saya ya."

Bu Dera semakin kesal dan tak ingin mengalah.

Apakah Sarla mampu membuat sang mama tiri kalah?

Terpopuler

Comments

Umi Umi

Umi Umi

menampar tu plakkk thor bukan palkk aih ceritamu bagus tapi syg tulisan bahasanya gak bisa dimengerti pembaca

2023-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tak mau di jodohkan
2 Bab 2 Penjelasan.
3 Bab 3 Kata setuju yang dipaksakan.
4 Bab 4 Pasrah walau terluka
5 Bab 5 Asisten Daniel.
6 Bab 6 Dilarikan ke rumah sakit
7 Bab 7 Kemunafikan Natasya
8 Bab 8 memerintah Varel
9 Bab 9 Varel datang.
10 Bab 10 Bertemu tak sengaja.
11 Bab 11 Tak tertarik.
12 Bab 12 Perdebatan semakin memanas.
13 Bab 13 Tanggal pernikahan.
14 Bab 14 Iri hati. Lani.
15 Bab 15 Masalah baju
16 Bab 16 Obrolan Rafa dan Natasya.
17 Bab 17 Tertipunya Wulan
18 Bab 18 Sebuah surat
19 Bab 19 Di percepat hari pernikahan.
20 Bab 20 Ijab kobul
21 Bab 21 Wulan tak menyangka.
22 Bab 22 Pelaminan.
23 Bab 23 Kejar kejaran.
24 Bab 24 Wulan Mengamuk
25 Bab 25 Debat Alenta
26 Bab 26 Menanyakan
27 Bab 27 Belum siap.
28 Bab 28 Rumah baru.
29 Bab 29 Meminta keinginan.
30 Bab 30. Menghina.
31 Bab 31 Sebuah peraturan.
32 Bab 32 Daniel curiga.
33 Bab 33 Angga mengancam.
34 Bab 34 Kesakitan
35 Bab 35 Menyadarkan Daniel.
36 Bab 36 Perubahan Daniel
37 Bab 37 Mencurigakannya Wulan.
38 Bab 38 Rasa takut Wulan
39 Bab 39 Bertanya.
40 Bab 40 Gosip menyebar
41 Bab 41 Wanita bernama Tasya.
42 Bab 42 Terbongkar
43 Bab 43
44 Bab 44 datang
45 Bab 45 kekecewaan.
46 Bba 46 Berusaha tenang
47 Bab 47
48 Bab 48 Mencari sebuah kejujuran
49 Bab 49 Di tarik.
50 Bab 50 Bukan paksaan.
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 Menegangkan
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61 membuka cadar.
62 Bab 62
63 Bab 63 Di Restoran.
64 Bab 64 sengajanya Daniel
65 Bab 65
66 Bab 66 Di ikat
67 Bab 67 Memberontak.
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 kelaparan
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73 Jambakan rambut.
74 Bab 74 egoisnya Natasha
75 Bab 75 Kasarnya Daniel.
76 Bab 76 Berubahnya Sarla.
77 Bab 77
78 Bab 78 Ketakutannya Dera
79 Ban 79
80 Bab 80 Lani berubah
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83 Heran dengan Sarla
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Kejadian di masa lalu
87 Bab 87
88 Bab 88 Hampir saja
89 Bab 89 Datang
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109 Debat Sarla dengan Daniel.
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bba 117
118 Bab 118
119 119
120 Bab 120
121 Bab 121 karena alat make-up
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bba 145
146 Bab 146
147 Bab 148
148 Bab 149
149 Rasa sesal Ita
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170 Mengakui.
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 195
196 196
197 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 210
211 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 230
221 Bab 231
222 Bab 232
223 Bab 233
224 Bab 234
225 Bab 225
226 Bab 226
227 Bab 227
228 Bab 228
229 Bab 229
230 Bab 230
231 Bab 231
232 Bab 232
233 Bab 233
234 Bab234
235 Bab 235
236 Bab 236
237 Bab 237
238 Bab 238
239 Bab 239
240 Bab 240
241 Bab 241
242 Bab 242
243 Bab 243
244 Bab 244
245 Bab 245
246 Bab 246
247 Ban 247
248 Bab 248
249 Bab 249
250 Bab 250
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Bab 1 Tak mau di jodohkan
2
Bab 2 Penjelasan.
3
Bab 3 Kata setuju yang dipaksakan.
4
Bab 4 Pasrah walau terluka
5
Bab 5 Asisten Daniel.
6
Bab 6 Dilarikan ke rumah sakit
7
Bab 7 Kemunafikan Natasya
8
Bab 8 memerintah Varel
9
Bab 9 Varel datang.
10
Bab 10 Bertemu tak sengaja.
11
Bab 11 Tak tertarik.
12
Bab 12 Perdebatan semakin memanas.
13
Bab 13 Tanggal pernikahan.
14
Bab 14 Iri hati. Lani.
15
Bab 15 Masalah baju
16
Bab 16 Obrolan Rafa dan Natasya.
17
Bab 17 Tertipunya Wulan
18
Bab 18 Sebuah surat
19
Bab 19 Di percepat hari pernikahan.
20
Bab 20 Ijab kobul
21
Bab 21 Wulan tak menyangka.
22
Bab 22 Pelaminan.
23
Bab 23 Kejar kejaran.
24
Bab 24 Wulan Mengamuk
25
Bab 25 Debat Alenta
26
Bab 26 Menanyakan
27
Bab 27 Belum siap.
28
Bab 28 Rumah baru.
29
Bab 29 Meminta keinginan.
30
Bab 30. Menghina.
31
Bab 31 Sebuah peraturan.
32
Bab 32 Daniel curiga.
33
Bab 33 Angga mengancam.
34
Bab 34 Kesakitan
35
Bab 35 Menyadarkan Daniel.
36
Bab 36 Perubahan Daniel
37
Bab 37 Mencurigakannya Wulan.
38
Bab 38 Rasa takut Wulan
39
Bab 39 Bertanya.
40
Bab 40 Gosip menyebar
41
Bab 41 Wanita bernama Tasya.
42
Bab 42 Terbongkar
43
Bab 43
44
Bab 44 datang
45
Bab 45 kekecewaan.
46
Bba 46 Berusaha tenang
47
Bab 47
48
Bab 48 Mencari sebuah kejujuran
49
Bab 49 Di tarik.
50
Bab 50 Bukan paksaan.
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 Menegangkan
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61 membuka cadar.
62
Bab 62
63
Bab 63 Di Restoran.
64
Bab 64 sengajanya Daniel
65
Bab 65
66
Bab 66 Di ikat
67
Bab 67 Memberontak.
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 kelaparan
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73 Jambakan rambut.
74
Bab 74 egoisnya Natasha
75
Bab 75 Kasarnya Daniel.
76
Bab 76 Berubahnya Sarla.
77
Bab 77
78
Bab 78 Ketakutannya Dera
79
Ban 79
80
Bab 80 Lani berubah
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83 Heran dengan Sarla
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Kejadian di masa lalu
87
Bab 87
88
Bab 88 Hampir saja
89
Bab 89 Datang
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109 Debat Sarla dengan Daniel.
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bba 117
118
Bab 118
119
119
120
Bab 120
121
Bab 121 karena alat make-up
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bba 145
146
Bab 146
147
Bab 148
148
Bab 149
149
Rasa sesal Ita
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170 Mengakui.
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
195
196
196
197
197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
210
211
211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 230
221
Bab 231
222
Bab 232
223
Bab 233
224
Bab 234
225
Bab 225
226
Bab 226
227
Bab 227
228
Bab 228
229
Bab 229
230
Bab 230
231
Bab 231
232
Bab 232
233
Bab 233
234
Bab234
235
Bab 235
236
Bab 236
237
Bab 237
238
Bab 238
239
Bab 239
240
Bab 240
241
Bab 241
242
Bab 242
243
Bab 243
244
Bab 244
245
Bab 245
246
Bab 246
247
Ban 247
248
Bab 248
249
Bab 249
250
Bab 250

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!