"Aku tadi melihat kapten Adras datang. Di mana dia?" tanya Agung. Pilot muda yang baru saja bergabung di maskapai ini.
Brigita, sang resepsionis menatap pilot muda itu. "Dia ke ruangan pak Mike. Mungkin mau konfirmasi jadwal penerbangannya."
"Oh ....."
"Ada perlu apa sih?"
"Aku ada sedikit masalah dengan Adam. Kata orang-orang, kapten Adras dekat sama Adam. Siapa tahu kapten bisa membuat kami berdamai."
Brigita tersenyum. "Kapten memang sangat dekat dengan Adam. Bahkan ada yang mengatakan kalau mereka pasangan." kata Brigita sambil berbisik.
"Pasangan?" Agung terkejut.
"Iya. Ada gosip yang mengatakan kalau kapten Adras seorang gay. Dan Adam itu adalah salah satu pasangannya."
"Masa sih? Kapten terlihat sebagai lelaki tulen. Badannya kekar, gaya sangat maskulin. Aku tak percaya. Lagi pula, ia baru saja menikah kan?"
"Bisa saja kan dia itu seorang yang bisa di dua alam sekaligus."
Agung menggelengkan kepalanya. "Aku masih nggak percaya. Namun kalau benar, berarti percuma saja aku meminta bantuan kapten Adras. Dia pasti akan membela Adam."
"Coba saja. Kapten orangnya sangat bijaksana. Oh ya kalau nggak salah, dalam penerbangan besok kamu juga akan ikut di sana lho sebagai cadet pilot."
"Oh ya? Kalau begitu aku punya alasan untuk ketemu kapten Adras. Kira-kira sudah berapa lama kapten ada di ruangan pak Mike?"
"Mungkin sekitar 45 menit."
Agung segera melangkah menuju ke ruangan pak Mike. Salah satu petinggi maskapai dan juga seorang pengusaha terkenal. Ia tampan dan masih terlihat gagah pada hal usianya sudah 45 tahun. Istrinya adalah seorang pramugari senior dan merupakan putri dari pemilik maskapai ini. Banyak yang tak percaya kalau istri pak Mike itu sudah berusia 36 tahun karena wajahnya masih terlihat seperti wajah anak SMA.
Saat Agung mengetuk pintu, dan mendapatkan balasan dari dalam untuk menyuruhnya masuk, pria itu pun masuk sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Maaf menganggu. Saya ada perlu dengan kapten Adras."
Pak Mike tersenyum. "Masuklah Agung. Kami memang sedang membicarakan mu." ujar Mike.
Agung sebenarnya agak canggung berhadapan dengan 2 pria tampan ini. Namun ia tahu, untuk bisa maju, ia memang harus juga dekat dengan orang-orang ini.
Mereka pun membicarakan tentang dunia penerbangan selama 15 menit. Lalu pintu terbuka. Masuk perempuan cantik yang menggunakan seragam pramugari. Agung menduga kalau ini adalah istri dari Mike.
Di dadanya ada papan nama yang tertulis Anita.
"Apakah saya menganggu?" tanya Anita melihat ketiga pria itu hanya diam dan menatapnya.
"Tidak sayang." ujar Mike.
"Aku akan berangkat, jadi aku harus pamit pada suamiku yang tampan ini." Anita mendekati Mike dan mengecup bibir suaminya. Agung langsung memalingkan wajahnya sedangkan Adras terlihat biasa saja.
"Semangat kerja ya sayang?" ujar Mike.
"Ok. See you tomorrow." Anita mengambil tangan suaminya dan segera pergi setelah melemparkan senyum pada Agung dan Adras.
"Ok. Kita lanjutkan lagi." Ujar Mike. Agung terlihat bersemangat namun Adras segera berdiri.
"Aku rasa pembicaraan kita cukup. Aku mau memeriksa beberapa barang ku dulu."
"Aku ikut, Kap." Agung pun pamit.
Mike hanya mengangguk. Ia menatap kepergian Adras dan Agung sambil tersenyum penuh arti.
**********
Adras hampir berteriak saat ia membuka pintu dan Jelena sudah berdiri di sana.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Adras.
"Menunggu kamu, mas. Selamat datang!" Jelena langsung meraih tangan kanan Adras dan mencium punggung tangan itu.
"Lain kali tak usah ditunggu." kata Adras lalu meraih tangannya dan segera melangkah setelah meletakan kunci mobilnya di laci meja yang ada di dekat pintu masuk.
"Mas, sudah makan?" tanya Jelena sambil mengekori langkah Adras.
"Sudah."
"Wah, pada hal aku menunggu mas untuk makan siang bersama."
Adras menghentikan langkahnya. "Lain kali jangan ditunggu. Kalau lapar makan saja."
Jelena menatap Adras yang menaiki tangga dengan wajah cemberut.
Bisa-bisa aku kehilangan kesabaran menghadapi pria ini. Namun aku tak boleh menyerah. Demi menyelamatkan keturunan Permana, aku harus berjuang. Bagaimana pun Sofia dan Santi sudah begitu baik padaku.
Jelena segera ke ruang makan. Ia makan siang sendiri. Lalu ia membuatkan kopi untuk Adras dan segera membawanya ke kamar.
Adras sedang duduk di depan TV.
"Mas, aku buatkan kopi." kata Jelena lalu meletakan kopi itu di atas meja.
Adras hanya mengangguk.
Jelena duduk tak jauh dari Adras. Ia terus memandang wajah pria itu. Andai saja Jelena tak tahu siapa Adras, mungkin ia sudah tertarik dengan pria tampan ini. Wajah Adras memang sempurna. Perpaduan darah Solo dan Amerika. Rambutnya hitam, alisnya tebal dan bibirnya seksi. Sayang ya, kalau bibir itu dicium oleh seorang laki-laki. Ih..., kok aku merasa jijik ya?
Merasa diperhatikan, Adras menoleh ke arah Jelena. "Ada apa?"
"Mas ganteng." Kata Jelena terus terang. Wajah Adras menjadi tegang namun ia pura-pura bersikap biasa.
"Aku sering melihat di TV, ada cowok-cowok kayak mas. Ganteng, badan kekar tapi penyuka sejenis. Menurut mas, itu terjadi karena faktor apa ya?"
"Nggak tahu. Aku bukan psikolog." jawab Adras tanpa mengalihkan pandangannya dari hadapan TV.
Jelena akan bicara lagi namun ponselnya berdering. Ia mengangkatnya.
"Hallo! Astaga..., Surya? Kamu ganti nomor ya?" teriak Jelena membuat Adras menatapnya tajam. Ia agak terganggu dengan suara Jelena dan ia juga terkejut mendengar Surya menghubungi istrinya lagi.
"Iya. Ini nomorku kalau ada di Indonesia."
"Kamu di Indonesia ?"
"Ya. Aku kerja di Jakarta."
"Wah....wah....hebat kamu ya?"
Surya terkekeh. "Nanti kalau aku nggak sibuk, boleh nggak aku ajak kamu makan siang?"
"Aku ijin sama mas Adras dulu. Jika mas Adras ijinkan, maka aku pasti bisa pergi."
"Ok deh. Sampai nanti kalau gitu. Bye....!"
Adras menatap Jelena saat gadis itu mengahiri percakapannya dengan Surya.
"Jangan dekat dengan Surya. Dia bukan lelaki baik."
"Dari mana mas tahu?"
"Tahu aja." ujar Adras. Ia meletakan remote yang ada di tangannya lalu meraih gelas yang berisi kopi, kemudian berjalan keluar menuju ke balkon. Jelena hanya menatap Adras dengan bingung. Kenapa dia bilang Surya nggak baik? Memangnya dia kenal?
**********
Saat Adras bangun keesokan paginya, ia terkejut melihat seragam pilotnya sudah ada di tergantung di depan pintu lemari. Koper yang biasa ia pakai, sudah ada di atas sofa, masih dalam keadaan terbuka dan sudah ada satu pasang seragamnya juga serta 2 potong pakaian lainnya.
Apakah Jelena yang menyiapkannya? Tapi bagaimana ia tahu kalau aku perginya hanya sehari? Biasanya juga bi Suni akan menyiapkan kalau aku yang minta.
Di dapur, Jelena sudah menyiapkan makan pagi. Ia bangun pukul 4 dan mengalahkan Marlisa. Hari ini Adras akan pergi pukul 6 pagi karena pesawatnya akan berangkat pukul 8 pagi.
Saat Adras sudah sampai di ruang makan, ia melihat kalau segelas kopi dan 2 helai roti tawar sudah tersedia di sana.
Adras pikir kalau itu disiapkan bi Suni. Namun saat ia menyesap kopi itu, dia tahu kalau ini adalah buatan Jelena. Dan entah kenapa, Adras sangat menyukai kopi ini namun ia tak mau menunjukannya pada Jelena.
"Good morning suamiku." Jelena muncul dari dapur. Ia sudah tak mengenakan gaun tidurnya lagi. Di tangannya ada ada sebuah tas kecil.
"Mas sudah siap untuk berangkat?" tanya nya lembut.
Adras hanya mengangguk. Di luar, pak Sule sudah menyiapkan mobil Adras.
"Siapa yang bilang kalau saya akan berangkat pagi ini, paman?" tanya Adras.
"Nyonya Nana."
Adras jadi bingung mengetahui kalau Jelena tahu kepergiannya pagi ini.
Semalam, Jelena mendapatkan info dari Sofia bahwa pamannya akan berangkat pagi. Cowok yang dekat dengan Sofia, yaitu Agung, dialah yang memberitahukan jadwal keberangkatannya.
"Aku akan berangkat." kata Adras. Ia segera masuk ke dalam mobilnya.
"Mas....!" panggil Jelena sebelum Adras menutup pintu mobil.
"Ada apa?"
Jelena mendekat. "Pergi kok nggak pamit, sih?"
Adras hanya diam.
"Nih, aku buatkan bekal."
"Aku nggak makan saat bekerja."
"Mas dapat memakannya saat istirahat. Makanannya akan tetap hangat selama beberapa jam kedepan."
"Aku nggak mau repot."
"Mas, aku sudah bangun pagi untuk menyiapkannya. Kok tega sih." mata Jelena sudah berkaca-kaca. Sebenarnya gadis ini hanya akting saja karena Santi dan Sofia bilang kalau Adras tak mau melihat seorang wanita menangis.
Adras mengulurkan tangannya dan mengambil kantong itu. Ia meletakannya di tempat duduk yang ada di sebelahnya.
"Aku pergi!" Adras memegang pintu mobil.
"Eh...tunggu!"
"Apalagi sih?"
Jelena memegang tangan kanan Adras. Ia kemudian memejamkan matanya. Mulutnya komat Kamit, entah apa yang diucapkannya. Yang terdengar hanyalah kata. "Amin...!" Jelena membuka matanya. Ia tersenyum lalu menatap Adras dengan mata besarnya. "Pulang dengan selamat ya, mas." Ia menutup pintu mobil itu dan melambaikan tangannya. Adras pun menjalankan mobilnya, meninggalkan halaman rumah yang masih sepi.
Dari jendela kamarnya, Marlisa melihat adegan itu. Perempuan itu nampak kesal. Ia menatap Jelena dengan mata yang menyala. Aku akan menyingkirkan kamu perempuan miskin.
*********
Apakah Adras akan luluh dengan perhatian Jelena? Ataukah justru Jelena yang akan lelah dengan sikap cuek Adras? Dukung emak terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Atik Dinul Qoyimah
menurut q adras GK mau nikah karena cinta nya untuk Anita... sedangkan Anita udah nikah sama atasannya. ..
2023-01-04
0
gia gigin
Kk Hen jangan kelamaan Lena berjuang sendiri 😔
2022-12-23
1
Eka Elisa
kayak ya jena gk bkln mundur deh..
udh kplang basah maju sklian...
sabar ya jena...orang sbar di sayang emak...😁😁😁ntr juga tu adras bkln luluh lntah ko...bucin akut ma kmu...
tapie tau knpn...krna ini baru aj setengah jln...😁😁
2022-12-18
1