Bag. 4

Yuki tak mampu untuk menutupi lagi segala kerapuhannya dan berpura-pura selama ini ia baik-baik saja. Ia benar-benar merasakan sakit yang teramat sakit setelah mendapatkan perlakuan kejam dari suaminya.

Yuki duduk di depan cermin, wajahnya terlihat pucat, matanya sembab, akibat ia tidak tidur dan menangis semalaman. Tangannya terangkat memegang rambut dan juga pipinya.

Air matanya luruh di kala ia mengingat kejadian dimalam itu, saat suaminya menampar pipinya dengan sangat keras.

"Apa salahku mas, kenapa kamu sekejam itu sama aku, apa karena aku  mengganggu hidupmu?" lirihnya bertanya pada pantulan dirinya di cermin.

"Aku hanya berharap sekali aja, hanya sekali aja kamu bersikap baik sama aku, hal itu aja udah  membuatku bahagia mas" lirihnya lagi.

Setetes air mata luruh, dan dengan cepat Yuki menghapusnya.

"Tapi aku akan bertahan semampuku mas, aku akan menunggu waktu dimana kau menyadari keberadaanku" ucapnya.

Tak mau berlama-lama bersedih, Yuki pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri.

****

Al telah sampai di bandara di Perancis. Kini ia hanya perlu mencari apartemen kekasih nya itu dan membawanya pulang.

Senyum mengembang dikala Al mengingat bahwa sebentar lagi dia akan bertemu dengan kekasihnya dan akan hidup bersama kekasihnya kembali.

"Aku datang sayang, dan kita akan kembali bersama lagi" gumam Al dengan senangnya.

*****

Di kantor Axel terkejut saat dengan tidak sopannya Gibran masuk kedalam ruangannya dengan sebuah map yang ia pegang.

"Lo tau tata krama 'kan, kalo masuk keruangan orang tuh biasakan ketuk dulu" kesal Axel.

"Sorry gue buru-buru mau ketemu lo" ucap Gibran.

"Ada apa?" tanya Axel.

"Lo tau nggak, si Al benar-benar ke Paris menemui si Allysa, gila nggak?" tanya Gibran.

Axel hanya mendengus sinis mendengar ucapan Gibran.

"Yaelah lo malah dengus doang, jawab kek" ucap Gibran.

"Gue musti jawab apa, emang sahabat lo gila" ucap Axel.

"Yee sahabat lo juga kali" ucap Gibran.

Axel tak menanggapi ucapan Gibran dia melanjutkan kerjaannya yang terhenti akibat kedatangan pria itu.

Gibran duduk dengan menatap keatas, sambil tangannya mengusap-usap dagunya.

"Gue kok ngerasa bersalah ya, udah ngasih tau alamat keberadaannya Allysa"

Gibran menatap Axel dengan serius.

"Gue ngerasa udah jahat banget sama istrinya Al, karena dengan secara nggak langsung gue udah menjauhkan Al dari istrinya" ucap Gibran.

Axel menatap Gibran sesaat, lalu kembali lagi melanjutkan pekerjaannya.

"Kalo lo nyesal, lo minta maaf aja sama istrinya" ucap Axel.

"Hmmm... ide lo boleh juga, yaudah ntar gue kerumahnya Al deh" ucap Gibran.

Ucapan Gibran menarik perhatian Axel. Pria itu menatap sahabatnya dengan dahi berkerut.

"Lo pasti bingung 'kan"

Gibran menggoyangkan map yang ia pegang sejak tadi dan melemparkan map itu ke Axel.

"Itu alamat lengkap rumahnya Al"

Axel membuka map itu dan melihat kertas yang berisi biodata Al lengkap dengan alamat rumahnya yang sekarang.

"Dapat dari mana lo"

"Ada deh, Allysa yang jauh aja bisa gue dapat, masa dia yang dekat nggak bisa, kita kesana ya, jam makan siang ini, kita temui istrinya, gue penasaran sama istrinya yang selalu dia bilang Jalang" ucap Gibran.

"Lo aja"

Axel kembali melemparkan map itu kepada Gibran dan dengan segera ia bangkit dari duduknya.

"Lo mau kemana?"

Gibran ikut berdiri ketika Axel berjalan melewatinya.

"Yang jelas gue banyak urusan nggak kayak lo"

Gibran hanya cemberut mendengar ucapan Axel.

"Yaelah, punya sahabat begini amat yak, yang atu nya sadis, yang atunya dingin banget, sabarkan Gibran ya Tuhan"

Dengan alaynya Gibran mengadahkan tangannya dan menghapus wajahnya dengan kedua tangganya.

****

Wajah Yuki masih terlihat pucat, tetapi gadis itu tetap melakukan pekerjaan rumah, ia saat ini sedang memasak, walaupun ia tahu, saat ini suaminya tidak ada di rumah, tetapi tidak papa, ia akan memasak untuk anak asuhnya.

"Kamu harus kuat, untuk kamu dan juga mereka Yuki" semangatnya.

Setelah selesai memasak, Yuki memasukan masakannya kedalan sebuah rantang yang akan di bawanya.

Setelah semuanya selesai ia pun mengambil tas dan berjalan keluar rumahnya.

Yuki berdiri di depan rumahnya, menunggu taksi pesanannya yang belum juga datang. Dari kejauhan seseorang melihat Yuki, matanya menyipit memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

"Itu Yuki 'kan, ngapain dia disini"

Pria itu melajukan mobilnya dengan cepat, hendak menghampiri Yuki, namun sial, ia kalah cepat, Yuki telah lebih dahulu masuk ke dalam taksi.

Pria itu melihat Yuki yang pergi dan juga rumah yang baru saja di tinggali Yuki.

"Ini 'kan, jangan-jangan"

Tak mau menerka-nerka pria itu melajukan mobilnya mengikuti taksi yang di tumpangi Yuki.

****

Al merasakan tubuhnya terasa lelah, pasalnya, sedari tadi ia sudah berkeliling mencari apartemen Allysa, namun tak kunjung ia temukan, hingga ia merasakan cacing didalam perutnya meronta.

"Gue makan dulu kali ya" gumamnya.

Ia pun mencari tempat makan yang tak jauh dari tempatnya berada saat ini.

Sepanjang ia duduk dan makan, ada terlintas pikirannya untuk memikirkan Yuki istrinya. Ia hanya memikirkan Allysa dan bagaimana caranya agar cepat bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

"Maaf apakah anda mau menambah pesanan lagi"

"Tidak, terimakasih" ucapnya.

Pelayan itu tersenyum dan meninggalkan meja Al.

"Tunggu"

Pelayan itu berhenti dan kembali menghampiri Al.

"Ya, apakah kau berubah pikiran"

Al menggeleng ia mengambil selembar kertas dari dalam sakunya.

"Saya ingin bertanya, apakah kau tau alamat ini"

Al menyodorkan ketas itu kehadapan pelayan itu.

"Oh ini, apartemen ini tidak jauh dari sini, kau hanya perlu berjalan sekitar 1 kilometer dari sini"

Mendengar itu senyum Al mengembang.

"Baiklah terimakasih, saya minta billnya"

"Sebentar saya ambilkan"

Al tersenyum dan memasukkan kembali kertas itu kedalam sakunya.

Setelah melakukan pembayaran, Al langsung keluar dari cafe itu dan berjalan sesuai petunjuk dari pelayan cafe itu.

Sepanjang perjalanan Al selalu tersenyum hingga ia merasakan getar di dalam saku celananya.

Ia melihat sebuah nama yang tertera didalam ponselnya, seketika wajah Al berubah menjadi marah hanya karena melihat nama di layar ponselnya, dengan marah Al mematikan teleponnya.

Ia melanjutkan lagi perjalannya, kali ini ia tidak menggunakan jasa siapapun, untuk mencari Allysa di kota ini, ia ingin menemui kekasihnya dengan caranya sendiri.

Lagi ponsel Al bergetar dan keluar nama yang sama yang menelfonnya, dengan kasar Al mengangkat telfonnya.

"Jangan pernah lo hubungi gue lagi jalang! , lo hanya akan membuat hari-hari gue yang tenang jadi suram"

Tanpa mendengarkan ucapan di sebrang sana, Al mematikan sambungan telfonnya.

Sementara disini, seseorang yang menelfonnya merasakan hatinya hancur. Niatnya menelfon adalah untuk mengetahui kabar suaminya, namun lagi dan lagi untuk yang kesekian kalinya hanya penghinaan yang ia dapatkan.

"Sabar Yuki, mungkin dia lagi sibuk disana" selalu ia hanya ingin menguatkan hati yang telah hancur itu.

"Bunda... ayo sini main"

Yuki tersadar dari lamunnya dan tersenyum kepada Agni si bontot.

"Kamu main aja ya, bunda tunggu disini" teriak Yuki.

Saat ini mereka tengah berada di sebuah taman yang memiliki taman untuk bermain anak-anak yang sangat luas.

Yuki sengaja membawa anak-anak ini ketaman, agar mereka bisa merasakan bermain seperti anak lainnya.

"Nggak ikut bermain"

Yuki menoleh kebelakang, dan mendapati seorang pria yang entah sejak kapan berada di belakangnya. Pria itu berjalan dan berdiri di samping Yuki.

"Boleh aku duduk"

Yuki tersenyum dan mengangguk.

"Kenapa kamu nggak ikut bermain bersama mereka"

"Nggak, aku sedang nggak ingin bermain"

"Kalau sedang nggak  ingin bermain, kenapa datang kesini"

"Aku hanya ingin membawa anak-anak itu agar mereka bisa bermain dengan puas"

Pria itu menatap Yuki dengan tatapan kagum.

"Apakah mereka semua anakmu?"

Yuki menoleh menatap pria itu dan tersenyum.

"Ya mereka adalah anak-anakku, anak yang dititipkan Tuhan kepadaku, walaupun aku bukanlah orang yang melahirkan mereka"

Dari perkataan Yuki pria tadi menjadi paham akan asal usul anak-anak itu, ia semakin mengagumi Yuki.

"Lalu sedang apa kamu disini Axel"

Axel menatap Yuki dengan senyumannya.

"Aku kesini karena aku ingin bermain" ucapnya lalu berlari menuju keruman anak-anak itu.

"Hay anak-anak"

"Ayah ganteng...ayah datang?"

"Iya dong, ayah pasti datang untuk bermain bersama kalian"

Axel mengajak anak-anak itu bermain, mulai dari kejar-kejaran dan sampai ia harus menggendong anak-anak itu secara bergantian.

Yuki ditempatnya tersenyum melihat adegan itu, ia membayangkan jika Al yang melakukan hal itu, ia pasti akan sangat bahagia. Memikirkan itu, Yuki jadi kembali teringat dengan Al, ia mengambil ponselnya dan mulai menelfon Al lagi, berkali-kali Yuki menelfon Al, namun tidak ada jawaban dari sana, tetapi sepertinya gadis ini tidak putus asa, ia terus mencoba.

"Anak-anak, ayah kesana dulu ya, mau ketemu dengan bunda kalian"

"Ayah kangen ya sama bunda"

Axel hanya tersenyum menanggapi ocehan anak itu, ia hanya mengacak rambut Andre dan mulai berjalan menghampiri Yuki.

Setelah berkali-kali mencoba akhirnya panggilan Yuki dijawab oleh Al.

"Hallo mas"

"Lo nggak pernah denger apa kata gue Jalang?, lo selalu aja ganggu gue, dan lo selalu buat hari-hari gue jadi kacau, lo sangat menjijikkan jadi wanita, dasar murahan, wanita jalang, murahan! "

Yuki merasakan hatinya yang sudah hancur semakin hancur lagi. Belum sempat ia bertanya sudah mendapatkan cacian yang teramat dalam sakitnya.

"Siapa?"

Yuki hanya tersenyum sesaat Axel datang dan dia menutup telfonnya.

"Suamiku"

"Oh.. ayah yang di maksudkan dengan anak-anak"

Yuki tersenyum dan mengangguk.

"Suamiku sedang sibuk, jadi aku belum sempat mengenalkannya kepada anak-anak, padahal ia sangat ingin berkenalan dengan anak-anak, tapi karena kerjaan menumpuk, ia harus mengurungkan niatnya bertemu anak-anak"

"Apa pekerjaan suamimu"

"Dia seorang pengusaha"

"Pengusaha dimana kantornya"

"Aku tidak terlalu hafal, tapi yang pasti saat ini ia sedang nggak ada disini, ia sedang ada urusan pekerjaan di luar negri"

"Pasti suamimu adalah pengusaha yang terkenal"

Yuki hanya tersenyum menanggapi ucapan Axel.

"Dan pastinya dia sangat, bahagia memiliki istri sepertimu"

Lagi hanya sebuah senyuman yang di berikan Yuki. Yuki melihat jam yang melingkar di tangannya waktu sudah menunjukkan jam sore. Ia harus segera pulang dan mengantar anak-anak ini pulang.

Tanpa ragu, melihat itu Axel menyodorkan dirinya untuk mengantar Yuki dan anak-anak pulang. Awalnya menolak namun dengan dukungan anak-anak, Yuki menerima tawaran Axel.

Mereka pun mengantar anak-anak pulang terlebih dahulu lalu setelah itu ia mengantar Yuki.

"Terimakasih Axel kamu sudah mengantarku, maaf aku nggak bisa menawarimu untuk singgah, karena suamiku sedang nggak ada dirumah"

"Nggak apa-apa Yuki, aku mau langsung pulang, kamu masuklah dan beristirahat"

Yuki mengangguk dan masuk kedalam rumahnya, sementara Axel terus memperhatikan Yuki yang sudah tidak terlihat lagi olehnya.

Axel mengerang di tempatnya, tangannya menggenggam setir dengan sangat kuat, rasa kesal dan kekecewaan menghinggapi dirinya.

"Lo keterlaluan Al"

Ya Axel mengetahui jika istri jalang yang di maksudkan Al adalah Yuki, sebenarnya setelah mendapatkan alamat Al dari map yang di beri Gibran, Axel hanya berpura-pura tidak ikut, dia ingin menyelidikinya sendiri.

Saat ia akan sampai saat itu ia bertemu dengan Yuki yang sudah terlebih dahulu naik taksi, setelah memastikan benar-benar alamat Al lewat telfon dari Gibran. Axel menjadi sangat kecewa dan memutuskan untuk mengetahui sikap Yuki yang sebenarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!