Akhirnya mereka sampai di Venesia. Jelena mencoba mencari si pria yang dicurigai sebagai Adam namun tak ada. Entah pria itu sudah ke mana.
Hari sudah menunjukan pukul 11 siang waktu Vanesia ketika mereka tiba. Seorang pria nampak berdiri sambil mengangkat sebuah papan yang bertuliskan nama Adras Permana.
Adras langsung mendekatinya dan berbicara dengan pria itu dalam bahasa Italia. Jelena jadi kagum melihat suaminya yang bisa berbagai bahasa.
Pria itu bernama Pedro. Ia ternyata sopir yang disewa oleh bos Adras untuk mengantar Adras selama ia berada di sini. Istri bos memang orang Italia.
Setelah koper mereka dimasukan ke dalam bagasi mobil, ia pun segera membawa pasangan itu ke dermaga dan seterusnya mereka menuju ke salah satu pulau dimana villa yang disewakan akan mereka tempati.
Jelena melihat kalau sepanjang perjalanan Adras sibuk dengan ponselnya.
Apakah ia memberitahukan Adam tentang posisi kami?
Mereka pun tiba di salah satu pulau itu. Jelena langsung terpana melihat bagaimana indahnya pulau itu.
"Mas, ayo foto. Pak Pedro please...." Jelena tak meneruskan kata-katanya. Namun saat ia memberikan ponselnya, lelaki berusia sekitar 50an itu langsung mengerti. Jelena dengan manisnya bergelut manja di lengan Adras. Beberapa gambar pun diambil dan Jelena harus berulangkali meminta Adras untuk tersenyum.
Puas dengan beberapa gambar yang diambil, Jelena langsung mengirim gambar itu kepada Sofia.
Mereka diantara ke sebuah vila kecil. Kamarnya hanya satu namun lengkap dengan dapur, ruang tamu dan kamar mandi yang super mewah.
Pedro memberikan nomor teleponnya pada Adras sehingga pria itu dapat menghubunginya jika membutuhkan mobil.
Sementara Jelena membuka koper, terdengar ada pelayan yang datang mengantarkan makan siang mereka. Berbagai jenis makanan langsung mereka atur di atas meja makan yang ada di ruang makan.
Jelena menelan salivanya melihat berbagai jenis makanan yang belum pernah dirasanya namun ada beberapa yang pernah dilihatnya di internet.
"Nggak ada nasinya?" tanya Jelena.
"Nggak." Jawab Adras lalu duduk di depan meja makan. Dengan tangannya ia menyuruh Jelena untuk duduk dan gadis itu pun duduk. Ia menatap semua makanan itu sambil menarik napas panjang beberapa kali. Adras yang sudah mulai menikmati makanannya, nampak tak peduli dengan Jelena yang belum juga makan.
Mungkin Adras sudah terbiasa menikmati makanan seperti ini. Namun tidak dengan dirinya.
Perlahan ia mengambil daging yang ada dan meletakan ke atas piringnya. Ia melihat bagaimana cara Adras makan dengan pisau dan garpu. Gadis itu pun mengiris daging dan mulai memakannya. Rasa dagingnya cukup enak namun tetap tak membuat Indra perasa Jelena bisa menerimanya.
Ia mengambil makanan yang lain, yang kelihatannya terbuat dari kentang. Rasanya juga sama, tak menarik saat masuk ke dalam mulut Jelena. Matanya langsung berpindah ke salat buah. Kalau yang ini nampaknya bisa masuk ke perutnya karena rasanya enak. Ada juga spaghetti. Itupun bisa masuk.
Adras menghabiskan makannya dengan sikap elegan sementara Jelena agak terlihat badmood. Namun gadis itu berusaha tersenyum walaupun ia sebenarnya masih merasa lapar. Dihabiskannya air sebanyak 3 gelas dan itu membuat Adras mengerutkan dahinya.
Jelena hanya nyengir lalu meninggalkan meja makan. Ia ingin menikmati angin segera dengan duduk di beranda Villa.
Sementara menikmati angin segar, Adras kemudian keluar.
"Aku mau pergi sebentar."
"Mau kemana?" tanya Jelena.
"Ada urusan sedikit."
"Aku tak diajak?"
"Kau istirahat saja karena jam 3 nanti mereka akan menjemput kita untuk jalan-jalan."
Jelena menatap kepergian Adras dengan hati yang bertanya-tanya kemana gerangan suaminya itu pergi. Namun Jelena pun hanya bisa menatap punggung Adras yang menghilang dari pandangannya dan ia membuka ponsel barunya. Ia ingin banyak belajar tentang ponsel ini agar tak ketinggalan zaman. Sofia menghubunginya.
"Hallo aunty Nana, dimana uncle?"
"Dia pergi. Entah kemana?"
"Kenapa aunty nggak ikut?"
"Aku malu untuk memaksa."
"Jangan malu dong. Aunty kan sekarang sudah menjadi istrinya uncle. Uncle itu paling nggak bisa jika aku sama Santi merengek."
"Terus bagaimana si pria itu."
"Benar. Namanya Adam. Dia juga calon pilot. Pokoknya aunty harus melakukan yang terbaik. Jangan biarkan Uncle ketemu dengan si Adam itu."
"Baik sayang."
"Kami menyerahkan semuanya pada aunty Nana. Tolong selamatkan uncle kami ya?"
"Baik, Sofia." Jelena mengahiri percakapannya. Ia keluar dari beranda dan mencoba jalan-jalan di sekitar sana. Tak lupa ia mengambil beberapa gambar untuk dirinya sendiri. Sampai ia merasa diperhatikan oleh seseorang. Jelena pun membalikan badannya. Benar saja. Di salah satu villa, ada pria bule yang berdiri di sana. Menatapnya tanpa berkedip. Pria bule itu tersenyum. Jelena membalas senyumnya. Lalu tak lama kemudian ia kembali berjalan. Namun pria itu ternyata mendekatinya.
"Hi....!"
"Hi....!" balas Jelena.
"You are very beautiful. What's your name?"
"Oh....." Jelena mengerti apa yang pria itu ucapkan. Namun jika dia menyambungnya, ia tak tahu bagaimana cara melanjutkan percakapan ini. Sejujurnya, bahasa Inggrisnya masih berantakan.
Pria itu tersenyum. Sangat tampan dengan deretan giginya yang putih bersih dan tersusun rapi. "My name is Surya."
"Surya? Itu nama Indonesia. You bule atau apa?"
Surya langsung tertawa. Ia merasa lucu dengan cara Jelena berbicara. "Aku lahir di Indonesia saat ayahku menjadi duta besar di sana. Makanya aku tahu bahasa Indonesia."
"Wah ...wah....bilang dong dari tadi. Aku tuh nggak terlalu lancar bahasa Inggris. Kamu lucu, nama Surya tapi wajah bule."
"Nama lengkap ku Piere Surya Bardon. Surya diberikan pada namaku karena dokter yang membantu mama melahirkan namanya dokter Surya."
"Oh gitu ya?"
"Aku memperhatikan kamu sejak tadi. Kamu sepertinya orang Asia. Makanya aku ingin menyapamu."
"Senang ketemu dengan kamu, Surya." ujar Jelena lalu segera membalikan badannya. Ia diajarkan oleh ibunya untuk tak terlalu percaya dengan orang yang baru saja dikenalnya.
"Hei..., siapa namamu?"
Jelena mengangkat tangannya dan menunjukan cincin pernikahan di jari manisnya. Surya nampak terkejut. Tak menyangka kalau gadis semuda itu ternyata sudah menikah.
Saat Jelena tiba di villa, Adras pun terlihat baru memasuki villa. "Kamu dari mana?" tanya Adras.
"Jalan-jalan sebentar."
"Bersiaplah
Sebentar lagi mereka akan menjemput kita."
"Aku mau mandi dulu."
Jelena bergegas masuk ke kamar. Hari ini ia akan menjalankan misinya untuk melihat bagaimana reaksi Adras.
Selesai mandi, ia dengan sengaja hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya. Kebetulan Adras sedang membaringkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya.
"Mas, tolong dong."
Adras menatap Jelena. Tatapan pria itu terlihat biasa. "Apa?"
"Tolong garuk punggungnya. Rasanya gatal sekali."
Adras dengan malas bangun dan mendekati Jelena. "Bagian mana yang gatal."
"Sebelah kanan, mas."
"Yang ini?"
"Bukan."
"Yang ini?"
"Ke Kanan dikit, mas. Aduh...bukan yang itu." Jelena dengan sengaja melepaskan tangannya yang memegang handuk dan mengarahkannya ke bagian punggungnya. Akibatnya, handuk itu jatuh ke lantai. Tubuh Jelena yang hanya menggunakan baju dalam saja terekspos di depan Adras. Gadis itu merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Ia juga ingin pingsan rasanya. Namun demi misinya untuk membuktikan apakah Adras gay atau bukan, Jelena harus menahan dirinya.
"Mana sih?" Adras terdengar kesal.
"Nah, di situ mas."
Adras kemudian menggaruk punggung Jelena. "Sudah?"
"Sudah mas. Makasi ya?" Jelena membalikan badannya. Adras hanya mengangguk lalu melangkah menuju ke kamar mandi.
Apakah memang ia tak menginginkan aku? Apakah aku kurang menarik di matanya?
********
Bagaimana perjalanan bulan madu mereka? Berhasilkah Jelena merayu Adras? Siapa pria bernama Surya itu? Apakah ia akan menjadi pria yang menganggu Adras dan Jelena?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Anonymous
bgs jg muncul suryaaa...
2023-02-12
0
Ajusani Dei Yanti
beuuu parah gak selera ama jelena
2023-01-11
0
"lazygirl"
jelena yg ngegodain tp dia jg yg deg2an sndiri.. 😂😂😂
2023-01-06
1