Rizal memarkirkan mobil yang dikendarainya di rumah sakit tempat Azzahra dirawat. Dia belum sempat bertanya banyak kepada Gavin semalam, yang bisa dia jadikan petunjuk untuknya menyelidiki peristiwa penyerangan terhadap Gavin. Karena dia merasa Gavin juga masih merasa syok karena diserang secara tiba-tiba oleh orang yang tidak dikenalnya.
" Selamat siang, Tuan Gavin. Bagaimana kabar istri Anda?" tanya Rizal saat Gavin menerimanya di luar kamar rawat Azzahra.
" Alhamdulillah, istri saya sudah membaik, Pak Rizal. Dia agak sedikit syok, tapi ... sekarang sudah pulih," sahut Gavin. " Informasi apa yang ingin Anda dengar dari saya, Pak Rizal?" tanya Gavin saat mendudukkan tubuhnya di sofa.
" Saya hanya ingin tahu, siapa-siapa saja orang yang sedang bersaing dalam hal bisnis dengan Anda? Atau ada hal yang membuat seseorang merasa kesal dan marah hingga dendam terhadap Anda?" tanya Rizal menanyakan informasi agar mempermudah penyelidikannya.
Hembusan nafas terdengar dari mulut Gavin. Dia lalu menyandarkan punggungnya ke sofa dan berkata, " Kalau untuk bisnis, sejauh ini berjalan normal saja, Pak Rizal. Kalau di luar bisnis ..." Gavin menjeda kalimatnya. Dia terpikirkan akan suatu hal, namun dia masih ragu, apakah hal itu bersangkutan dengan peristiwa menyeramkan yang baru saja dia dan istrinya alami.
" Di luar bisnis, memang mungkin saja itu bisa terjadi ..." sambungnya kemudian.
" Anda bisa ceritakan pada saya, Tuan. Agar bisa kami selidiki dan cepat pelakunya cepat tertanggkap." Merasakan keraguan dalam diri Gavin, Rizal mencoba meyakinkan agar Gavin dapat terbuka kepadanya, karena dia dapat menjaga privacy kliennya. " Seperti masalah dengan Nyonya Jovanka kemarin." Rizal menyebutkan masalah yang sempat dialami Gavin beberapa waktu lalu yang melibatkan campur tangannya untuk menyelidiki keberadaan wanita dari masa lalu Gavin dan anaknya.
" Saya rasa Jovanka tidak mungkin terlibat dalam hal ini, Pak Rizal. Urusan saya dengan Jo sudah selesai. Dan hubungan kami sudah berjalan baik." Gavin menepis dugaan Rizal saat menyinggung soal mantan kekasihnya itu.
" Iya, Tuan Gavin. Saya juga tidak terpikirkan jika Nyonya Jovanka yang terlibat dalam hal ini," sanggah Rizal. Dia pun yakin dengan sikap Jovanka yang sangat dewasa, tidak mungkin wanita itu berani melakukan hal sekejam itu kepada Gavin. Apalagi saat ini Jovanka sedang berbahagia bersama Peter.
" Sebenarnya selain masalah dengan Jovanka, saya sedikit bermasalah dengan Agatha, mantan istri saya, Pak Rizal." Sebenarnya Gavin enggan mengungkap kisah lamanya dengan Agatha kepada Rizal.
" Agatha?" Rizal mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu siapa Agatha yang dimaksud oleh Gavin.
" Sebelum menikahi Azzahra, saya pernah menikah dengan seorang wanita bernama Agatha. Kami berpisah sebelum saya menikah dengan Azzahra. Namun, perpisahan itu tidak diinginkan oleh Agatha." Gavin akhirnya menceritakan bagaimana dia menikah dan akhirnya bercerai dengan Agatha kepada Rizal. Termasuk soal selisih usia yang cukup jauh antara dirinya dengan Agatha.
" Baiklah, Tuan. Kami akan coba menyelidik apakah ada hubungannya antara Nyonya Agatha dengan penyerangan terhadap Anda kemarin malam." Rizal mendapat sedikit petunjuk yang bisa dia jadikan bahan penyelidikannya.
***
Rizal menoleh ke arah pintu ruangan kerjanya. Dia melihat Vito yang muncul di balik pintu. Sepertinya anak buahnya itu siap untuk memberikan informasi seputar hasil penyelidikan soal motor pelaku yang tertinggal di TKP.
" Bagaimana, Vito? Apa kau sudah mendapatkan info seputar pemilik motor itu?" tanya Rizal kemudian.
" Seperti yang biasa dilakukan oleh pelaku kriminal, plat motor yang digunakan oleh mereka itu ternyata plat nomer palsu. Dan motor yang digunakan pun motor hasil curian." Vito melaporkan informasi yang dia dapatkan.
" Hmmm ..." Rizal mengusap rahang tegasnya.
" Bagaimana soal perguruan beladiri yang sudah kau telusuri?" tanya Rizal kemudian. Dia memang meminta Vito mencari perguruan ilmu beladiri, siapa tahu pelaku adalah salah satu murid perguruan beladiri di Jakarta.
" Saya sudah menghubungi perguruan beladiri Jepang dan kami sudah mencoba meminta kerjasama mereka. Saya menjelaskan jika pelaku memakai katana. Dan respon mereka sangat baik. Mereka bahkan akan menindak tegas jika ada anggota mereka yang terbukti melakukan tindak kriminal." Vito menjelaskan apa yang dia dapat setelah mengunjungi beberapa perguruan bela diri asal Jepang itu.
" Oke, oke ...."
" Apa kita jadi mendatangi Nyonya Agatha hari ini, Pak Rizal?" tanya Vito, karena sebelumnya, Rizal sudah menginformasikan kemungkinan keterlibatan orang yang sedang bersitegang dengan Gavin itu kepada Vito.
" Tentu saja, setelah makan siang kita akan mengunjungi Nyonya Agatha. Karena sementara ini orang yang bermasalah dengan Tuan Gavin hanya mengarah pada wanita itu." kata Rizal.
" Oh ya, Om David meminta tambahan personil kita untuk berjaga di rumahnya. Karena Tuan Gavin dan Nyonya Azzahra akan tinggal di tempat tinggal Om David beberapa waktu sampai masalah ini selesai. Tolong kau atur personil freelance kita untuk ditempatkan di sana!" Rizal memerintah Vito untuk menambah beberapa personil mereka untuk berjaga di rumah David.
" Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Vito kemudian meninggalkan ruangan kerja Rizal untuk menghubungi beberapa orang yang memang biasa menerima pekerjaan itu.
***
Mobil Jeep yang dikendarai Vito berhenti di depan bangunan rumah mode berlantai lima milik Agatha Hirawan. Seorang desainer dan juga pengusaha terkenal di bidang fashion.
" Ini 'kan, Pak?" Vito menoleh kepada Rizal yang duduk di sebelahnya, menanyakan tempat yang mereka tuju.
" Rumah Mode Agatha ..." Rizal mengusap rahangnya yang ditumbuhi rambut dengan mata membaca plang yang terpasang di depan bangunan itu. " Sepertinya memang benar ini ..." ucap Rizal. " Kita masuk ke sana," lanjutnya kemudian.
" Baik, Pak." Vito menjalankan mobil yang dikendarainya masuk ke dalam pekarangan bangunan bernama Rumah Mode Agatha tersebut.
Rizal turun lebih dahulu setelah Vito memarkirkan mobil. Tak lama Vito pun mengekor di belakang Rizal.
" Selamat siang, Pak. Saya Rizal dan ini Vito rekan saya. Kamu dari agen penyidik swasta. Kami ingin bertemu dengan Nyonya Agatha. Apa beliau ada?" tanya Rizal saat dia hendak memasuki bangunan tempat usaha Agatha. Rizal secara terang-terangan menyebutkan siapa dirinya, agar Agatha tidak menolak kedatangannya.
" Selamat siang, Pak. Maaf, ada keperluan apa Bapak ingin bertemu dengan Ibu Agatha, ya?" Mendengar profesi kedua pria di hadapannya itu adalah penyidik swasta, security itu bertanya cukup hati-hati kepada Rizal dan Vito.
" Ada yang ingin kami tanyakan kepada beliau. Saya harap Nyonya Agatha bisa kooperatif membantu kami." Kalimat bernada tegas terlontar dari mulut Rizal.
" Oh, sebentar, Pak. Saya tanyakan dulu kepada sekretaris Ibu Agatha. Mari silahkan duduk dulu." Security itu menyuruh Rizal dan Vito untuk menunggu, sementara dia beranjak ke bagian resepsionis untuk melaporkan kedatangan Rizal dan Vito.
Sepertinya cukup alot mendapatkan ijin untuk bisa bertemu dengan Agatha. Hingga Rizal dan Vito memerlukan waktu menunggu hingga hampir lima belas menit, sebelum akhirnya security itu kembali menemui mereka berdua.
" Silahkan, Pak. Nanti Mbak itu yang akan mengantar Bapak ke ruangan Bu Agatha." Security itu menunjuk seorang wanita yang berjalan mendekati mereka yang akan mengantar mereka berdua menemui Agatha.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Rafinsa
apa kira2 aghata tau yg dilakukan anaknya gak ya??
2023-02-10
1
Jar Waty
ak mampir ya Thor
2023-01-14
0
Wirda Lubis
lanjut
2022-12-23
0