Tangan Adras yang ada di dada Jelena, terasa dingin bagaikan es. Jelena sendiri berusaha menguasai dirinya dari rasa malu yang sebenarnya ditahan oleh perempuan itu karena tampil hampir polos di depan Adras.
Yang selalu menguatkan gadis itu adalah, Adras adalah suaminya yang sah. Mereka sudah menikah. Tampil seperti ini di depan suami sendiri bukanlah sesuatu yang salah dan Jelena ingin mengembalikan Adras pada kodratnya yang semula. Adras adalah seorang laki-laki.
"Kamu ingin apa?" tanya Adras. Ia ingin menarik tangannya namun Jelena menahannya.
"Mas, aku ingin membuat kamu sembuh." ujar Jelena dengan suara lembut. Ia memberanikan diri menatap Adras. Wajah lelaki itu nampak merah.
"Jangan main-main dengan aku, Jelena!" kata Adras dengan suara yang sedikit mengancam.
"Aku nggak main-main dengan kamu, mas." Jelena dengan berani menekan tangan Adras ke dadanya.
Adras memejamkan matanya. Terlihat kalau ia frustasi. "Jelena...!" ucapnya dengan suara yang parau.
Jelena merasakan bulu kuduknya berdiri. Ini sebenarnya bagian paling intim yang ia lakukan bersama seorang laki-laki. Namun ia berusaha untuk kuat demi tercapai semua tujuan pernikahan ini. Santi dan Sofia sudah banyak membuatnya menonton cara membuat seorang laki-laki tertarik dengan seorang perempuan. Selama 3 bulan ini Jelena sudah banyak membaca bagaimana cara penyembuhan seorang gay. Jadi, dia tak akan mundur malam ini.
"Kita tak akan tahu kalau mas tak mau mencobanya. Akulah pasanganmu, mas. Laki-laki dipasangkan Tuhan dengan seorang perempuan."
"Jangan menyesal jika kau terus memaksa." kata Adras sambil menatap Jelena dengan tajam.
"Mana mungkin aku menyesal kalau aku adalah istrimu?" ujar Jelena sambil tersenyum menggoda, lalu ia maju dan langsung mencium bibir Adras. Dengan pengalamannya yang sangat terbatas, hanya bermodalkan menonton drama Korea yang ada adegan kiss nya, Jelena mencoba merayu Adras malam ini.
Awalnya, Adras hanya diam tanpa bereaksi apapun. Namun Jelena tak menyerah, ia terus mencium Adras sampai akhirnya, ia merasakan ada balasan atas ciuman itu.
Sedikit terkejut karena Jelena merasakan tangan Adras yang masih ada di dadanya, kini meremas benda kenyal itu dengan sedikit keras.
Ada aliran listrik yang seakan membakar tubuh gadis itu. Ada sesuatu yang aneh, berusaha menguasai tubuhnya dan membuat Jelena seakan mulai kehilangan akal sehatnya.
Ciuman itu terhenti sesaat, karena keduanya kehilangan pasokan oksigen untuk paru-paru mereka. Namun, itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja. Kali ini, Adras yang langsung memegang tengkuk Jelena dan kembali mencium gadis itu dengan sangat keras. Tangan Adras yang satu memeluk pinggang Jelena dan perlahan mendorong istrinya itu untuk ada di tempat tidur. Ia menempatkan dirinya berada di atas Jelena sambil terus membawa gadis tak berpengalaman itu pada sesuatu yang membuatnya merasa nikmat sehingga tak mau melepaskan diri dari dekapan Adras.
"Adras.....! Jelena.....! Tolong....!"
Teriakan keras, diikuti dengan ketukan di pintu membuat keduanya saling menjauhi. Itu adalah suara Marlisa.
Adras memungut kemejanya yang sudah jatuh ke lantai, ia memakainya walaupun tak sempat memasang kancingnya. Lalu ia mengambil gaun tidur Jelena dan memberikannya pada gadis itu. "Pakailah!" katanya lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya.
"Ada apa Marlisa?"
Marlisa menatap dada bidang Adras yang terlihat jelas karena kemejanya tak dikunci. Ia juga dapat melihat wajah Adras yang berkeringat membuat pria itu terlihat sangat seksi.
"Marlisa?" Adras menggoyangkan tangannya di hadapan wajah Marlisa karena perempuan itu terlihat bengong.
"Eh....eh.... pamanmu."
"Ada apa dengan paman?"
"Ia mengalami kecelakaan."
"Apa? Di mana paman sekarang?"
"Di rumah sakit."
"Aku ambil dompet dulu." Adras segera masuk ke kamar dan mengambil dompetnya yang sudah ia letakan di atas nakas. Ia sempat melirik ke arah Jelena. Perempuan itu sudah kembali mengenakan gaun tidurnya.
"Ada apa, mas?"
"Aku mau ke rumah sakit. Paman Jeff mengalami kecelakaan."
"Aku ikut."
"Tinggallah di rumah bersama Santi dan Sofia. Jangan bangunkan mereka karena besok mereka akan kuliah." kata Adras kembali bersikap dingin dan segera meninggalkan kamar diikuti oleh Marlisa.
Jelena menarik napas panjang. Ia menatap tubuhnya ke arah cermin. Ada bekas merah di leher dan dadanya. Jelena dapat merasakan kalau Adras tadi sedikit kasar padanya. Atau apakah mungkin seperti itu pria yang sedang dibakar gairah? Entahlah, Jelena pun bingung harus menyimpulkan bagaimana sikap Adras tadi padanya. Namun Jelena yakin kalau Adras merespon ciumannya. Adras bahkan tadi akan membuka celana panjangnya saat Marlisa menganggu mereka dengan panggilannya.
Jelena pun membaringkan tubuhnya. Ia mengantuk. Besok ia akan kembali kuliah dan ia tak mau terlambat setelah 3 hari ijin karena masuk rumah sakit.
*********
Adras berdiri di depan cermin yang ada di toilet bandara. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari ini dan akan kembali ke rumah. Namun Adras merasa tak siap ke rumah untuk bertemu dengan Jelena.
Kejadian malam itu sungguh menganggu pikirannya selama 2 hari ini. Bagaimana mungkin ia bisa tergoda dengan ciuman gadis itu. Untung saja Marlisa datang dan membuat semuanya gagal. Adras tak dapat membayangkan seandainya ia beneran menyentuh gadis itu. Apakah ada yang salah dengan dirinya.
Ponsel Adras berbunyi. Saat ia melihat layar ponselnya, ada nama Mike yang tertera di sana. Adras mengangkatnya.
"Hallo...."
"Di mana?"
"Aku masih di bandara."
"Memangnya ada jadwal penerbangan?"
"Tidak. Aku akan bersiap kembali ke rumah."
"Datanglah ke apartemen."
"Aku nggak bisa."
"Ayolah! Aku merindukanmu!"
"Sofia dan Santi tahu kalau aku sudah di bandara. Paman Sule mungkin sudah menunggu ku di depan."
"Mengapa sih semenjak menikah, kamu jadi susah ketemu dengan aku? Jangan katakan kalau kamu tertarik dengan perempuan miskin itu."
"Ayolah! Besok saja kita ketemu. Besok aku off."
"Aku maunya sekarang!"
"Cukup! Jangan tekan aku untuk memilih."
"Kamu tak mencintai aku lagi? Apakah aku bukan lagi menjadi satu-satunya yang paling kau inginkan? Sudah ku katakan padamu, kalau aku akan bercerai."
"Buktikan!"
"Baiklah. Asalkan kau menceraikan Jelena terlebih dahulu."
"Ok."
"Aku tunggu besok di apartemen ya?"
"Ya. Aku tutup." Adras segera mencuci wajahnya dengan air, setelah itu ia pun keluar dari toilet.
Pak Sule sudah menunggunya dengan senyum ramahnya. Adras pun naik tanpa bicara.
Sepanjang jalan, Adras sudah memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa bercerai dari Jelena. Apa yang nanti akan ia katakan pada kedua ponakannya.
Saat ia sampai ke rumah, rumah nampak sepi pada hal ini baru jam setengah sepuluh malam. Adras segera ke kamar, namun Jelena tak ada di sana. Ia pun memutuskan untuk mandi agar bisa berbicara dengan Jelena dalam keadaan segar dan tenang. Jelena mungkin ada di kamar Sofia dan Santi.
Selesai mandi, Adras hanya menggunakan handuk putih untuk melilit tubuhnya saat keluar dari kamar mandi.
Ia terkejut saat melihat Jelena yang sudah berdiri di tengah-tengah ruangan dengan gaun tidur berwarna putih. Sangat transparan dan sangat menggoda. Gadis itu dengan manisnya memainkan ujung rambutnya dengan jari telunjuknya. Ia lalu berjalan mendekati Adras dengan gaya yang sungguh menggoda.
"Mas....!" panggil Jelena manja lalu segera melingkarkan tangannya di leher Adras dan langsung mencium Adras dengan penuh gairah.
Adras terkejut. Jelena yang semakin berani kini menantang Adras lagi. Dan saat Adras tak kuasa menolak ciuman itu, tangan Jelena menarik handuk yang membungkus tubuh Adras.
**********
Apakah kali ini Jelena akan berhasil? Dukung emak terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anonymous
duhh...beneean adras itu gayy...
2023-02-12
0
Indra Fianti
tuh kan bener si Mike yg gay ...kasian Anita dibodokin
2023-01-21
0
"lazygirl"
aduh jd pusing nh aku.. 🙉
2023-01-06
0