Di sebuah apartemen mewah di pusat kota Jakarta. Sebuah wanita cantik sedang merutuki kegagalannya melakukan aksi balas dendam.
Wanita itu adalah Grace Renata. Putri tunggal Agatha Hirawan bersama mantan suaminya yang blasteran Indonesia-Jerman.
Grace mengira jika Mamanya itu telah ditipu oleh Gavin Richard, yang berusia lebih mudah delapan belas tahun dari Agatha. Dia menilai jika Gavin sengaja menikahi Agatha yang berstatus janda kaya raya untuk memanfaatkan harta warisan yang dimiliki oleh mendiang suami Agatha terdahulu.
" Si al! Mestinya aku bisa menghabisi nyawa dia!!" Grace yang sangat kesal melempar samurainya ke atas tempat tidur.
" Kau benar-benar tidak bisa diandalkan, Joe!" umpat wanita itu kesal karena gagal mengeksekusi Gavin sesuai harapannya.
" Hei! Dia menendang senjataku, Grace! Masa depanku dipertaruhkan! Bagaimana kalau ini sampai patah? Sedangkan ini tidak diasuransikan!" protes pria yang dipanggil Joe itu. Saat melihat kedatangan Rizal dan Vito, Gavin memanfaatkan kelemahan mereka dengan menendang junior milik Joe, juga menangkis senjata yang sedang berada di tangan Grace, hingga terlepas.
Grace mendengus kasar mendengar alasan yang dilontarkan oleh Joe
" Apa kita bisa terlacak? Motor yang kau jadikan umpan tertinggal di sana ..." cemas Grace karena motor itu bisa dijadikan barang bukti oleh pihak penyidik.
" Kau tenang saja, Grace! Plat nomer itu palsu, sudah aku ganti sebelumnya." Joe melangkah ke arah lemari pendingin dan mengambil kaleng soft drink lalu melemparkan minuman bersoda itu ke arah Grace yang dengan sigap ditanggap oleh wanita itu.
Dengan jari telunjuk lentiknya wanita itu membuka pengait tutup kaleng minuman bersoda dan meneguknya, lalu menaruh kaleng minuman yang masih tersisa setengahnya di atas meja.
Grace lalu membuka jaket kulitnya hingga memperlihatkan tubuhnya yang terbalut t-shirt bra hingga menampakkan kedua bukitnya yang menonjol dan sanggup membuat kaum pria menelan salivanya.
" Kau siapkan air hangat, aku ingin mandi!" perintah Grace sambil meloloskan celana panjang dari kaki jenjangnya hingga bagian bawah wanita itu hanya tertutup kain tipis berbentuk segitiga dan memperlihatkan bo kong indah nan mulus yang pasti akan memancing otak para pria langsung travelling.
" Apa kau juga butuh aku untuk menggosok punggungmu, Grace?" Joe menyeringai menatap tanpa kedip tumbuh indah Grace.
" Kau ingin merasakan juniormu itu tertendang dua kali?!" sindir Grace melempar celana panjangnya ke arah Joe hingga membuat pria itu tertawa lebar.
" Kau selalu saja segalak srigala, hahaha ..." Joe masih saja tertawa dan melangkah menuju arah bathroom untuk menyiapkan air hangat untuk Grace.
Sementara Joe menyiapkan air untuk mandi Grace, Grace sendiri menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
" Kau jangan merasa tenang dulu, Gavin! Aku akan tetap mengejarmu!" desis Grace menyebar ancaman.
" Aakkhh ..." Grace memekik karena tiba-tiba tubuh Joe telah mengungkungnya.
" Sebelum kau mandi air hangat sebaiknya kita hangatkan ranjang ini, Grace." Joe langsung menyergap dan melu mat bibir ranum Grace yang langsung dibalas oleh wanita cantik itu hingga mereka saling bertukar saliva saat lidah mereka saling membelit. Sementara tangan Joe sudah berhasil membuka t-shirt bra yang dikenakan Grace hingga kini pegunungan menjulang itu terbuka lebar dan siap dijajah oleh Joe. Dan dengan ketangkasannya Joe berhasil menaklukan Grace hingga akhirnya membuat Grace terus mende sah merasakan kenikmatan yang begitu memabukkan. Apalagi saat celana minim yang dikenakan Grace pun mampu disingkirkan oleh Joe dan Joe berhasil menguasai inti Grace membuat suara e rangan dan desa han terdengar di setiap sudut ruangan. Membuat suhu udara dingin di kamar itu berubah panas oleh sepasang insan yang sedang diselimuti ga irah yang menggelora.
***
Rizal mengerjapkan matanya saat merasakan sebuah kecupan mendapat di pipinya. Dia tahu siapa yang selalu rutin melakukan hal itu kepadanya. Pelakunya adalah Isabella, putri semata wayangnya dengan wanita yang dulu sangat dicintainya Sonia.
" Morning, Pih. Bella berangkat dulu ya, Pih." Suara dengan nada riang terdengar jelas di telinga Rizal.
" Jam berapa sekarang, Sayang? Kamu sudah mau berangkat?" tanya Rizal dengan suara berat lalu menyibak selimutnya mencari ponsel di sisi tempat tidurnya untuk melihat jam.
" Jam tujuh lebih, Pih. Papih masih mengantuk, ya? Pulang jam berapa semalam dari Bogor, Pih?" tanya Isabella duduk di tepi tempat tidur Rizal.
" Jam tiga Papih sampai rumah. Ada masalah yang terjadi yang menghambat Papih pulang cepat," sahut Rizal memijat pelipisnya.
" Ya sudah, Papih istirahat lagi saja kalau begitu. " Isabella kembali bangkit dan meraih punggung tangan Papanya lalu menciumnya.
" Bella kuliah dulu, Pih. Assalamualaikum ..." pamitnya kemudian.
" Waalaikumsalam ... Hati-hati bawa mobilnya!!"' seru Rizal sebelum Isabella menghilang dari kamarnya.
Rizal turun dari tempat tidurnya melangkah menuju kamar mandi. Meski hanya beristirahat sekitar empat jam, tetapi dia tidak bisa kembali terlelap dan bergelung selimut.
Beberapa menit kemudian ...
" Bapak sudah bangun?" Melihat Rizal turun dari tangga dan melangkah ke arah dapur, Bi Tinah bergegas berjalan mengekor di belakang Rizal, karena dia ingin menyiapkan sarapan untuk majikannya itu.
" Iya, tadi Bella yang membangunkan saya," sahut Rizal menarik kursi di depan meja makan dan mendudukinya.
" Bapak mau sarapan sekarang?" tanya Bi Tinah.
" Nanti saja, Bi. Tolong buatkan saya kopi saja." Rizal menolak sarapan dan minta disediakan kopi untuknya.
" Bibi bikin pisang goreng, Bapak mau?" Bi Tinah menawarkan cemilan untuk menemani kopi yang diminta oleh Rizal.
" Iya, boleh, sediakan saja ..." Rizal menyahuti dengan membuka ponselnya. Sementara Bi Tinah segera menyiapkan kopi yang diinginkan oleh Rizal.
Ddrrtt ddrrtt
Ponsel Rizal yang sedang berada di genggamannya berbunyi. Nama Vito yang terlihat muncul di layar benda pipih itu.
Rizal mengeryitkan keningnya. Saat ini waktu menunjukkan pukul 07.45 pagi. Dan Vito sudah menghubunginya sepagi ini. Padahal Vito pun sama sepertinya, pulang dini hari tadi.
" Halo, ada apa, Vit?" tanya Rizal saat menjawab panggilan masuk dari Vito.
" Pagi, Pak. Bapak sudah bangun?" pertanyaan Vito yang justru menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh Rizal.
" Jika saya belum bangun, pasti kau yang sekarang mengganggu tidur nyenyak saya, Vit." Rizal berseloroh.
" Benar saya mengganggu tidur Bapak?" Vito seakan percaya dengan ucapan Rizal.
" Tidak, tidak ... anakku yang tadi membuat saya terbangun," jawab Rizal mengklarifikasi ucapannya. " Ada apa kamu menghubungi saya pagi-pagi? Apa kamu tidak beristirahat?" Jika saja tidak 'diganggu' oleh putrinya tadi, mungkin saat ini Rizal masih terlelap dalam tidurnya.
" Saya baru saja mengantar Isabella ke kampus, Pak. Tadi mobil yang dikendarai Isabella mogok. Dan kebetulan saya lewat sana sedang mencari sarapan di luar. Sekarang ini mobil Isabella masih ditinggal di tempat tadi, Pak. Setelah ini saya akan kembali ke sana untuk menunggu orang bengkel yang akan membawa mobil Isabella ke bengkel." Vito menceritakan alasannya menghubungi bosnya itu pagi ini.
" Mobil Bella mogok? Ya sudah, tolong kamu urus, Vit. Share saja tempatnya di mana? Nanti saya yang ambil mobil Bella. Terima kasih kamu sudah membantu Bella." Tak lupa ucapan terimakasih Rizal sampaikan kepada Vito atas bantuannya, meskipun Vito adalah anak buahnya.
" Sama-sama, Pak. Saya tutup dulu teleponnya, saya mau kembali ke tempat mobil Isabella ditinggal, Pak." Vito meminta ijin untuk mengakhiri sambungan teleponnya dengan Rizal.
" Oke, hati-hati!' pungkas Rizal mengakhiri percakapannya.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
baik nya si vito
2023-05-06
0
Ai Noerhidayah471
Bélla keknya cinta pd pandangan pertama nih disini sama Vito
2022-12-30
0
Wirda Lubis
Grace nakal ya
2022-12-23
0