Di sebuah kamar apartemen yang mewah, seseorang duduk di depan jendela kaca. Di tangan kanannya ada sebatang rokok yang baru saja di nyalakan nya dan di tangan kirinya ada gelas berisi minuman.
Sesekali orang itu mengisap rokoknya lalu meneguk minumannya. Nampak ia sedang banyak pikiran.
Aku tak boleh membiarkan Adras lebih lama bersama perempuan kampungan itu. Bagaimana pun dia perempuan yang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang menggoda. Bagaimana kalau Adras akhirnya jatuh cinta padanya? Bagaimana kalau akhirnya Adras tertarik pada tubuhnya? Tidak! Adras adalah milikku, hanya milikku. Tak akan kubiarkan siapapun merebut Adras dari sisiku. Aku akan menjadikannya milikku satu-satunya. Sekarang aku tak peduli lagi orang akan bilang apa. Bahkan kalau kami berdua harus pindah ke luar negeri karena hubungan ini, aku tak peduli. Aku punya uang yang banyak. Adras juga punya uang yang banyak. Ia dapat bekerja sebagai pilot di maskapai yang lain.
Minuman di tangannya kini sudah habis. Begitu juga dengan rokoknya. Ia pun berdiri dan meraih kunci mobilnya. Ia harus pulang ke rumahnya. Berpura-pura lagi menjadi pasangan yang berbahagia, sampai akhirnya Adras menceraikan Jelena dan mereka akan bersama lagi. Besok, ia akan kembali ke apartemen ini. Apartemen yang menjadi saksi bisu hangatnya hubungan cinta terlarangnya bersama Adras. Hubungan yang membuat ia merasa sangat dicintai dan diperhatikan oleh Adras. Tak sabar rasanya ia menunggu besok.
*********
"Jangan Jelena....!" Kata Adras sambil mundur beberapa langkah.
"Aku mau kita melanjutkan apa yang kita mulai kemarin." Jelena menurunkan gaun tidurnya dan ia kembali memeluk Adras. Mereka pun akhirnya kembali berciuman.
Jelena merasakan seluruh aliran darahnya menjadi panas. Ia mengikuti saja apa yang dilakukan Adras padanya.
Saat tubuhnya dibaringkan di atas ranjang, saat Adras melepaskan kain penutup inti tubuhnya, Jelena hanya bisa memejamkan matanya. Ia sudah mendengar kalau saat pertama akan terasa sakit karena itu ia berusaha fokus merasakan sentuhan Adras dari pada harus memikirkan rasa sakitnya.
Saat penyatuan itu terjadi, Jelena menjerit kesakitan. Milik Adras terlalu besar untuknya dan dia sungguh merasakan kalau ada sesuatu yang membela inti tubuhnya.
Adras terkejut saat ia berhasil memasuki Jelena. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang robek di sana. Namun karena gairah terlalu kuat menguasainya, Adras menuntaskan hasratnya dulu. Barulah kemudian, saat semuanya selesai, Adras menatap Jelena dengan sangat dekat. Gadis itu nampak menangis.
"Kamu masih perawan?" tanya Adras.
"Sekarang tidak lagi.' jawab Jelena pelan. Ia tak berani menatap Adras.
Adras menjauhkan dirinya dari Jelena. Ia turun dari ranjang dan melihat ada tetesan darah saat ia melepaskan dirinya dari Jelena.
Dengan cepat ia melangkah ke walk in closet, memakai pakaiannya dan kembali mendekati Jelena. Gadis itu sedang berusaha bangun sambil menahan sakit di inti tubuhnya. Di ambilnya baju dalamnya dan dikenakannya kembali.
"Jelena, jadi selama ini kamu menipu aku? Kamu menipu aku agar bisa menikah denganku? Ah.....!" Adras mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sungguh tak bisa menahan rasa amarahnya. Merasa sangat kesal karena telah ditipu oleh Jelena.
Sambil tertatih, Jelena melangkah ke arah gaun tidurnya. Ia memakai gaun tidur itu lagi, lengkap dengan kimononya.
"Jelena, Jelaskan......!" teriak Adras dengan wajah yang merah.
"Ya. Malam itu tak ada yang terjadi diantara kita."
Prang...! Adras mengambil gelas yang memang selalu tersedia di kamar itu dan membantingnya dengan keras.
Jelena sangat terkejut namun ia berusaha tenang.
Adras membuka pintu kamarnya. "Santi.....! Sofia......! Ke sini kalian....!"
Santi dan Sofia yang sebenarnya sudah mendengar keributan dari kamar pamannya, segera membuka pintu kamar mereka.
"Ada apa uncle?" tanya Sofia ketakutan.
"Ke sini kalian....!" teriak Adras dengan mata yang menyala.
Kedua gadis itu langsung berlari menuju ke kamar paman mereka. Marlisa membuka pintu kamarnya dan bermaksud untuk mendekat namun Adras langsung membanting pintu kamarnya membuat langkah wanita itu terhenti.
"Ada apa?" taya Santi. Ia sempat melihat ke arah ranjang yang nampak berantakan lalu kemudian melihat ke arah Jelena yang berdiri di tepi ranjang dengan wajah pucat.
"Kalian bekerja sama untuk menjebak uncle kan? Kau...!" Adras menunjuk Sofia. "Sengaja membuat uncle nampak mabuk malam itu namun ternyata kau mencampurkan obat tidur ke minuman itu. Kalian sengaja menjebak aku?"
"Men...jebak? Tapi...." Sofia semakin ketakutan.
"Kalau malam itu terjadi sesuatu antara uncle dah Jelena, bagaimana mungkin malam ini dia masih perawan?" tanya Adras.
"Uncle....sama aunty....." Sofia tersenyum. Ia menatap ke arah ranjang. Lalu menatap adiknya, Keduanya langsung berpelukan sambil tersenyum bahagia. "Uncle bukan seorang gay."
"Aku seorang gay." ujar Adras membuat Santi dan Sofia kembali menatap Adras.
"Tapi......" Santi bingung.
"Malam ini adalah sebuah kesalahan. Kalian sungguh keterlaluan menjebak uncle seperti ini. Uncle tak akan pernah memaafkan kalian!" Adras meraih ponsel dan kunci mobilnya. Ia menatap Jelena dengan mata yang menyala. "Besok pagi, kau harus segera meninggalkan rumah ini! Kita akan bercerai."
"Uncle....!' Sofia protes.
"Sebagai hukumannya, kalian berdua tak akan mendapatkan uang bulanan kalian. Dan mobil barumu, uncle tahan." ujar Adras lalu segera pergi.
Sofia dan Santi mendekati Jelena. "Aunty....!"
Jelena tersenyum. "Kita memang tak baik karna sudah menipu Adras. Namun setidaknya kalian tahu kalau paman kalian ternyata bisa berhubungan dengan perempuan. Mungkin saja ia bisa dengan perempuan dan bisa juga dengan laki-laki. Dia memang sudah pernah mengaku padaku kalau dirinya seorang gay."
"Aku tak akan membiarkan uncle menceraikan aunty." ujar Santi tegas.
"Iya. Aku juga!"
Marlisa masuk. Ia langsung mendekati ketiga gadis itu dan menatap mereka dengan garang.
"Sungguh hebat apa yang kalian perbuat ya? Mau menjebak Adras sehingga ia bisa menikahi wanita miskin ini. Namun aku dengar tadi kalau Adras memintamu untuk segera meninggalkan rumah ini besok pagi. Tentu saja dengan sangat senang, aku akan membantunya untuk mendorongmu keluar dari sini." Marlisa menunjuk wajah Jelena dengan jarinya namun Santi menepiskan tangan Marlisa. "Jangan coba-coba menganggu aunty Nana. Dia tak akan kemana-mana."
"Ya. Aunty Nana akan tetap di sini karena dia adalah istri uncle Adras." sambung Sofia.
Marlisa langsung tertawa. "Oh ya? Kita lihat saja nanti." katanya lalu segera meninggalkan kamar itu.
Santi dan Sofia memeluk Jelena. "Apapun yang terjadi, aunty akan kami perjuangkan." Ujar Sofia.
*********
Hari sudah menunjukan pukul 7 pagi saat Jelena sudah selesai membereskan barang-barangnya. Ia tak membawa baju yang banyak. Hanya beberapa saja karena ia tahu sebagain besar baju itu dibelikan oleh Santi dan Sofia.
Satu malam Jelena tak bisa tidur. Ia terus memikirkan apa yang terjadi. Ia memang telah kehilangan kesucian dirinya. Namun ia bersyukur karena bisa membuktikan kalau Adras bisa dengan seorang perempuan.
Adras sendiri tak pulang. Entah kemana pria itu pergi. Jelena pun keluar kamar sambil membawa tas yang berisi beberapa potong pakaian dan buku kuliahnya.
Saat ia menuruni tangga, nampak Marlisa, Jeff, dan Adras yang baru saja memasuki ruang tamu. Sepertinya ia baru saja pulang.
"Akhirnya kamu tahu diri untuk pergi dari rumah ini." ujar Marlisa.
Jelena mendekati Adras. Ia membuka dompetnya dan menyerahkan kartu yang pernah diberikan Adras padanya. "Terima kasih dan maafkan aku." kata Jelena. Ia kemudian melangkah pergi.
"Tunggu!" Santi dan Sofia berlari menuruni tangga.
Keduanya sudah membawa koper di tangan masing-masing.
"JIka aunty Nana harus pergi dari rumah ini, maka kami juga akan pergi." kata Sofia diikuti anggukkan kepala dari Santi.
"Kalian.....!" Adras nampak marah.
"Kami yang meminta aunty Nana bekerja sama dengan kami. Dia memang tak mau namun kami bermohon padanya. Kamilah yang membuat ia nampak seperti seorang penipu. Karena itu kami akan pergi dari sini!" kata Santi. Ia memegang tangan Jelena.
"Santi, Sofia, jangan...! Kalian harus tetap di sini." Jelena menjadi tak enak.
"Sandiwara lagi kan?" Marlisa mengejek.
"Pergilah jika kalian memang ingin pergi!" kata Adras tegas lalu segera menaiki tangga.
Jeff terkejut. "Adras...., kok seperti ini?"
Sofia menahan air matanya. "Ayo aunty!"
"Tidak! Kalian tak boleh ikut aku. Kalian harus di sini." ujar Jelena.
"Aunty mengijinkan atau tidak, kami tetap akan pergi." ujar Santi.
Sebuah taxi ternyata sudah menunggu mereka. Adras merasakan hatinya sakit melihat kedua ponakannya, pergi dengan Jelena.
**********
Bagaimana kisah ini berlanjut?
Berikan komentarmu, guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
"lazygirl"
aduh jd kacau..
semoga jelena makin kuat stlh kehilangan keperawanannya..
2023-01-06
0
Muhamad Iqbal
kok bolak balik blum ad up terbaru nya Thor,,
semoga sehat sllu buat author nya biar bisa up tiap hari terus 🥰🥰🥰
2022-12-25
1
Noer Soeryantie
nah kan... disaat jelena pergi dan surya gencar mengejar jelena disitilah adras merasakan kehilangan dan cinta itu datang😘😘
2022-12-25
1