Mendengar penjelasan dua kakak beradik ini, sebenarnya Jelena tambah pusing.
"Bagaimana jika jebakannya tak berhasil?" tanya Jelena. Jujur saja ia merasa kalau rencana kedua gadis cantik ini sungguh berbahaya.
"Uncle Adras orangnya sangat bertanggungjawab. Sebenarnya dia orang yang nyaris sempurna. Jarang sekali membuat kesalahan. Tapi, kita akan membuatnya bersalah kali ini."
"Terus bagaimana dengan keluargaku? Bibi dan paman pasti tak akan melepaskan ku."
"Soal yang itu, tenang saja. Kami yang akan menyelesaikannya. Orang matre seperti mereka gampang di urus. Asalkan kak Jelena berjanji akan menjaga uncle Adras dengan baik. Atau setidaknya membuat dia sembuh kalau memang dia seorang gay." ujar Sofia.
"Bagaimana jika pernikahan ini tak berhasil?" tanya Jelena.
"Kami akan membebaskan kakak dari perjanjian kita. Kakak bisa bekerja di salah satu cabang perusahaan kami." ujar Sofia lagi.
Jelena pun setuju. Demi kuliahnya dan demi kebebasannya, ia rela menikah dengan pria yang tak di cintanya.
*********
Alina dan suaminya Bondan, kaget melihat ada seorang pria menggunakan jas hitam, memasuki kios tempat mereka berjualan. Melihat dari jas yang dipakainya, tentulah bukan kebetulan orang sekaya ini mau datang ke kios makan mereka.
"Tuan, mau pesan apa?" tanya Alina.
"Saya mau berjumpa dengan ibu dan bapak."
Alina memanggil suaminya dan duduk di hadapan pria berjas hitam itu.
"Saya ke sini tak mau neko-neko. Saya ingin anak perempuan kalian. Namanya Jelena."
Suami istri itu saling berpandangan. "Anda siapa?"
"Tak perlu tahu siapa saya. Yang pasti saya akan memberikan kalian uang yang banyak jika kalian menyerahkan Jelena kepada saya."
Kedua suami istri itu saling berpandangan. Keduanya tersenyum. "Berapa uang yang akan tuan berikan?" tanya Alina.
"Berapa yang kalian inginkan?" tanya pria berjas hitam.
Pasangan suami istri itu saling berbisik. "1 Miliar." kata Alina.
Pria berjas hitam itu tersenyum. "Ok. Saya setuju asalkan setelah itu kalian tidak akan pernah menganggu dan mencari Jelena karena jika itu terjadi, saya akan membuat kalian masuk penjara. Kalian juga harus kembali ke desa."
Kedua suami istri itu saling bertatapan. Mereka memang sudah berencana balik ke desa. Namun mereka malu jika pulang dalam keadaan miskin. Setelah saling berdiskusi, akhirnya pasangan suami istri itu setuju. Biar saja Jelena pergi asalkan mereka akan mendapatkan uang yang banyak. "Baiklah, tuan. Lalu kapan uang itu bisa kamu dapatkan?"
"Sekarang."
"Sekarang?"
"Ya. Dengan kalian menandatangani surat perjanjian bahwa kalian tak pernah mengusik kehidupan Jelena lagi maka kalian akan menerima uangnya hari ini juga."
Alina dan Bondan nampak senang. Tanpa membaca lagi surat perjanjian itu maka mereka langsung menandatanganinya.
"Sekarang panggil putri kalian!"
Alina memanggil Jelena. Seperti yang telah diatur, Jelena pura-pura tak mau pergi dan memberontak. Namun dia akhirnya ikut juga dengan membawa semua buku kuliahnya dan juga beberapa potong pakaiannya.
Pria berjas hitam itu, membawa Jelena ke sebuah rumah. Itu adalah rumahnya. Di sana sudah menunggu Sofia dan Santi.
"Terima kasih telah membebaskan aku. Hanya saja, kalian sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak." kata Jelena merasa tak enak hati.
"Itu bukan masalah bagi kami. Sebenarnya bermasalah juga jika uncle Adras sampai tahu." Sofia tertawa diikuti oleh Santi.
"Ini adalah paman Rian. Dia adalah pengacara keluarga kami. Dia juga yang mengatur semua keuangan kami yang di dapatkan dari hasil perusahaan orang tua kami. Istri paman Rian sudah meninggal dan anak paman Rian bekerja juga di perusahaan. Hanya paman Rian yang bisa kami percayai." ujar Santi.
Rian Admajo. Ia menyayangi Sofia dan Santi seperti anaknya sendiri. Ia adalah sahabat baik keluarga ini. Saat mendengar rencana kedua gadis ini, Rian awalnya kurang setuju. Ia juga tak mau kalau Adras mendapatkan pasangan yang tidak baik. Makanya ia diam-diam menyelidiki siapa sebenarnya Jelena. Dan Rian berkesimpulan kalau gadis ini adalah gadis yang baik. Rian ternyata mengenal dengan baik orang tua Jelena. Sayangnya mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menyebabkan Jelena harus tinggal dengan paman dan bibinya.
Rian sebenarnya merasa terbeban karena Adras belum menikah. Apalagi ada rumor yang mengatakan kalau ia seorang gay. Rian tak ingin Adras tak menikah apalagi tak memiliki keturunan. Rian juga mengerti dengan kekhawatiran Sofia dan Santi. Karena ia sendiri tak menyukai istri Jeff yang ketiga ini.
**********
Adras turun dari Lamborgini hitamnya. Ia baru saja pulang setelah menyelesaikan tugas penerbangannya 2 hari ini.
Nurdin, seorang asisten rumah tangga, segera menerima kunci dari tangan Adras. Tugasnya adalah menurunkan koper sekaligus juga membersihkan mobil ini. Adras tidak suka menggunakan mobil yang kotor.
Saat Adras akan membuka pintu depan, pintu itu terbuka dari dalam dan nampak lah wajah dua orang ponakan cantiknya.
"Hai uncle." sapa mereka kompak.
Adras tersenyum. Lalu kedua ponakannya itu langsung mencium dan memeluk paman mereka secara bergantian.
"Capek ya?" tanya Sofia.
"Iya. Uncle mau mandi dan tidur."
"Besok belum ada jadwal penerbangan kan?" Kali ini Santi yang bertanya.
"Iya. Belum ada. Nanti lusa. Besok uncle off."
"Kalau begitu kita ke villa ya? Sudah lama kita tak ke sana." ujar Sofia.
"Wah, ke villa. Boleh dong ikut." Marlisa yang entah dari mana, sudah muncul diantara mereka.
Sofia dan Santi saling berpandangan. Bisa kacau rencana mereka jika si Mak lampir ini ikut.
"Eh, nanti opa Jeff sendirian." kata Santi.
"Opa Jeff malam ini mau ke Bali. Jika kalian pergi, maka mami yang sendirian di sini." Marlisa memasang wajah penuh permohonan.
"Kita berangkat bersama esok pagi." ujar Adras dingin lalu segera menuju ke kamarnya.
Sesampai di kamar ia langsung mandi dan tidur. Adras ingin bermimpi indah tanpa tahu kalau besok nasibnya akan berubah.
***********
Adras memiliki sebuah villa di puncak. Villa yang di belinya 3 tahun yang lalu.
Jika ia merasa lelah dan ingin menyendiri, maka ia akan datang ke sini.
Villa ini terdiri dari dua lantai. Di kamar bawa ada 2 kamar dan di lantai dua ada 3 kamar.
Kamar Adras sendiri ada di lantai 2. Sebuah kamar yang besar dan mewah. Namun begitu tiba di sana, tiba-tiba saja kedua ponakannya ingin berada di kamarnya. Adras pun mengalah. Ia memilih kamar yang masih di lantai dua sedangkan Marlisa mendapatkan kamar di lantai satu. Santi dan Sofia sudah memerintahkan penjaga villa untuk menyediakan kamar di bawa itu agar Marlisa tak menganggu urusan mereka.
Saat siang hari mereka makan siang di teras samping. Di puncak ini memang ada beberapa villa juga.
"Lho itu kan kak Jelena." Sofia menunjuk seorang gadis yang sedang berdiri di depan villa mereka.
"Siapa Jelena?" tanya Adras.
"Gadis yang menolong aku saat dihadang oleh sekelompok berandalan. Paman ingat kan?"
Adras mengangguk. "Iya. Katamu gadis itu tak takut sedikit pun dengan para berandalan itu kan?"
"Iya." Sofia langsung berdiri. "Kak Jelena!"
Jelena menoleh. Ia tersenyum ke arah Sofia sekaligus dadanya berdetak sangat cepat karena mereka harus memulai sandiwaranya saat ini juga.
"Ayo ke sini, kak!" panggil Sofia sambil melambaikan tangannya.
Jelena pun mendekat dengan malu-malu.
"Kakak kenapa berdiri di situ sendirian?" tanya Sofia.
"Aku sebenarnya mau ke villa yang ada di sebelah. Villa itu disewa oleh bos tempat aku bekerja dan aku akan di sana untuk bekerja. Namun mereka belum datang." Kata Jelena tanpa mau menatap Adras yang nampak sibuk dengan ponselnya.
Marlisa menatap Jelena dari atas sampai kebawah. Gadis itu terlihat sederhana dengan celana jeans dan kemeja biru yang terlihat sedikit lusuh. Namun, walaupun ia tanpa dandanan, tapi Marlisa tahu pada dasarnya gadis ini sangat cantik. Dan ia nampak tak suka.
"Kakak menunggu di sini saja. Dari pada harus berdiri di tepi jalan. Nanti sore dicek lagi apakah mereka sudah datang atau belum." Kata Sofia.
"Tapi...., aku tak mau merepotkan kalian." kata Jelena pura-pura menolak.
"Nggak masalah, kok." Santi menyentuh bahu pamannya. "Uncle, boleh kan kak Jelena menunggu di sini?"
"Ok." Jawab Adras datar sambil terus fokus pada layar ponselnya.
"Tuh kan kak, uncle kami saja mengijinkan." Sofia nampak senang. Sebentar lagi, mereka harus menyingkirkan Marlisa sebelum memulai rencana mereka.
**********
Malam telah tiba. Jelena menggunakan alasan bahwa paman dan bibinya ternyata batal datang karena ada kerabat mereka yang meninggal. Akhirnya Jelena menginap di sana.
Selesai makan malam, Santi langsung mendekati Marlisa. "Mami cantik, boleh kan temani Santi? Mau ke mini market yang ada di sana. Santi mau membeli pembalut. Nggak enak jika harus memanggil uncle Adras." Santi beralasan.
"Panggil saja Sofia."
"Kak Sofia katanya lagi nggak enak badan. Ia takut juga menyetir di malam hari. Ayolah!" bujuk Santi.
"Tapi.....!"
"Nggak lama, kok." Santi langsung menarik tangan Marlisa dan meraih kunci mobil yang ada di atas meja.
Melihat Marlisa dan Santi sudah pergi, Sofia pun menemui Adras yang sedang nonton TV. Adras memang sangat menyukai sepak bola.
"Uncle, ini temanku yang ada di Spanyol, baru saja mengirimkan sebotol anggur yang sangat enak."
Adras menatap Sofia. "Kamu minum alkohol?"
"Nggak uncle. Ia mengirimnya untuk uncle. Aku kan cerita kalau uncle suka mengoleksi berbagai jenis anggur."
Adras mengangguk. "Tuangkan untuk uncle. Kalau nggak enak, sisanya langsung di buang ya?"
"Ok." ujar Sofia senang. Ia segera membuka penutup botol itu. Dan tanpa di sadari oleh Adras, Sofia meneteskan obat tidur yang sama sekali tak berasa jika dicampurkan pada minuman.
Setelah obat itu tercampur dengan baik, Sofia pun membawanya kepada Adras.
"Waw..., ini sangat enak. Kadar alkoholnya berapa persen?" tanya Adras.
"Hanya 5 persen, uncle."
Adras menikmati anggur itu sambil terus menonton siaran TV yang menampilkan acara olahraga tenis. Adras memang suka bermain tenis jika ia memiliki waktu untuk libur.
Sofia terus mengajak Adras bercerita tanpa lelaki itu sadari bahwa Sofia sudah menuangkan anggur itu secara berulang-ulang.
Sementara itu, Santi yang pergi ke minimarket bersama Marlisa , dalam perjalanan pulang, mobil yang mereka bawa, ban belakangnya, dua-duanya kempes. Marlisa nampak kesal karena malam sudah agak larut dan mulai hujan rintik-rintik.
Kembali ke villa....
Dengan susah payah, Sofia dan Jelena membawa tubuh Adras ke kamar atas.
Sofia langsung melepaskan kemeja pamannya.
"Jelena, selanjutnya kamu saja yang lepaskan celana uncle Adras."
"Kok aku?" Wajah Jelena menjadi pucat.
"Kamu kan yang akan menjadi suami dari uncle. Jadi kamu yang harus membukanya. Uncle harus benar-benar tanpa busana. Kalau nggak, uncle pasti nggak akan percaya."
Jelena menatap Sofia dengan wajah penuh permohonan. "Tapi...., aku kan...."
"Please....., nggak boleh aku. Itu dosa namanya."
Jelena menatap pria tampan yang sudah tertidur nyenyak seperti bayi. Perlahan ia meraih selimut dan menutupi tubuh Adras. Ia memasukan tangannya ke dalam selimut. Mencoba membuka pengait celana kain yang Adras kenakan. Tangannya sangat dingin dan ia merinding saat kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tubuh Adras.
Sukses! Celana itu lepas dari tubuh Adras.
Sofia tersenyum. Ia kemudian melemparkan celana dan kemeja pamannya dengan sembarangan.
"Selanjutnya kamu, Jelena."
"Aku?"
"Iya. Kamu pakai gaun tidur ini dan aku akan merobeknya supaya nampak kalau kamu memang sedang melawan uncle Adras."
"Tapi...!"
"Sandiwara kita harus sukses."
"Baiklah." Jelena membuka bajunya dan menggantikan dengan gaun tidur. Setelah itu Sofia merobek beberapa bagian baju itu.
"Kayaknya supaya nampak seperti ada perlawanan maka di tubuhmu harus ada memar"
Jelena menarik napas panjang, saat tubuhnya harus dibenturkan di lemari dan menciptakan beberapa memar di tubuhnya.
Sofia memeluk Jelena. "Semuanya kami serahkan di tanganmu, Jelena. Tolong jadilah istri bagi uncle ku. Sembuhkan dia jika memang dia adalah seorang gay. Tolong selamatkan garis keturunan opa dan omaku. Selamat malam."
Jelena menarik napas panjang saat Sofia meninggalkannya sendiri di kamar itu bersama Adras yang sudah tertidur.
Akankah sandiwara mereka sukses?
***********
Terus dukung emak ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
gia nasgia
Sofi punya bakat jadi sutradara 😂
2025-02-07
0
"lazygirl"
salfok sm adras yg lg nonton tv yg suka sepak bola trs ada lg adras nonton tv acara tenis.. 😅
2023-01-06
1
gia gigin
oh ternyata uncle msk dlm jebakan batman 😂tapi mereka melakukan karena ada alasannya 🤔klau aku setuju aja dgn santi dan sofia😄
2022-12-23
0