Setelah memberi perintah kepada Vito, Rizal lalu menjalankan mobil Gavin ke arah Gavin yang masih menggendong tubuh istrinya dengan kedua lengannya. Rizal kembali keluar untuk membukakan pintu untuk Gavin.
" Silahkan, Tuan."
" Honey, kau bertahanlah." terdengar Gavin berbicara kepada istrinya seraya menciumi wajah istrinya setelah mereka berada di dalam mobil yang siap dikemudikan oleh Rizal.
Rizal melirik Gavin dari kaca spion. Dia ingin menanyakan tentang penyerang dan motif penyerang tadi. Tapi dia merasa waktunya kurang tepat untuk dia bertanya-tanya. Akhirnya Rizal memilih berkonsentrasi mengendarai mobil dan segera menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya di lobby rumah sakit, Rizal bergegas keluar mobil dan meminta pihak rumah sakit menyediakan brankar dorong untuk membawa Azzahra ke ruang IGD.
Sementara Gavin berbincang dengan dokter yang menanggani istrinya, Rizal memilih menunggu di luar. Dia tidak langsung meninggalkan Gavin, karena dia berjaga jika Gavin membutuhkan pertolongan darinya.
Ddrrtt ddrrtt
Sekitar setengah jam menunggu, terdengar suara ponsel Rizal berbunyi. Rizal segera mengambil ponselnya, dan melihat nama David Richard yang tampil di layar ponselnya itu.
" Selamat malam, Om." Rizal dengan cepat mengangkat panggilan telepon dari orang tua Gavin tersebut.
" Malam, Zal. Om sudah mendengar cerita dari Gavin soal penyerangan terhadap Gavin dan Rara. Om berterimakasih sekali atas pertolonganmu, Zal. Om tidak bisa membayangkan jika saat itu kamu dan Vito tidak ada di sana." Sepertinya Gavin sudah memberitahu David, sehingga pria paruh baya itu menghubungi Rizal saat ini.
" Saya dan Vito kebetulan saja sedang dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan tugas di Bogor, Om. Dan saya tidak menyangka jika korban penyerangan itu ternyata Tuan Gavin," sahut Rizal.
" Zal, Om ingin meminta bantuanmu untuk menyelidiki siapa orang yang sudah berani mengusik keluarga Om. Apa kamu bisa membantu Om, Zal?" David menyampaikan tujuannya menghubungi Rizal via telepon malam itu juga.
" Tentu saja saya siap, Om. Kapan pun Om butuh bantuan saya, saya siap membantu dengan senang hati." Kedekatan Rizal dengan David, membuatnya tidak perlu banyak berpikir untuk membantu kasus yang sedang dialami oleh Gavin.
" Terima kasih, Zal. Om percayakan semuanya kepadamu." David beberapa kali menggunakan jasa Rizal untuk menyelesaikan masalahnya. Kali inipun dia menugaskan Rizal untuk mengatasi penyerang-penyerang Gavin.
" Baik, Om. Saya akan semaksimal mungkin membantu menyelesaikan persoalan ini," tegas Rizal.
" Ya sudah, nanti kamu bicaralah dengan Gavin. Om tutup dulu teleponnya." David berniat mengakhiri sambungan teleponnya.
" Baik, Om." Rizal masih sempat menjawab sebelum David memutus sambungan telepon tersebut.
Rizal melihat dokter yang menangani istri Gavin keluar dari ruang rawat, Dia kemudian melangkahkan kaki untuk menemui Gavin di ruang rawat Azzahra..
" Maaf, Tuan Gavin. Apa kita bisa bicara?" Rizal sempat mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta ijin untuk masuk.
" Silahkan, Pak Rizal." Gavin mempersilahkan Rizal masuk dan mengarahkan Rizal duduk di sofa di ruang tipe VVIP Executive yang ada di rumah sakit itu.
" Om David baru saja menghubungi saya untuk menyelidiki peristiwa yang baru saja Tuan Gavin alami." Rizal menyampaikan apa yang diminta David.
" Iya, saya sudah cerita kepada Dad David soal hal itu." Gavin menghela nafas yang terasa berat. Peristiwa yang baru saja dialami olehnya benar-benar mengerikan baginya.
" Maaf, Tuan Gavin. Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa mereka yang menyerang Anda?
Dan apa motif orang itu menyerang Anda?" Rizal mulai mencari informasi yang bisa dia jadikan petunjuk untuk mencari siapa orang yang melakukan perbuatan kriminal tadi.
" Entahlah, Pak Rizal. Saya dan istri saya sedang dalam perjalan kembali ke Jakarta. Tiba-tiba saja ada dua buah motor menghalangi jalan kami dan menyerang kami." Gavin menjelaskan kepada Rizal apa yang baru saja dialami olehnya.
" Maaf jika saya bertanya, apa Tuan Gavin mempunyai musuh? Maksud saya, apa selama ini Tuan Gavin sedang berselisih paham dengan orang lain yang memungkinkan mereka ingin membalas dendam terhadap Tuan Gavin? Karena sepertinya orang itu bukanlah kelompok begal. Mereka tidak mengincar materi karena mereka sama sekali tidak tertarik menyentuh mobil mewah Anda," Rizal berpikir, jika saja kedua penyerang tadi memang berniat merampas mobil mewah Gavin, bisa saja orang-orang jahat tadi melakukannya. Nyatanya mereka justru fokus berusaha menyerang Gavin, artinya mereka memang menginginkan Gavin, bukan harta Gavin.
" Saya pikir juga begitu, Pak Rizal. Karena salah seorang dari pelaku itu ternyata mengenali nama saya, dan dia seorang wanita," ungkap Gavin.
" Saya juga sudah menduga jika pelaku yang membawa senjata itu seorang wanita, Tuan Gavin," Dari gestur tubuhnya, Rizal memang sudah mencurgai jika salah satu pelaku penyerang Gavin adalah seorang wanita.
" Apa saja yang sempat mereka katakan kepada Anda, Tuan?" tanya Rizal kembali.
" Dia hanya mengatakan jika ingin menjemput ajal saya.. Tapi saya benar-benar tidak mengerti, kenapa orang itu ingin menghabisi nyawa saya?" Gavin merasa bingung dengan ulah penyerangnya tadi. " Kalau saat itu Pak Rizal dan Pak Vito tidak ada di sana, saya tidak tahu akan seperti apa nasib saya dan istri saya sekarang ini. Mungkin saja saya sedang meregang nyawa atau mungkin saya sudah benar-benar tewas saat ini," ucap Gavin bersyukur dirinya masih selamat saat ini.
" Saya dan Vito kebetulan memang lewat jalan itu, Tuan. Syukurlah waktunya tepat hingga Anda tidak sampai terluka parah karena penyerangan tadi," sahut Rizal. Dia bersyukur, berada di sana tepat waktu hingga dapat membantu Gavin.
" Iya, saya benar-benar berhutang budi pada Pak Rizal dan Pak Vito," ucap Gavin merasakan Tuhan mengirim bantuanNya melalui Rizal dan Vito.
" Jangan pikirkan tentang hal itu, Tuan Gavin. Om David itu sudah saya anggap seperti orang tua saya sendiri. Tentu saja saya akan membantu Tuan Gavin semampu saya," sahut Rizal menegaskan.
" Aaaakkhh ...! Lepaskan ...!! Kak Gavin ...!!"
Saat Gavin dan Rizal yang sedang serius berbincang, tiba-tiba terdengar teriakan Azzahra membuat Gavin dengan cepat bergegas menghampiri istrinya itu.
Rizal memilih kembali keluar ruangan, karena dia tidak ingin mengganggu privacy Gavin dan istrinya.
Rizal merogoh ponselnya, dia ingin mengetahui posisi Vito saat ini berada di mana.
" Kau ada di mana sekarang, Vit?" tanya Rizal setelah merasa panggilan teleponnya diangkat oleh Vito.
" Saya sedang menuju rumah sakit, Pak Rizal." jawab Vito dari seberang.
" Apa motor sudah dibawa ke markas?" tanya Rizal menanyakan soal motor salah seorang pelaku yang ditinggal karena terburu-buru kabur saat melihat kedatangan Rizal dan Vito.
" Sudah, Pak Rizal. Tadi Sam dan Jamal yang membawa" sahut Vito kembali. " Apa kita akan menyerahkan bukti itu ke pihak berwajib, Pak Rizal?" tanyanya kemudian.
" Om David menyuruh kita menyelidiki kasus ini. Sementara tahan dulu barang bukti di markas kita. Kita yang akan bekerja untuk mencari tahu siapa pelaku-pelaku penyerangan tadi, Vit." Rizal mengatakan jika merekalah yang akan menghandle penyelidikan atas penyerangan terhadap Gavin Richard.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
ijin mampir thor 😊
2024-02-11
0
Pipin Wahyuni
lanjut Thor
2023-05-06
0
Rafinsa
I like it.. cerita yg seru. action..
2023-02-10
0