Tidak ada yang sama dalam dunia kasus ini, Siapa yang kaya dan ber uang dia yang menang. Raja dari segala raja adalah uang, siapa yang memiliki uang akan selalu di agungkan.
Siapa yang tidak mengenali Elesh dalam dunia bisnis, biarpun dia jarang muncul dalam perjamuan kaum bangsawan namun dia sangat di kenal dalam kasta darah biru itu.
Kini Elesh duduk di samping Yohan, ya laki-laki itu benar- benar duduk di kursi bekas Esmeralda, Gadis penari yang ia anggap kotor. Entah kenapa ia tidak merasa jijik sedikitpun duduk di kursi itu, ia merasa biasa aja hingga Yohan beberapa kali meliriknya tidak percaya.
"Benar-benar penemuan langka, dia wanita pertama yang tidak memunculkan aroma alergi di tubuhmu. Mungkin juga menghilangkan rasa jijik di dalam hatimu terhadap wanita." Ucap Yohan sambil memegang kemudi dengan baik.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, karena jam pulang kerja jalan selalu padat. Ingin sekali rasanya Elesh membeli jalanan itu, namun jika ia membelinya bagaimana orang lain akan lewat. Apakah membayar tiket seperti di tol, haha lucu sekali jika ia bersikap Egois.
Mobil itu melaju perlahan, sesekali berhenti karena di depannya ada mobil lain yang jika tidak berhenti mungkin akan menabrak.
"Cih , jalanannya padat sekali." Ucap Yohan mengumpat.
Elesh melirik jam tangan yang melingkar di tangan nya, Jam tangan kualitas ternama itu melingkar dengan berani nya di tangan sang raja.
Tak sengaja mata elang itu menatap ke arah lain, seorang gadis tengah menenteng buku sambil berjalan perlahan, ia menatap gadis yang pagi tadi mencegat nya dengan berani padahal mobilnya sedang melaju dengan kecepatan tinggi.
Di sore hari gadis itu berjalan dengan tenang di trotoar, seakan tidak memperdulikan mobil yang hilir mudik di dekatnya.
"Lihat itu, bukankah itu gadismu!." Ucap Elesh kepada Yohan. Yohan menoleh dan memang benar ada Esme di sebrang jalan, namun sejak kapan Elesh belajar memperdulikan orang lain.
"Jelas, kan ini sudah jam pulang kampus." Ucap Yohan menjawab, Yohan tidak menyadari keanehan dari Elesh, sejak kapan laki laki dingin itu belajar untuk peduli pada orang lain, bahkan rakyat jelata seperti Esmeralda.
"Apa kamu tidak memberinya tumpangan?" Tanya Elesh.
"Kau gila? Jam macet seperti ini jika alergimu kambuh akan sangat merepotkan." Ucap Yohan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar
Bagaimana mungkin seorang tuan muda Elesh Alexsandriano peduli dengan orang lain, bukankah itu mustahil atau hanya terjadi dalam mimpi.
Namun kenyataan itu bukan bagian dari mimpi, Elesh benar-benar menaruh kepedulian pada gadis asing di sebrang jalan, ada apa ini apakah kiamat sudah dekat atau ada hal lain. Yohan tidak memperdulikan itu ia bergegas mengentikan mobil di samping wanita itu.
"Hei gadis penari! Masuklah, mari kita pulang bersama." Ucap Yohan dengan coolnya.
"Maaf tuan. Sepertinya itu kurang baik, aku sudah merepotkanmu tadi pagi. Sekarang aku tidak ingin merepotkanmu kembali." Ucap Esmeralda.
"Tidak apa apa nona penari...." kata kata Yohan terpotong karena Elesh memotongnya .
"Panggil namanya." Ucap Elesh datar.
"Tidak apa-apa nona Esmeralda, tapi kamu harus duduk di belakang karena di depan sudah di isi oleh tuan mudaku yang sombong." Ucap Yohan.
Esme mengangguk, ia masuk ke dalam mobil karena baginya lumayan tumpangan itu hadir dengan sendirinya dan gratis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments