Pesawat akan berhenti sedikit lama di Singapura sebelum mereka akan melanjutkannya ke Bangkok karena di bandara Singapura, hujan turun cukup deras dan tak ada pesawat yang diijinkan terbang.
Adras memilih untuk turun dari pesawat bersama dengan kru yang lain.
"Kapten, kayaknya tas bekal anda ketinggalan." Agung mengejar Adras yang sudah lebih dulu meninggalkan pesawat.
Adras menatap tas yang diberikan Jelena padanya tadi. Ia pun mengambilnya. Mereka segera menuju ke ruangan khusus maskapai mereka yang ada di bandara ini. Ada makan siang yang sudah disiapkan oleh pihak maskapai.
Sesampai di ruangan itu, Adras pun segera mengambil tempat duduk di salah satu meja yang ada. Ia memang merasa sangat lapar karena sekarang sudah pukul 2 siang.
Sejak dari Jakarta, mereka sudah delay selama hampir 2 jam karena Jakarta juga sejak jam 7 pagi diguyur hujan.
Adras mengambil piring dan pergi mengambil makan siangnya. Namun ia merasa tak berselera dengan makanan yang tersedia sehingga ia hanya mengambilnya sedikit.
"Kep, boleh aku duduk di sini?" tanya Agung.
Adras mengangguk.
"Makanannya kurang enak ya?" tanya Agung saat melihat kalau Adras tak begitu menikmati makanannya.
Adras kembali mengangguk.
"Kenapa nggak membuka makanan yang kapten bawa? Makanan rumah biasanya lebih enak."
Entah kenapa Adras mengikuti saran Agung. Matanya langsung terbelalak melihat makanan apa yang disiapkan Jelena untuknya.
Nasi putih dengan tumisan kangkung menggunakan ikan teri yang dipotong sangat kecil, juga ayam bakar dengan sambal yang dibumbui jeruk. Adras tak dapat menolaknya karena ini memang makanan kesukaannya. Ia langsung menyingkirkan piring yang berisi makanan yang disiapkan oleh pihak maskapai, dan langsung menyantap makanan yang disiapkan Jelena untuknya.
Dari arah pintu masuk, terlihat rombongan kru pesawat dari rute yang lain. Sepertinya karena cuaca buruk mereka ketemu di sini.
Agung melihat kalau di sana ada Anita, istri tuan Mike. Ia nampak paling cantik diantara semua pramugari yang baru saja masuk.
Karena meja tempat Adras dan Agung duduk masih ada tempat yang kosong, Anita dan Putri datang ke meja itu. Putri adalah salah satu pramugari yang katanya menyukai Adras namun selalu ditolak oleh lelaki itu.
"Wah, kapten kita rupanya memakan makanan dari rumahnya. Pasti buatan istrinya ya? Duh, senang kan akhirnya punya istri." ujar Anita lalu duduk di depan Agung dan Adras. Putri pun duduk di sampingnya.
Adras hanya tersenyum tipis. Untungnya makanan yang dibawanya sudah habis.
"Selamat menikmati makan siangnya. Permisi." kata Adras. Ia memasukan kotak makanan ke dalam kantongnya lagi lalu segera pergi dari sana setelah terlebih dahulu membersihkan mulutnya dengan tissue.
"Putri, hilang kan saja perasan mu padanya. Lihatlah, bagaimana kapten itu dingin pada perempuan. Mungkin dia hanya hangat pada istrinya ya?" ujar Anita. Putri hanya tersenyum.
"Aku justru percaya dengan gosip yang beredar selama ini. Kalau kapten Adras seorang gay."
Anita mengangguk. "Mungkin. Tapi dia menikah lho."
Agung hanya terpana melihat percakapan 2 pramugari cantik itu. Ia jadi ingat dengan gadis manis yang dikenalnya 3 minggu yang lalu. Siapa yang menyangka kalau ia adalah ponakannya kapten Adras?
Agung ingin mendapatkan gadis itu. Ia tak ingin menyia-nyiakan gadis secantik Sofia.
*********
2 bulan pun berlalu. Jelena sudah aktif lagi kuliah. Hampir setiap harii a menerima tekanan dari Marlisa namun gadis itu sekuat baja. Ia hanya tersenyum ketika Marlisa melotot ke arahnya.
Dan Jelena selalu menyediakan makanan untuk Adras saat suaminya itu akan pergi. Pernah Adras akan berangkat jam 4 subuh, pria itu dikagetkan oleh Jelena yang sudah siap dengan menu makanannya.
Walaupun Adras selalu bersikap cuek, namun Jelena terus bersikap manis padanya. Seolah sikap dingin Adras, penolakan Adras ketika ia merayunya, tak pernah menyakiti hati Jelena.
"Aunty Nana, apakah kamu sudah mencintai uncle kami?" tanya Santi saat mereka bertiga baru selesai menonton hari ini.
"Belum." Jelena mengakuinya secara jujur.
"Apakah kemungkinan akan jatuh cinta?" kali ini Sofia yang bertanya.
Jelena mengangkat bahunya. "Entahlah."
"Memang sebaiknya jangan dulu jatuh cinta. Nanti aunty sakit hati dengan sikap paman yang cuek dan sangat dingin seperti itu. Oh ya, aku ingat, 3 hari lagi akan ada perayaan ulang tahun maskapai tempat paman bekerja. Dan setahu aku, Hari itu tak ada penerbangan apapun karena memang semua pilot, kru pesawat lainnya dan semua pegawai diwajibkan untuk hadir. Itu semacam acara wajib perusahaan. Kami selalu diajak oleh paman dan kali ini, aunty juga harus pergi." Ujar Santi.
"Oh tentu saja. Acaranya selalu dilaksanakan setiap hari Sabtu sehingga semua keluarga boleh ada. Justru yang tak membawa keluarganya akan kena sanksi. Ah, aku juga akan ketemu Agung." Sofia jadi berbunga-bunga.
"Memangnya kakak sama dia sudah jadian? Cepat banget prosesnya." Santi menatap kakanya sambil bersedekap.
"Belum. Aku belum menerima cintanya. Aku tetap akan bertanya sama uncle dulu. Walaupun sebenarnya hati ini sudah tak tahan untuk menerima cintanya."
"Ih....kakak genit."
Jelena tertawa melihat bagaimana hubungan kedua kakak beradik ini. Mereka begitu saling menyayangi dan selalu terbuka dalam hal apapun.
Sebagai seorang gadis, Jelena sebenarnya pernah menyukai teman sekelasnya saat ia SMA. Banyak orang mengatakan kalau temannya itu juga menyukainya. Namun sejak ia mengetahui status Jelena temannya itu perlahan menjauhi Jelena dan kemudian jadian dengan seorang gadis dari keluarga konglomerat. Sejak saat itulah, Jelena menjadi tertutup dan tak mau membuka hati bagi siapapun juga. Ia sendiri bahkan tak punya sahabat dekat di kampus karena kampus tempatnya kuliah adalah kampus kalangan elit. Jelena bisa masuk ke situ karena ia mendapatkan beasiswa.
Kini, setelah tahu kalau Jelena sudah menikah dengan pilot yang sangat viral dan juga orang kaya, beberapa teman sekelasnya berusaha mendekati Jelena. Namun gadis itu tetap menjaga jarak karena ia sudah tahu kemunafikan mereka.
Mereka bertiga pun pergi membeli gaun untuk acara nanti.
Menurut Santi dan Sofia, acara itu biasanya dimulai pagi dan berakhir sore.
"Dari mana kalian? Pergi dari pagi dan baru pulang sudah sore begini?" tanya Marlisa saat ketiga gadis itu tiba di rumah.
"Biasalah Oma, kami tuh menikmati hari libur kuliah. Hari Senin sampai Jumat paman kan tak mengijinkan kami pergi." Kata Sofia.
"Panggil mami. Karena aku....!" Kalimat Marlisa terhenti saat melihat mobil maskapai tempat Adras bekerja memasuki halaman. Adras memang tak membawa mobil kemarin karena ia akan pergi selama 3 hari.
"Uncle?" Sofia dan Santi sama-sama terkejut melihat Adras turun dengan wajah yang pucat.
"Adras ada apa?" Marlisa langsung memegang Adras membuat Jelena yang akan mendekatinya langsung di dorong oleh wanita itu.
"Kapten merasa tak enak badan dan minta diantar pulang." kata sang sopir.
"Ayo ke kamar. Bi Suni, telepon dokter Dewa." teriak Marlisa lalu membawa Adras ke kamar sambil menggandeng tangannya.
Santi dan Sofia hanya bisa saling berpandangan. Marlisa sepertinya pura-pura lupa kalau Adras sudah menikah.
"Bajumu basah oleh keringat harus diganti ya...." Ujar Marlisa sambil membuka kancing kemeja seragam pilot Adras.
"Eh, Oma, kok oma yang buka sih? Kan ada istrinya." Sofia menahan tangan Marlisa.
"Kita keluar saja. Biar kan aunty Nana yang mengurus uncle Adras." Santi terlihat kesal. Ia menarik tangan Marlisa.
"Tapi...." Marlisa tanpak tak mau pergi.
"Biar aku yang mengurus suamiku." kata Jelena tegas membuat Marlisa pergi dengan cemberut. Sofia dan Santi mendekati paman mereka. "Get well soon uncle." ujar keduanya bareng lalu bergantian mencium tangan Adras dan segera keluar kamar.
Jelena mengambil baju ganti Adras dan sebuah handuk kecil.
"Mas, bajunya diganti ya?" ujar Jelena lalu mulai membuka pakaian Adras. Lelaki itu nampak sangat lemah dan hanya bisa memejamkan matanya sambil mengangguk.
Saat Jelena akan membuka celana Adras, ia menjadi ragu namun ia pun membukanya sambil memejamkan matanya. Ia tak mau melihat "anunya" Adras. Begitu juga saat memakaikannya kembali. Ia memejamkan matanya.
Tak lama kemudian, dokter datang. Ia langsung memeriksa Adras. Marlisa juga ikut kepo.
"Tuan sepertinya hanya kelelahan. Maklumlah pengantin baru." kata dokter Dewa sedikit berkelakar. Ia memberikan resep obat dan vitamin.
Jelena pun ke dapur untuk membuatkan sup bagi Adras. Ia terus berpikir. Kenapa sampai dokter Dewa berkelakar seperti itu?
"Mas, makan dulu sedikit sebelum minum obat." kata Jelena.
Adras membuka matanya. Ia mengangguk. Saat ia akan bangun, Jelena membantunya. Ia memberikan sebuah bantal untuk menyangga punggung Adras.
"Ini sup resep dari ibuku. Tiap aku sakit pasti ibuku membuatnya dan badanku kembali segar." Kata Jelena dan langsung menyuapi Adras. Pria itu dapat merasakan kalau sup itu enak dan ia dapat menikmatinya walaupun tenggorokannya terasa pahit. Adras menghabiskan semua sup yang Jelena buat.
"Bagus. Sekarang mas bobo lagi. Pak Sule sedang menebus obatnya di apotik."
Adras menganguk. Saat Jelena membantunya berbaring lagi, ia pun melihat di leher bagian belakang Adras, yang biasanya tertutup jika ia memakai seragam pilotnya, ada sebuah tanda merah seperti kissmark. Itukah yang dokter Dewa lihat sehingga berkelakar seperti itu? Siapa yang membuatnya?
*********
Perbuatan siapakah itu?
Mana komentarnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Widi Widurai
adam wkwkwk
2024-04-16
0
Yunia Spm
rahasia Mulu ini othor nya..
Hadeeh....
2023-08-20
1
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
rada jijik ama adras🤭
klo suka main perempuan sich masih wajar masuk nya d tempat yg seharusnya,,lah klo gay masuknya lubang tai🙈😂
2023-05-14
0