Helen, Risti dan Roni pun langsung melihat undangan yang di berikan oleh Sinta itu, dan bertapa terkejutnya juga mereka bertiga setelah melihat itu.
" Be******k..." kata Roni yang mengepalkan tangannya karena sangat marah dan kecewa pada rekan kerja sekaligus temannya itu.
" Keterlaluan... " kata Risti yang juga sangat marah dan kesal sama seperti Roni.
" Sabar Sinta, sudah jangan menangis lagi, pria pengkhianat seperti itu tidak pantas untuk kamu tangisi... Dan lupakan saja dia ya..." kata Helen sambil memeluk rekan kerja sekaligus sahabatnya itu.
Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaannya mereka, sedangkan Gio sudah tidak kembali lagi ke ruang itu, ia meminta di pindah tugaskan ke bagian lain, dan permintaan nya pun langsung di setujui oleh atasannya.
Sementara mereka bertiga baru mengetahui nya, setelah atasan mereka memberitahu. Dan itu membuat mereka bertiga lega karena tidak berkumpul sama Gio, kalau tidak bisa - bisa habis gio di tangan mereka karena saking marahnya mereka bertiga terhadap gio.
Sedangkan Sinta hanya diam saja, ia masih sangat sedih dan masih terkejut dengan apa yang terjadi padanya.
Tidak terasa hari pun sudah sore, para karyawan pun langsung pulang begitu juga dengan Sinta dan teman - temannya.
Sinta pun langsung melajukan mobilnya, membelah jalan raya, dan tidak lama ia pun sampai di rumahnya.
" Assalamualaikum... Wahai penghuni rumah , Sinta pulang..." teriak Sinta yang baru saja masuk.
" Eh non Sinta sudah pulang..." kata bibi.
" Ko sepi bi, papah sama mamah kemana... ?" tanya Sinta sambil mencari keberadaan keduanya orang tuanya.
" Oh itu non, tuan dan nyonya tadi siang keluar, katanya mau menjenguk anak sahabat beliau yang kena musibah. Tuan dan nyonya berpesan, nona segera menyusul ke rumah sakit kalau sudah pulang... " kata bibi lagi
" Oh ya sudah bi, aku mau bersih - bersih dulu setelah itu baru menyusul ke rumah sakit..." kata Sinta lagi yang langsung di anggukan oleh bibi.
Setelah mengatakan itu Sinta pun langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri, walaupun masih dengan perasaan yang sangat sedih, tapi Sinta tetap berusaha tegar dan menerima semuanya, habis mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi.
Setelah membersihkan diri dan beristirahat sebentar, Sinta pun langsung menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, karena harinya sudah magrib.
Setelah selesai ia langsung pergi ke dapur untuk makan malam sendiri karena orang tuanya tidak ada di sana.
Setelah selesai makan malam, Sinta pun langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui kedua orang tuanya.
" Sinta pergi dulu ya bi..." pamit Sinta pada bibi yang bekerja di rumahnya itu.
" Iya non, hati - hati di jalan... " sahut bibi dan langsung di anggukan oleh Sinta.
Sinta pun langsung keluar dan menggunakan mobilnya menuju rumah sakit yang di beritahu oleh papahnya saat Sinta menghubungi.
Setelah sampai rumah sakit, Sinta langsung masuk dan menuju ruang perawatan yang juga sudah di beri tahukan kepadanya dari sang ayah di telpon.
" Assalamualaikum... " sapa Sinta yang langsung masuk kedalam ruang perawatan itu.
" Walaikum salam... " jawab mereka yang ada di situ.
" Kamu sudah datang nak, sini kenalkan ini om Atmaja dan Tante Sarah, rekan bisnis sekaligus sahabat mamah dan papah..." kata Laras yang memperkenalkan putrinya itu.
Sinta pun langsung mendekati dan bersalaman serta mencium punggung tangan Atmaja dan Sarah.
" Sinta om, Tante..." kata Sinta ramah.
" Wah kamu cantik sekali sayang, dulu terakhir bertemu kamu masih ber umur lima tahun, dan sekarang sudah dewasa dan sangat cantik lagi..." kata Sarah yang sangat senang sekali bertemu Sinta.
" Benar, om sampai tidak bisa mengenalimu, kalau Bram dan Laras tidak memberitahukan..." kata Atmaja juga
Mereka pun tertawa bersama, dan tanpa mereka sadari, seseorang sedang memperhatikan semuanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Widia Aja
Sepertinya Devan yg ditolong sama Sinta deh..
dan dasar jodoh kali ya...
2023-01-21
0