Perubahan drastis

Siang itu Lea sangat lelah. Dia rindu ayahnya, tapi seperti yang pernah di ajarkan oleh almarhumah ibunya, bahwa seorang istri di larang keluar rumah tanpa izin suami, maka Lea lebih memilih untuk tetap tinggal.

Lagipula saat itu dia masih belum terlalu tegar untuk menutupi prahara rumah tangganya di depan sang ayah.

Di tempat lain.

Raul menerima panggilan dari kakeknya.

"Ya halo, ada apa?" ucapnya ketus.

"Tadi kakek datang ke rumah kamu" ucapan kakek Seno terpotong oleh jawaban Raul.

"Iya aku sudah tau. Terus ini telpon lagi ada kepentingan apa? cepat katakan, aku lagi sibuk !"

Kakek Seno menghela napas panjang menghadapi kelakuan cucunya.

"Kakek mau ngasih tahu kalau besok adalah hari penandatanganan ahli waris atas nama kamu"

"Benarkah kakek , terima kasih kakek. Emmuah"

"Dasar cucu tidak tau diri, giliran bilang warisan aja mau manggil kakek. Pake di cium segala, padahal biasanya bilangnya pak tua, pak tua" gumam kakek Seno dalam hati.

"Iya, besok ada notaris dan beberapa saksi keluarga yang hadir" sahut sang kakek.

"Siap kakek" jawab Raul dengan sangat senang.

"Oh ya Raul, satu lagi," kata kakek Seno.

"Ada apa lagi kakek ku sayang, apa kakek besok mau nambah jatah warisan juga buat aku?" tanya Raul dengan entengnya.

"Dasar, otak kamu cuma isi warisan. Bukan, kakek mau bilang, kamu nggak perlu pakai pengaman pengaman segala. Biar kakek cepat menimang cicit" jawab kakek Seno.

"Pengaman? cicit? apa maksudnya pak tua?" Raul kembali memanggil kakeknya dengan sebutan pak tua.

"Jangan berlaga bodoh, tadi kakek lihat di tempat sampah di dapur kamu. Barang seperti itu jangan di buang sembarangan" tutur kakek Seno.

Raul mengerutkan dahi mendengar ucapan sang kakek, lalu dia teringat bahwa semalam kekasihnya mungkin yang membuangnya di sana.

"OMG, pak tua itu pikir aku melakukannya dengan si kolot" Raul menyadari arah pembicaraan sang kakek.

Tidak mau lama lama terperangkap pada percakapan yang tidak dia sukai, Raul segera mematikan panggilannya.

Senyum lebar dan wajah berbinar terpancar di wajah Raul, mengingat hari esok adalah hari dimana dia tanda tangan untuk penyerahan semua aset milik almarhum papanya.

Dan satu hal menggembirakan lagi adalah, rencananya untuk menceraikan Lea sudah di depan mata.

Karena dari awal dia berniat untuk bercerai setelah tanda tangan.

Sore itu Raul pulang tetap dengan wajah sumringah. Bahkan ketika berhadapan dengan Lea, senyum itu masih bersinggah manis di bibirnya.

"Kamu udah masak? Aku laper nih" ucap Raul.

Lea segera mengangguk dengan di iringi senyuman juga. Bagi Lea , sikap Raul sore itu sangat istimewa karena bertanya tanpa nada membentak dan di sertai senyuman.

Lea menemani sang suami makan sambil berdiri di belakangnya bak seorang pelayan.

"Kenapa berdiri di situ? makanlah," ucap Raul yang kembali membuat hati Lea berbunga bunga

Hatinya sangat bersyukur karena mungkin Allah telah memberi hidayah untuk sang suami. Padahal hal itu sengaja Raul lakukan mengingat bahwa esok mungkin Lea sudah tidak tinggal di situ lagi karena sudah dia talak setelah menandatangani surat warisan.

Jadi di hari terakhir Lea bersamanya, Raul tidak ingin terkesan buruk di mata Lea.

"Apa kamu akan makan dengan menggunakan penutup wajahmu itu? bagaimana kamu bisa memasukkan makanan ke mulut?" pertama kalinya Raul memberikan pertanyaan yang panjang untuk istrinya dengan nada bersahabat.

Lea salah tingkah karena Raul terlihat begitu perhatian. Dan memang selama tinggal bersama Raul , Lea belum pernah sekali saja membuka cadarnya di hadapan Raul.

Dengan perlahan Lea membukanya. Raul sempat terpesona dengan melihat kecantikan Lea yang begitu tersimpan rapat.

Kulit putih , hidung mancung dan bibir mungil berwarna pink itu terlihat begitu menggoda dan sempat membuat Raul tak berkedip.

Sebagai lelaki biasa, Raul sempat merasakan desiran di hatinya. Meski Lea selalu memakai pakaian lebar, tapi bisa di pastikan wanita itu mempunyai body ramping. Dan bisa Raul bayangkan, bagaimana putihnya kulit yang selalu tertutupi itu.

"Ah tidak, sadar Raul. Besok kamu harus menceraikannya !" satu bisikan jahat melintas di pikiran Raul sehingga membuatnya memalingkan pandangan dari Lea.

Usai makan Raul masuk ke kamar. Dia rebahkan tubuhnya ke kasur dengan kasar dengan suasana hati yang sangat gembira.

Rasanya tak sabar dia menanti hari esok untuk segera tanda tangan.

Ponsel bergetar, ada satu pesan masuk di sana.

"Hai sayang, apa besok kamu jadi tanda tangan?"

rupanya kekasih Raul yang sedang mengirim pesan.

"Jadi dong sayang, habis tanda tangan aku akan ceraikan wanita itu dan kita menikah"

balas Raul. Kekasihnya membalas dengan emoji love.

Keesokkan hari.

Raul bangun lebih awal, dan segera bersiap siap untuk menyambut hari cerahnya.

Dia keluar kamar ketika Lea sedang menyiapkan sarapan.

"Sudah matang? boleh aku sarapan sekarang?" tanya Raul dengan senyum ramah.

Lea segera mengangguk, hatinya yang kemaren sempat patah kini terasa hidup kembali karena sikap Raul yang berubah drastis.

Pagi itu mereka kembali makan berdua, dan Raul kembali di suguhi wajah cantik istrinya.

Waktu menunjukkan pukul delapan. Raul sudah sangat tidak sabar, berulang kali dia menghubungi kakeknya untuk segera datang. Dan lima belas menit kemudian kakek Seno datang bersama dengan dua orang keponakannya yang juga saudara sepupu Raul yang akan menjadi saksi.

Kini ketiganya tinggal menunggu kedatangan notaris, dan hal itu kembali membuat Raul sangat gelisah.

"Sabar Raul, apa kamu tidak bisa menunggu?" tanya kakek Seno.

"Tidak, aku paling tidak bisa menunggu!" jawab Raul yang membuat seisi ruangan menggelengkan kepala, termasuk Lea.

Selama mengisi waktu menunggu, kakek Seno sempat memperhatikan Lea yang tampak setia duduk di sebelah Raul dengan sorot mata penuh kebahagiaan. Hal itu membuat kakek Seno merasa lega karena cucunya tidak sedang bermain main dengan pernikahannya.

Setelah tiga puluh menit menunggu, akhirnya sang notaris pun datang juga.

Raul yang sangat tidak sabaran segera menanyakan dimana surat yang harus dia tanda tangani tanpa mempersilahkan tamunya duduk.

"Raul, jaga sikap ! Tunggu lah sebentar sampai beliau duduk" tegur sang kakek.

Pria itu menghembuskan nafas kasar dengan wajah masam dan mengikuti perintah sang kakek untuk menunggu.

Dan setelah beberapa menit, akhirnya sang notaris pun bersuara.

"Silahkan anda baca dengan seksama sebelum tanda tangan"

Raul segera menerima surat itu lalu membacanya, dan satu hal yang sangat tidak dia duga tertera pada lampiran tersebut.

"Tidak, ini tidak mungkin ! "

"Ada apa Raul?" tanya sang kakek.

"Aku tidak setuju dengan syarat yang papa tulis di sini" jawab Raul.

"Jika kamu tidak setuju, berarti kamu tidak perlu menandatanganinya " sahut sang notaris.

Raul sangat tidak terima dengan syarat yang tertera, bahwa dirinya tidak boleh menceraikan Lea jika sudah menandatangani surat warisan itu. Atau jika Raul melanggar, maka hak warisnya tinggal sebagian saja. Karena sebagian lagi akan di berikan kepada Lea.

"Tidak, ini tidak boleh terjadi!"

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

rasakan kamu raul..aduh aturan jangan separo kku bisa semuay milik lea gitu lhoo..si bpk bikin wasiaty nanggung..

2022-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!