Seperti malam-malam biasanya Al selalu menghabiskan malam ya di sebuah club yang biasa ia sambangi bersama kedua sahabatnya.
Mereka duduk tepat di depan bartender, Al terus meneguk habis minumannya, padahal keadaannya kali ini sudah sangat memprihatinkan.
"Al lo nggak a bosen terus-terusan kayak gini"
Al menoleh sesaat kepada Gibran.
"Emang kenapa kalo gue terus-terusan kayak gini?"
Bukannya menjawab, Al malah membalikkan pertanyaan kepada Gibran.
"Ya nggak apa-apa sih sebenarnya, tapi lo jadi kayak orang yang menyedihkan"
Ucapan Gibran membuat Al menegakkan tubuhnya, pria yang terlihat matanya sudah merah itu, langsung menatap tajam Gibran.
"Lo nggak bisa bilang gue menyedihkan, hanya karna melihat gue kayak gini, lo nggak tau rasanya tinggal bareng sama wanita jalang itu kan?" ucap Al.
Gibran meneguk minumannya, dan menatap Al yang juga telah meneguk habis minumannya.
"Tapi dia itu istri lo Al"
Ucapan Gibran membuat darah Al serasa mendidih, ia sungguh tidak suka mendengar gadis itu disebut sebagai istrinya.
Al mencengkram kerah baju Gibran dan tatapan matanya menyorot tajam Gibran.
"Gue peringatkan sama lo jangan pernah sekali-kali lo nyebut dia sebagai istri gue, karna bagi gue dia cuma jalang yang nggak berguna" tegas Al sambil melepaskan cengkramannya.
"Kalo emang dia Jalang, kenapa lo mau nikahi dia?"
Al mengalihkan pandangannya ke Axel yang sejak tadi hanya diam melihat kedua sahabatnya ini bertengkar.
"Itu semua bukan urusan lo" ucapnya kesal dan langsung bangkit dari duduknya, berjalan sempoyongan meninggalkan club.
Gibran dan Axel hanya menggelengkan kepala melihat kepergian sahabatnya itu.
"Gue yakin ada yang nggak beres" ucap Gibran menoleh ke Axel.
"Apapun itu, itu bukan urusan kita" ucap Axel sambil meneguk minumannya.
"Iya sih emang bukan urusan kita, tapi gue penasaran, kenapa Al segitu bencinya sama istrinya, emang lo nggak penasaran apa?"
Gibran bertanya serius sambil menatap Axel. Sementara Axel hanya menatapnya sekilas.
"Yang pasti semuanya itu ada alasannya" ucap Axel lalu bangkit dari duduknya, berjalan keluar.
"Woi... parah ni bocah, main tinggalin aja" ucap Gibran. Sebelum pergi Gibran meneguk habis minumannya dan berlari menyusul Axel.
*****
Tak akan ada yang pernah tau bagaimana rasa sakit yang di pendamnya. Kebencian suaminya yang harus dia tanggung sendiri, memberi luka yang makin teramat dalam di hatinya.
Impian-impian dan harapan yang dulu pernah di bangunnya sebelum menikah, telah lenyap di kala ia mendapatkan kesedihan.
Yuki tak pernah menyangka jika syurga yang dia inginkan dari pernikahannya, hanyalah harapan yang tak mungkin jadi kenyataan, karena yg selalu ia dapatkan adalah neraka dunia yang diberikan Al.
Yuki saat ini tengah berada di ruang tamu rumahnya, ia melirik kearah jam.
Disana jarum jam sudah menunjuk ke angka 02.35, namun belum ada tanda-tanda kepulangan Al suaminya.
Rasa kantuk pun sudah melanda dirinya. Sedari tadi dia terus saja menguap.
Yuki mengambil gelas yang ia letakkan di meja, dan meneguk air di dalamnya. Berharap dengan meminum air rasa kantuknya bisa hilang.
Namun percuma, semakin lama, matanya semakin berat untuk ia tahan.
Sudah tak sanggup lagi untuk menahan, Yuki pun memutuskan untuk tidur, ia meletakkan bantal di ujung sofa untuk alas kepalanya. Ia memilih tidur disofa, karena takut saat Al pulang ia telat membukakan pintu. Maka Al akan marah kepadanya.
Yuki memejamkan matanya. Menikmati tidur untuk sementara, mungkin dengan begitu adalah hal yang baik untuk melepaskan sejenak beban hatinya.
Ting..
Tong..
Ting..
Tong...
Yuki membuka lagi matanya saat mendengar suara bel berbunyi, padahal ia baru saja memejamkan matanya.
Dengan bergegas ia segera berlari ke depan, membukakan pintu untuk Al.
Cekllekkk...
Pintu terbuka, Yuki menatap Al yang seperti biasanya selalu dengan penampilan yang berantakannya.
"Kenapa lo lama banget buka pintunya"
Yuki menunduk takut saat Al mengeluh kepadanya.
"Maaf" Hanya itu yang mampu ia keluarkan dari bibirnya.
Al berjalan masuk kedalam, meninggalkan Yuki yang menatapnya sendu di ambang pintu.
Al merebahkan tubuhnya di atas sofa. Tas yang di bawanya ia campakkan di sembarangan arah. Ia membuka dasinya yang terasa seperti mencekik lehernya.
"Kenapa lo masih berdiri di situ"
Yuki tersadar dari lamunannya. Ia pun menutup pintunya dan mulai menguncinya. Setelah itu ia berjalan menghampiri Al. Yuki mengutip tas kerja Al yang tergeletak di lantai, dan menaruhnya di atas meja.
Yuki melihat mata Al yang terpejam, rasa sedih menghinggapi dirinya, melihat suami yang telah ia cintai dalam keadaan berantakan.
Dengan niat tulus Yuki membukakan sepatu Al juga kaus kakinya. Setelah itu dia berjalan meletakkannya di sudut ruangan di tempat sepatu.
Yuki terkejut saat sebuah tangan melingkar indah di perutnya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat.
"Aku sangat mencintaimu"
Yuki membelalakkan matanya kaget, mendengar suaminya membisikkan kata-kata yang sangat membuatnya bahagia.
Bagaikan ada ribuan kupu-kupu terbang di hatinya. Yuki tak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia terlalu bahagia, selama ini setelah setahun ini, ini lah yang sangat di impikannya. Penerimaan dari suaminya.
Al membalikkan tubuh Yuki. Matanya tak terbuka sepenuhnya. Mungkin efek dari alkohol yang membuat kepala sakit dan sulit untuk membuka matanya.
Yuki hanya diam tak bersuara saat Al membalikkan tubuhnya, bahkan dia tak mampu untuk menatap mata suaminya, ia hanya menunduk.
Al membelai wajah Yuki dengan sangat lembutnya. Tak dipungkiri, sentuhan Al memeberikan getaran-getaran tersendiri di tubuh Yuki.
Al terus mengelus tubuh Yuki, mulai dari pipi, bibir hingga leher. Sentuhan Al membuat Yuki menutup matanya dan helaan nafas Yuki pun terdengar menjadi tak teratur.
"Maafkan aku"
Yuki tersenyum saat Al mengatakan kata maaf kepadanya, sungguh, sebelum Al mengatakan maaf kepadanya, Yuki dengan tulus telah memaafkannya.
"Allysa"
Yuki membuka matanya dan mendongak menatap suaminya. Air mata jatuh tak tertahan saat suaminya mengatakan nama wanita lain tepat di hadapannya.
"Aku Yuki mas"
Dengan bibir bergetar Yuki mencoba menyadarkan suaminya. Tangan Al yang tadinya mengelusnya, kini terhenti, matanya terbuka lebar menatap Yuki tajam.
Dan dengan kasarnya, ia mendorong Yuki, hingga tubuh gadis itu menghantam rak sepatu.
"Dasar Jalang, udah berapa kali gue bilang sama lo, jangan sentuh gue"
Yuki menutup kedua matanya saat Al berteriak tepat di hadapannya.
"Tapi aku"
"Aku apa ha..."
Yuki hanya diam saat ia di bentak oleh suaminya. Ia tak ingin menambah kemarahan suaminya lagi. Jadi dia hanya memilih diam agar semuanya cepat berlalu.
Tanpa diduga, dengan kasarnya Al mencengkram lengan Yuki dan membawa gadis itu tepat di hadapannya. Yuki menatap mata Al yang mengisyaratkan penuh kebencian padanya.
"Gue peringatkan sekali lagi, jangan pernah lo nyentuh gue, kalau nggak gue nggak akan segan-segan untuk berbuat kasar sama lo, mengerti!" ucap Al kasar.
Yuki hanya mengangguki ucapan Al. Bibirnya dan lidahnya terasa keluh untuk berbicara. Air mata pun tak lagi mampu ia tahan, dan mengalir bebas tanpa ijin darinya.
"Hentikan sandiwara murahan lo itu, dasar jalang"
Ucap Al dan menghempaskan tubuh Yuki dengan kasarnya ke lantai. Setelah itu ia berlalu pergi kekamarnya.
Yuki menatap langkah Al yang semakin menjauh darinya. Ia meraba dadanya yang terasa sesak dan meremasnya.
Terasa hatinya sangat hancur, kebahagiaan sesaat yang dirasakannya tadi hanyalah sebuah mimpi yang berakhir pada kenyataan pahit yang harus di terimanya.
Lagi penolakan atas dirinya, membuatnya semakin terluka. Mengapa takdir begitu kejam padanya. Jika memang bukan berjodoh, lantas mengapa harus disatukan. Jika ini yang ia dapatkan mengapa tidak memilih pergi disaat ada jalan.
Yuki tidak pernah tahu apa yang di lakukannya, ia merasa tersakiti, tetapi mengapa ia harus bertahan. Dan mengapa ia enggan untuk pergi.
Jika luka ini terus menerus menusuk kedalam kalbu. Akankah ia mampu bertahan sampai akhir?
ENTAHLAH ia hanya ingin menjalankan takdir yang telah di gariskan kepadanya. Baginya ini adalah jalan hidup yang harus ia lalui. Hanya itu pegangan yang akan mampu menguatkannya sampai akhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments