Jelena keluar dari kamar mandi. Ia merasa segar setelah mandi. Hari ini mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan lagi dan membeli beberapa oleh-oleh untuk orang rumah. Adras sendiri hanya membeli 2 jenis parfum yang mahal.
Apakah kaum gay suka memakai parfum?
Jelena sempat berpikir seperti itu.
Adras tak ada di kamar. Mungkin ia ada di ruang tamu. Jelena pun mengenakan gaun tidur dan ia sengaja membiarkan rambutnya tak diikat untuk menutupi bagian gaun tidurnya yang banyak terbukanya. Sofia mengatakan kalau ia harus lebih berani hari ini.
Di lihatnya kalau Adras sedang duduk di beranda. Jelena pun menemukan ide. Ia membuat kopi bagi Adras. Kopi hitam tanpa gula.
"Mas, aku buatkan kopi." ujar Jelena sambil meletakan cangkir berisi kopi di atas meja kecil yang ada di sana.
Adras menatap Jelena. Ia tahu kalau perempuan ini berusaha menarik perhatiannya. Namun ia memang ingin minum kopi saat ini.
"Terima kasih." ujar Adras masih dengan suara datar tanpa ekspresi.
"Mas, kok kamu susah sekali tersenyum. Aku lihat kamu kalau bicara dengan Sofia dan Santi begitu lepas. Kalian bahkan sering tertawa bersama. Tapi sama aku dan perempuan-perempuan lain kok kesannya dingin sih?"
"Aku tak suka tersenyum pada orang yang tak ku kenal."
"Tapi aku kan istrimu." ujar Jelena lalu duduk di samping Adras. Ia sengaja duduk sangat dekat lalu tangannya melingkar di lengan Adras. "Mas, kita kan sudah resmi menjadi suami dan istri, kenapa sih mas sangat kaku padaku?"
"Aku memang orangnya seperti ini." jawab Adras tanpa menoleh ke arah Jelena.
"Namun aku ingin kita menjadi lebih dekat, mas. Aku tahu, mas mengawali pernikahan ini hanya karena tanggungjawab dan bukan karena perasaan. Tapi karena kita sudah ada dalam ikatan suci ini, tak dapatkah kita saling membuka hati? Karena saat aku mengucapkan janji suci pernikahan kita, aku mengucapkannya dengan penuh kesungguhan." Jelena menyandarkan kepalanya di pundak Adras. "Aku sudah kehilangan orang tuaku. Aku tak punya saudara kandung. Aku pun sebenarnya tak merencanakan pernikahan ini. Tapi mau bagaimana lagi?"
Adras terlihat tak nyaman dengan posisi mereka seperti ini. Apalagi saat mendengar kata-kata Jelena.
Sementara itu Jelena dalam hati berusaha mengingat semua kata-kata yang dituliskan oleh Sofia kepadanya tadi pagi. Menurut kedua gadis itu, kata-kata seperti itu akan meluluhkan perasaan Adras.
Maafkan aku, Adras. Aku sok bijaksana pada hal sebenarnya itu bukan ungkapan hatiku.
Jelena terus bergelut manja di lengan Adras sampai akhirnya ia tertidur. Tepatnya pura-pura tertidur.
Adras menikmati kopi yang Jelena buat. Entah kenapa ia merasa kalau kopi ini sedikit manis. Namun rasanya sangat enak di lidah Adras. Ia pun menghabiskannya. Lalu perlahan mengangkat tubuh Jelena untuk masuk ke dalam.
Ketika ia meletakan tubuh Jelena ke atas tempat tidur dan bermaksud akan pergi, Jelena tiba-tiba menahan tangan Adras. "Mas, jangan pergi!" ujarnya tanpa membuka matanya. Adras jadi tak tega meninggalkan gadis itu. Gadis yang punya kisah hidup yang kurang beruntung. Itulah yang dikatakan Oleh Pengacara Rian padanya.
Aku juga tak bisa menjanjikan masa depanmu akan indah bersamaku. Aku bukan lelaki baik untukmu.
Adras membaringkan tubuhnya di samping Jelena. Akhirnya ia pun tertidur.
***********
Di luar Villa, nampak Adam, pria tampan itu menatap ke arah vila dengan wajah kesal. Ia sudah menelepon Adras namun lelaki itu tak mengangkatnya. Ia melihat bagaimana Adras dan Jelena berinteraksi di beranda vila sampai akhirnya perempuan itu tertidur dan Adras menggendong nya masuk ke dalam rumah.
"Apa yang kau perhatikan di villa itu?"
Adam menoleh dengan kaget. "Surya? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Sama sepertimu. Aku juga datang melihat pasangan ini."
"Bagaimana kau bisa tahu kalau mereka ada di sini?"
Surya tersenyum sedikit mengejek. "Memangnya kau lupa, siapa pemilik maskapai tempat kalian bekerja?"
"Pamanmu."
"Aku yang mengusulkan pada paman ku agar mereka bulan madu di sini. Dan ternyata mereka mau. Sayangnya, bulan madu mereka justru terganggu karena keikutsertaan mu."
Adam menarik napas panjang. "Aku datang untuk membuktikan perkataan Adras."
"Memangnya apa yang Adras katakan?"
"Kalau ia menikahi perempuan itu hanya sekedar tanggungjawab."
"Dan kau percaya?" tanya Surya sambil menggelengkan kepalanya. "Jelena begitu cantik, unik dan menggoda. Apakah kamu yakin kalau di dalam kamar mereka hanya tidur saja?"
"Jangan memprovokasi orang, Surya. Aku tahu kalau kamu membenci Adras."
Surya tersenyum lagi. "Aku memang membenci Adras namun aku menyukai Jelena. Entah mengapa gadis itu sudah mencuri hatiku sejak pertama aku melihatnya. Aku tak ingin gadis secantik dia jatuh ke tangan lelaki seperti Adras."
Adam menatap Surya. "Memangnya kau lebih baik dari Adras?"
"Setidaknya aku lebih baik dari kamu."
Adam tertawa. Sedikit mengejek. "Aku pergi. Karena besok aku punya janji khusus bersama Adras. Dan kau dapat menggunakan kesempatan itu untuk mencoba menggoda wanita itu. Good night."
Surya menatap kepergian Adam sampai pria itu menghilang di balik gelapnya malam. Surya menarik napas panjang. Jelena...., namamu sangat cantik, secantik wajahmu, secantik pribadimu.
**************
"Hallo Jelena? Kehilangan suami mu lagi?" tanya Surya saat melihat Jelena yang lebih duduk di ayunan seorang diri.
Jelena menatap Surya. "Kau sudah tahu namaku?"
"Ya. Begitu kan yang suamimu panggil kemarin. Jelena. Nama yang sangat indah. Namun aku nggak tahu apakah nama itu akan secantik hatimu."
"Memangnya kau tak bisa menembaknya? Kau kan seorang dokter?"
"Untuk bisa tahu apakah namamu secantik hatimu, maka kau harus membiarkan aku masuk ke hatimu."
"Jangan. Hatiku sudah terlarang untuk kau masuki."
"Kau tipe perempuan yang setia?"
Jelena mengangkat bahunya. "Entahlah. Apakah itu dapat dikatakan setia atau tidak. Namun aku sebenarnya paling tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Makanya akan selalu berusaha menepati janjiku pada orang lain. Apalagi menyangkut janji suci dalam pernikahan."
Surya mengangkat kedua jempolnya. "Aku sangat salut padamu."
"Cukup dikagumi jangan diingini."
"Ah, melihatmu setiap hari rasanya ingin dimiliki."
Jelena menatap Surya. "Jangan menginginkan istri sesamamu. Itu kan yang kitab suci ajarkan?"
Surya mengangguk. "Ok....ok... , aku hanya ingin berteman denganmu."
"Kalau itu aku terima."
Surya mengulurkan tangannya. "Aku Surya."
"Aku Jelena. Alias nyonya Adras Permana."
Keduanya pun berjabatan tangan.
"Bagaimana kamu tahu kalau suamiku tak ada?" tanya Jelena. Ia sementara mandi dan Adras tiba-tiba saja pergi tanpa pamit padanya.
"Tadi aku lihat ada pria tampan menjemput suami mu."Lalu Surya memberikan ciri-ciri pria itu.
Jelena mengumpat dalam hati. Itu pasti Adam. Kemana mereka?
************
Terima kasih sudah membaca part ini. Terus dukung emak ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anonymous
siapakah ketiga pria itu ?? sanggupkah jelena menghadapinya ?? Karyamu full teka teki teko
2023-02-12
0
Idku Nursaman
ayo jelena semangat... jd lah wanita tangguh... 😘😘
2023-01-25
0
"lazygirl"
adras nh abu2 y gak bs d tebak .. 🤔
2023-01-06
1