...°HAPPY ENDING°...
Alma membuka pintu kamar berwarna silver itu secara perlahan lahan. Kamar yang bernuansa dark menyapu matanya, namun keadaan yang sangat kacau bak kapal pecah membuat Indra penglihatannya sakit. Diantara semua itu yang paling menonjol adalah seseorang yang meringkuk dilantai bersandar dikasur.
Sagara Caesar.
Terduduk dengan memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya, penampilan yang terlihat berantakan. Baju sekolah masih melekat ditubuhnya, rambutnya acak acakan dengan noda darah disekitarnya.
Alma menggigit bibirnya.
Sialan.
Sampai kapan dia harus melihat adegan yang menyedihkan seperti ini?!
Alma menarik nafas dalam dalam, menegakkan pundaknya dan menggenggam erat kotak p3k yang ia bawa.
"Tuan," Panggilnya pelan.
Kepala itu mendongkak, mata sembab itu menatap kearahnya. Alma meredupkan senyumnya melihat kekosongan didalam mata itu.
" Daisy?" Suara serak dan beratnya terdengar.
Hampir satu tahun berlalu, novel berjalan sesuai dengan alur jalan ceritanya.
Tapi kenapa kamu sudah menderita? Lalu bagaimana akhir hidup kamu seperti di novel?
" Ini saya, Alma." Mata kosong itu tidak menatapnya lagi. Pria itu langsung bangkit berjalan dengan gontai kearah kamar mandi.
" Kenapa?" Alma menahan nafasnya, dia langsung menjawab dengan satu kali nafas.
" Saya membawakan obat untuk anda," Sagara meliriknya sebentar, lalu kembali mengambil langkah.
" Letakkan saja disitu." Pria itu mengambil handuk hendak mandi, Alma menurutinya. " Saya letakkan disini,"
Sagara tak menanggapinya sampai perkataan Alma yang selanjutnya, " Tolong jangan terpuruk seperti itu, dia tidak akan suka melihatnya. Jika anda tidak dapat memilikinya, setidaknya anda dapat membuatnya bahagia dengan anda juga bahagia." Alma berucap dengan pelan.
Sudah cukup dia diam selama ini.
Sagara yang malang.
Dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tuanya, kehilangan sahabatnya dan sekarang cintanya. Apa dia juga akan kehilangan tujuan hidupnya?
" Tidak usah ikut campur." Suara dingin nan datar menyambut Indra pendengarannya. Ia segera mengambil langkah mundur dan berbalik.
" Setidaknya aku sudah mengingatkanmu," Gumamnya pelan. Entah Sagara mendengarnya atau tidak.
Setelah berada didapur, gadis itu menghela nafas. " Apa yang harus gue lakuin, sedangkan gue jatuh cinta sama tokoh fiksi itu?"
Bukan hanya karena visualnya yang sangat tampan dan menawan. Tetapi karena tokoh Sagara itu merupakan sosok idamannya.
Sagara adalah sosok yang terlihat kuat diluar namun sangat lembut didalam. Pria yang tidak memperhatikan bentuk kasih sayangnya, namun jika kita peka maka kita akan melihat bentuk kasih sayangnya yang sangat membuat kita akan merasa salting dan bawa perasaan.
Sayangnya pemeran utama wanita kita tidak peka dan melihat itu. Ditambah Sagara sangat menjunjung tinggi harga diri.
Novel sudah berjalan setengah, tetapi Alma sudah tidak tahan melihat penderitaan Sagara.
" Ama,"
Lamunan gadis itu terhenti, Alma tersenyum kecil pada paman tuannya.
" Paman Sam, baru pulang?"
Samuel mengangguk. " Kamu ngapain disini?"
Alma menampilkan senyum cengiran khasnya, " Ama gabut paman, jadi kedapur mau bikin mie. Paman mau Ama buatin kopi?"
Samuel menghela nafas berat, pria paruh baya itu melonggarkan dasinya. " Tidak baik makan mie instan malam malam begini, saya sudah bilang sama kamu Ama. Anggap saja ini rumah kamu, kalau lapar kamu bisa makan."
Alma tertawa kecil.
" Ama tahu, paman. Lebih baik paman mandi dulu, terus ganti baju. Ama siapin dulu kopinya!"
" Baiklah, seperti biasa antar keruang kerja paman."
" Siap, paman."
...****...
" Ayo ganti baju!"
Alma melirik Jesslyn, teman sebangkunya sejak kelas 10. "Aku males olahraga."
Jesslyn mencebik, mengingat kembali sifat Alma. " Mau olahraga ataupun engga mending ganti dulu. Nanti pak Yosep marah, terus dihukum. Mau?"
Alma sontak menggeleng, siapa juga yang mau dihukum. Semua orang juga pasti tidak mau. "Yaudah ayo!"
Dengan terpaksa dia berganti pakaian dengan seragam olahraga berwarna hijau yang merupakan kebanggaan Smith High School. Setelah berganti pakaian dia langsung kelapangan bersama jesslyn yang sedari tadi tidak bisa diam menceritakan sepupunya yang baru saja pulang dari luar negri.
" Ganteng banget! Gue ga nyangka dia berubah sedrastis itu. Lo bakalan terpesona sama dia!" Alma menatap sekeliling lapangan. Untungnya pak Yosep sedang keluar jadi para murid bebas melakukan olahraga apapun yang mereka mau. Dan Alma pikir dia juga akan olahraga, yaitu olahraga menutup mata.
" Kita duduk aja yuk, disana." Tunjuk Alma pada sebuah bangku yang ada dibawah pohon. Terlihat nyaman tanpa tersinari matahari.
" Gue yakin Lo bakal kagum banget sama sepupu gue!" Alma menyerngit melihat keantusiasan temannya. " Emang seberapa gantengnya dia sih? Lebih ganteng mana sama kak Renjana?"
Jesslyn gelalapan. " Ya kalau itu sih beda cerita. Ayang Eja nomor satu! Tapi Abang sepupu gue itu nomor duanya, dia ganteng.. ganteng parah!"
Alma jadi penasaran dengan sosok sepupu jesslyn. Jesslyn memang tidak pernah disebutkan dalam novel, karena mungkin dia sama sepertinya yaitu tokoh figuran. Namun jangan salah, Jesslyn Graham adalah putri satu satunya keluarga Graham. Keluarga yang termasuk jajaran tinggi dan elit, keluarga yang berkecimpung didunia bisnis dan teknologi.
Entah bagaimana Alma bisa berteman dengannya, karena jesslyn sangat menempel padanya. Bahkan dia tak segan menghajar orang yang menjailinya.
" Siapa namanya?"
Mata Jesslyn berbinar. "Namanya Ha-"
" Lihat! Lihat! Sagara sama Eza mau tanding basket!"
" Wah mana mana?!"
" Argh demi apa Eza ganteng banget!"
" Ya Alloh tolong kuatkan hambamu ini!"
" Kayaknya gue overdosis liat kegantengan Saga!!"
Riuh bisikan dan jeritan tertahan para gadis melihat gerombolan pria yang akan bermain basket menghentikan ucapan jesslyn.
Alma mengerjap pelan.
Seperti biasa pesona para tokoh selalu menarik perhatian.
Namun dia belum terbiasa, meski sudah satu tahun dia disini.
Dunia yang masih asing baginya.
...Jangan lupa like dan koment ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments