"Makan apa sayang?" Sepulang dari kantor, Byan menghampiri putri kesayangannya yang tengah asyik memakan cake dengan terus memeluk toplesnya.
"Papa sudah pulang? Coba ini deh ..." Star menyuap cake cokelat kearah mulut Byan.
"Aaa ..." Byan pun menangkap suapan itu kemulutnya.
"Enak?" Tanya Star meyakinkan Byan.
"Emm, enak banget! Beli di mana cakenya sayang?"
"Ra-ha-sia!" Star sedikit berbisik ditelinga Byan, kemudian ia berlari menuju kedalam kamarnya.
Melihat anaknya begitu gembira hari ini tak seperti biasanya, Byan begitu tenang dan sangat menyukai saat-saat seperti ini. Pasalnya, Star tidak pernah terlihat seceria ini sebelumnya.
"Sejak tadi siang sepulang sekolah Star begitu ceria," Ucap Andryani menghampiri Byan yang masih terus terpaku menatap kepergian putrinya.
"Oh ya? Memangnya ada apa Umi?" Byan begitu penasaran.
"Entahlah, yang jelas cake ditangannya itu ridak pernah lepas," Andryani pun pergi menyusul Star ke kamarnya.
...****************...
Seperti biasa, sepulang sekolah Star meminta Sumi untuk mengantarnya lagi ke toko kue milik Mara.
Dengan berbagai jurus dan drama, akhirnya Sumi pun mau tidak mau mengantarkan Star menuju toko kue yang kemarin sempat dikunjungi mereka.
Kali ini mungkin Sumi selamat, tetapi kebohongan tidak akan mungkin terus berjalan mulus. Suatu saat nanti pasti akan tercium juga.
Rasa takut menyelimuti dirinya, Sumi melirik setiap arah takut jika ada bossnya yang melihat.
Sampai di toko kue, Star segera menemui tante cantik yang selalu membuatnya rindu akhir-akhir ini.
"Tante cantik!!" Star berlari menghampiri wanita yang belum dia ketahui namanya itu.
"Star??" Mara pun langsung menangkap tubuh mungil Star kepelukannya. Meskipun saat ini ia tengah melayani pelanggan yang sedang membeli cakenya.
"Maaf Mba, non Star terus saja merengek untuk menemui Mba," ucap Sumi terbata dengan suara seraknya.
Mara hanya mengangguk pelan, ia kemudian meminta Star dan Sumi untuk menunggu di ruang kerjanya terlebih dahulu. Karena beberapa pegawainya sedang keluar makan siang dan ia harus melayani pelanggannya untuk sementara.
Setelah beberapa menit, Mara pun langsung menghampiri bocah yang sudah menunggunya sejak tadi.
"Star sudah izin sama Omma?" Tanya Mara pada Star sembari memberi air putih dan beberapa potongan buah di meja.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Star hanya menggelengkan kepalanya.
"Sama Papa sudah izin?" Tanya Mara lagi.
Namun Star menggelengkan kepalanya lagi.
"Sama Mama???"
Tiba-tiba raut wajah Star yang awalnya ceria berubah menjadi redup ketika mendengar Mara membahas soal Mama.
"Star?" Tanya Mara lagi.
"Star tidak punya mama," dengan suara lirihnya, mata Star mulai memerah.
"Tante tidak bermaksud untuk menyinggung perasaanmu nak, maaf," Mara pun langsung memeluk erat tubuh Star.
Sementara Sumi hanya menundukkan kepalanya tak berani berkata apapun.
Perlahan setelah situasi tenang, Sumi pun menjelaskan kepada Asmara perihal mama Star yang telah meninggal saat dia dilahirkan.
Asmara mencoba mengerti akan kondisi Star, ia pun mencoba menenangkan perasaan Star.
"Kata Papa, mama Star ada di syurga," dengan suara yang masih tersedu ia menatap kearah Mara yang kini memeluk erat tubuh mungilnya.
"Meski mama Star di syurga, dia tetap akan menjaga Star dari kejauhan,"
"Tapi Star tidak pernah melihat mama, Tante,"
"Mama Star itu spesial, tapi Star pernah lihat mama di dalam mimpi bukan??"
Star pun menganggukkan kepalanya pelan, ia kemudian beringsut melepas pelukan Mara.
"Tante cantik mirip mama Star,"
"Oh ya, sepertinya Tante akan menjadi teman baik untuk Star," Asmara tersenyum, kemudian ia menenangkan hati bocah itu kembali.
"Waktunya pulang, Star pasti dicari sama Papa dan Omma,"
"Papa sibuk di kantor, Omma sibuk sama teman-temannya,"
Star memanyunkan bibir mungilnya. Hal itu membuat Mara semakin gemas. Ingin sekali ia mencubitnya, tapi takut anak itu akan menangis.
"Tante, kita main yukk," Sontak permintaan Star membuat Mara bingung.
"Non Star, Tantenya sedang sibuk bekerja. Kita pulang saja ya, pasti Omma sudah mencari kita," sambung Sumi.
"Tidak mau Mba, Star masih mau sama Tante cantik," Star kembali merengek.
"Non, nanti Mba Sumi yang dimarahi Papa, ayo kita pulang," Sumi kembali membujuk Star.
"Tidak!" ucap Star ketus.
"Sayang, Mba Sumi benar. Lebih baik Star pulang dulu. Tante juga sedang bekerja, tidak bisa ajak Star main," kini giliran Mara yang mencoba untuk membujuk Star.
Star masih memanyunkan bibirnya, dengan kedua tangan yang terlipat didepan dadanya.
"Star, Tante janji nanti weekend kita akan bermain. Gimana??" Mara mencoba meyakinkan Star yang susah dibujuk itu. Mau tak mau ia harus mencari cara lain agar anak itu segera pulang.
"Tante janji??" dengan wajah sumringahnya, Star mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Mara.
Mara pun menautkan jari kelingkingnya.
"Ya. Tante janji,"
Setelah janji itu, Mara pun memutuskan untuk bertemu dengan Star. Ia meminta Sumi menemuinya ditaman yang berada di dekat toko kue Asmara.
...****************...
Hari itu pun tiba, kini Star dan Sumi telah menunggu Mara ditaman bermain yang mereka janjikan.
Sebenarnya Mara tak ingin bertemu dengan Star secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan papa dan ommanya. Tapi, untuk sementara waktu Mara melakukan ini, karena Sumi yang memintanya. Sumi sangat takut jika bossnya akan memarahinya atau bahkan memecatnya jika mengetahui Star dipertemukan dengan Mara lagi.
Terakhir kali, dia sudah dimarahi habis-habisan oleh Byan, dan untuk saat ini Sumi tak ingin hal itu terjadi.
Star amat senang hari ini, ia begitu puas karena tante cantiknya bisa menepati janji dan menemuinya. Tak seperti papanya yang tidak pernah menemaninya pergi bermain.
Setelah beberapa jam puas bermain, Mara harus segera pergi. Ia pergi karena harus menemani ibunya untuk chek up ke Rumah Sakit.
Meski kecewa, Star pun mengizinkan Mara untuk pergi. Baginya hari ini sangat cukup dibandingkan papanya yang terus saja bekerja meski weekend.
Tiba di Rumah Sakit, Mara mengantarkan ibunya ke Ruang dokter yang menanganinya selama ini. Tak butuh waktu lama, setelah selesai diperiksa Mara dan ibunya pun kembali untuk pulang. Namun sebelum itu, mereka menebus obat terlebih dahulu.
"Ibu tunggu saja disini, Mara akan menebus obat,"
Mara meminta ibunya menunggu, sementara ia menuju ke Apotek Rumah Sakit.
"Hati-hati nak," Kamila pun memilih menunggu Mara, karena jarak Apotek lumayan jauh dari ruang tempat periksanya. Kakinya akan pegal jika ikut dengan Mara, belum lagi jika harus mengantri.
Bugh!!!
Mara berjalan dengan terburu-buru, karena takut ibunya lama menunggu. Tubuhnya pun menabrak seseorang hingga terjatuh di lantai.
"Aww," Mara mengaduh kesakitan.
"Maaf, saya terburu-buru. Anda tak apa??"
Mara mendongakkan kepalanya, karena seseorang yang ia tabrak tadi berdiri tegak tepat didepannya dengan mengulurkan tangan untuk menawarkan bantuan.
"Terimakasih ..." Mara pun meraih uluran tangan orang itu dan berdiri tanpa berlama-lama karena ia akan malu jika sampai ada orang lain yang melihatnya terjatuh.
"Ka-mu??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments