Episode 3

"Sudah pak, bapak tenang saja." ucap Pak Daniel. Ayahnya Adel dan bunda nya terlihat sangat senang sekali.

Di kamar Adel sangat sedih setelah kakak nya membalas pesan nya.. Ternyata Mutiara sudah kembali ke provinsi tempat nya mengejar cita-cita.

Dia sangat lesu, dia bingung dan juga sangat sedih sekali.

Adel membuka ponsel nya dan mendengarkan radio.. Kata-kata penyemangat, kata-kata yang bisa membuat suasana hati nya membaik.

Di tempat lain Alan sedang duduk di Sebuah bar yang tidak jauh dari tempat kerja nya. "Ssstt kamu tidak melihat Pak Alan seperti nya dia butuh di hibur." ucap perempuan yang ada di bar itu

Perempuan paling cantik datang menghampiri Alan.

"Pak Alan, sudah lama kita tidak jumpa." ucap Perempuan itu sambil duduk di depan Alan.

Alan tersenyum kepada perempuan itu. "Tapi saya ingin sendiri, jangan mengganggu saya." ucap Alan. Perempuan itu langsung meninggalkan Alan.

"Berani-beraninya pak Alan menolak ku." ucap perempuan itu dengan kesal kepada teman nya.

Teman-teman nya hanya bisa tertawa.

Keesokan harinya...

"Alan...." Panggil Mamah nya mengetuk pintu kamar nya.

"Iyah mah, kenapa sangat berisik sekali? aku baru saja istirahat." ucap Alan.

"Kamu dari mana saja tadi malam? Kenapa kamu baru pulang shubuh?" tanya Mamah nya. "Aku main-main sama Teman ku mah." ucap Alan.

"Kamu benar-benar kelewatan yah, kamu mabuk tidak mengenal waktu!" ucap Mamah nya.

"ini masih pagi tapi Mamah sudah marah-marah saja, ada apa?" tanya Alan.

"Kamu masih bertanya ada apa?" tanya Mamah nya dengan kesal.

Alan menghela nafas panjang.

"Langsung saja mah, aku sangat ngantuk." ucap Alan.

"Bagaimana dengan pacar kamu? Apa dia mau menikah dengan kamu?" tanya Mamah nya.

Alan terdiam sejenak. "Mamah yakin dia tidak akan mau, sedang kan bertemu dan kenalan dengan Mamah aja tidak mau." ucap Mamah nya.

"Bukan nya tidak mau mah, tapi dia sibuk." ucap Alan.

"Kemarin mamah dan papah sudah bertemu dengan calon istri kamu, hari ini kamu harus datang menemui nya." ucap Mamah nya.

"Aku gak bisa mah, hari ini aku ada kerjaan." ucap Alan.

"Kamu jangan membuat alasan terus menerus!"

"Mahh aku tidak mau menikah.. Kenapa Mamah harus memaksa ku?" ucap Alan.

"Baiklah kalau kamu tidak mau menikah harta dan semua warisan akan jatuh kepada ponakan Papah kamu, jangan ada protes." ucap Mamah nya.

"Gak bisa gitu dong mah, aku tidak terima kalau di kasih sama Keponakan papah. dia hanya orang lain, mamah tau sendiri kalau aku tidak pernah akur dengan dia." ucap Alan.

"Tidak ada pilihan lain." ucap Mamah nya.

"Baiklah-baiklah aku akan ke sana." ucap Alan.

"Bukan hanya ke sana, tapi kamu juga harus menikah dengan dia." ucap mamah nya.

Alan terdiam sejenak.

"Aku tidak ada pilihan lain. Mutiara sudah mengiklas kan aku menikah, bahkan dia menghapus dan memblokir nomor ku." batin Alan.

Melihat wajah Mamah nya.

"Tidak pernah aku membahagiakan orang tua ku, mungkin dengan cara seperti ini a mereka bisa bahagia." batin Alan.

"Baiklah lah mah kalau begitu, aku akan menikah dengan perempuan itu." ucap Alan.

"Nah gitu dong." ucap Mamah nya.

"Kalau begitu kamu harus mandi. Mamah akan memberikan alamat nya kepada kamu." ucap Mamah.

Alan mengikuti perintah orang tua nya.

Setelah satu Jam Alan turun dengan pakaian rapi dan sangat tampan sekali.

"Nih alamat nya." ucap mamah nya.

"Loh Mamah sama Papah gak ikut? Bagaimana kalau mereka tidak mengenal aku?" tanya Alan.

"Mereka sudah tau kok, kamu tidak perlu khawatir seperti itu. Ayo segera berangkat, kasian calon istri kamu sampai tidak sekolah karena menunggu kamu." ucap Mamah nya langsung mendorong keluar.

"Sekolah? Aku menikah dengan perempuan yang masih sekolah? Ini benar-benar sangat konyol sekali." ucap Alan.

Dia meninggal kan rumah nya.. Tidak beberapa lama sampai di alamat. "Seperti nya ini deh." Alan memasukkan mobil nya ke halaman rumah itu.

"Permisi...." Alan berdiri di depan pintu. Orang tua Adel melihat Alan.

"Saya adalah Anak pak Daniel." ucap Alan.

"Alan yah?" ucap bunda nya Adel.

Alan menganguk.

"Wahh ternyata kamu lebih ganteng asli dari pada di foto." ucap bunda Adel. Alan tersenyum dia menyalim tangan kedua nya.

Alan tidak melihat orang lain selain Orang tua Adel di sana.

"Adel...." Panggil bunda nya. "Iyah bunda.." Jawab Adel Langsung datang.

Alan terkejut melihat wajah perempuan itu, wajah yang tidak begitu asing menurut nya.

"Kenalin, ini adalah calon suami kamu.. Salim." ucap bunda nya. Adel melihat Alan dan menyalim tangan Alan.

"Nama saya Alan." ucap Alan. "Adel." jawab nya dengan singkat dan melepaskan tangan Alan.

"Perempuan itu seperti pernah aku lihat, tapi di mana?" batin Alan.

"Kamu buat kan teh untuk calon suami kamu." ucap bunda nya. Adel menganguk.

"Ya Allah kenapa aku sangat takut seperti ini. Bagaimana kalau pria itu tidak baik." ucap Adel.

"Kalau segi tampang dia memang ganteng, tapi aku takut." ucap Adel.

Dia membawa Kopi ke ruang tamu dia melihat Alan dengan orang tua nya sudah mulai Akrab.

"Silahkan di minum teh nya." ucap Adel.

"Terimakasih." ucap Alan. Adel duduk di samping Bunda nya.

"Terlihat dia sudah mulai dewasa, namun kenapa kata Mamah dia masih sekolah?" batin Alan. Alan tidak berhenti memerhatikan Adel yang hanya menunduk saja.

"Kalau kalian berdua mau bicara, berbicara lah. Bunda dan Ayah ada urusan." ucap Orang tua Adel.

"Bunda..." Adel menahan baju bunda nya, namun bunda nya langsung melepaskan. Setelah bunda dan Ayah nya pergi suasana ruang tamu jadi sangat sunyi sekali.

"kamu takut kepada saya?" tanya Alan. Adel menggeleng kan kepala nya.

"Kalau kamu tidak takut kenapa kamu tidak mengangkat kepala kamu?" tanya Alan.

Adel mengangkat kepalanya dan melihat Alan.

"Saya tidak tau kenapa kamu mau di jodohkan seperti ini. Tapi saya harap kamu bisa bekerjasama dan juga bisa mengerti dengan keadaan sekarang." ucap Alan.

Adel terdiam. Ini yang dia takut kan, hal yang seperti ini seharusnya dia hindari namun dia tidak bisa.

"Kenapa kamu hanya diam saja? Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu kepada saya?" tanya Alan. Adel menggeleng kan kepala nya.

"Kalau tidak salah saya pernah melihat kamu.. tapi saya lupa." ucap Alan.

"Saya tidak pernah bertemu dengan Kakak." ucap Adel.

"Mungkin hanya mirip kalau begitu." ucap Alan.

Tidak banyak percakapan mereka. Alan langsung pamit pulang.

Adel membiarkan Alan pulang tampa sepengetahuan orang tua nya.

Episodes
Episodes

Updated 82 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!