Jessica dan Robert terdiam saat mereka mulai melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam lukisan. Jessica melakukan sekuat yang ia bisa untuk melihat sifat artistik dari segala lukisan yang ada di depannya. Tapi ia tetap merasa ia adalah orang yang paling bodoh dan susah memahami seni daripada orang lain yang berdiri di sekitarnya.
Sang ayah terlihat berjalan di sisinya. Pria paruh baya itu menyipitkan matanya saat dia melirik pada sebuah lukisan. Ia tampak fokus menatap lukisan itu. Jessica hanya bisa menggelengkan kepalanya, mendekat pada sang ayah untuk berbisik di telinganya.
"Aku tidak mengerti apapun di sini" kata Jessica, ikut melirik lukisan yang di tatap oleh sang ayah barusan. Itu hanyalah sebuah lukisan dari keranjang buah yang ada di dinding. "Orang bilang lukisan memiliki arti. Tapi lihatlah! Itu hanya sekeranjang buah. Memangnya apa artinya?"
Robert berdehem sekali, menolehkan kepalanya ke kanan dan kirinya, mencoba untuk berpura-pura tertarik dengan lukisan yang ada di hadapannya itu. Sejujurnya dia juga tak terlalu paham tentang arti dari lukisan-lukisan itu. Robert benci lukisan. Dan satu-satunya alasan Robert bisa ada di gedung ini adalah karena dia berencana bertemu dengan seseorang.
"Ini cukup sederhana," sebuah suara baru saja berbicara.
Robert menoleh dan melihat dari balik bahu putrinya tepat ketika dia melihat seorang pria muda berdiri di dekat mereka. Dia-lah yang baru saja berbicara kepada mereka. Mata pria muda itu terpaku pada lukisan di depannya. Ia memperbaiki letak kacamata yang sejak tadi bertengger di pangkal hidungnya, saat dia menatap dengan ekspresi tenang kepada dua orang di hadapannya itu.
"Artinya benar-benar sangat sederhana." kata pria muda itu lagi kepada pasangan ayah dan anak itu. Ia terlihat menyilangkan kedua tangannya ke depan dada saat memutar tubuhnya, menghadap ke arah dua orang di dekatnya itu.
Kedua orang itu juga menatapnya. Satu dengan mata terbelalak dan yang lainnya menatap dengan mata menyipit.
“Apa kau tau istilah 'membaca gambar'?" tanya pria muda itu pada Jessica yang saat ini terlihat menyipit tak mengerti.
Jessica menggeleng. "Tidak."
Pria muda itu menghela napasnya pelan. "Jadi begini... misalnya ketika kau melihat gambar dari sekeranjang buah, maka kepalamu akan memikirkan sesuatu yang lain seperti sebuah kios di pasar."
"Ya, tapi," Jessica menghentikkan ucapannya sejenak saat kepalanya kembali menoleh ke arah lukisan di hadapannya untuk menatapnya lebih lekat, "... yang baru saja aku pikir adalah sekeranjang buah."
Pria muda itu tampak menggaruk keningnya, ia terlihat agak frustasi saat ini. Lihatlah! Gadis di hadapannya ini sama sekali tak punya selera seni. Sementara itu, Robert sejak tadi hanya diam. Ia memperhatikan pakaian yang di kenakan pria muda itu baru setelahnya Robert ikut menatap kembali ke lukisan keranjang buah yang ada di dinding itu.
"Itu saja, bukan? Ini memang sekeranjang buah. Dan itu tidak memberi tahu kita apa-apa." ujar Jessica dengan tatapan polosnya.
"Jelas sekali kalau kau tidak akan melihat makna yang lebih dalam dari lukisan itu. " kata pria muda itu kepada gadis di hadapannya.
"Ya, aku memang merasa agak sulit untuk melihat arti dari lukisannya. Tapi bagaimana kau bisa menemukan makna yang lebih dalam itu," tanya Jessica.
Robert kini mulai tertarik pada pria muda itu. Dia tidak mengatakan apa-apa selama beberapa detik karena hatinya terus bertanya-tanya apakah pemuda ini adalah seseorang yang menjadi suruhan yang di minta untuk bertemu dengannya. Ah, sepertinya bukan, karena lihat saja, anak laki-laki itu bahkan tampak seperti pria yang baru lulus dari universitas.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
anggita
cuma kasih hadiah mawar 🌹buat author.
2022-11-27
0