Bab. 5

Mereka saling berpelukan dan saling meluapkan kesedihan karena mereka akan berpisah keesokan harinya. Asti pun akan mengikuti jejak kakak sepupunya untuk bekerja di Ibu Kota besar Jakarta.

"Nenek sulit untuk melepaskan kepergianmu cucuku, tapi demi kebaikan dan masa depanmu! Nenek ikhlas untuk melepaskanmu ke Jakarta, Nenek berdoa semoga dengan kepergianmu kamu bisa bertemu dengan kedua orang tuamu," batinnya Bu Hilda yang diam-diam menyeka air matanya yang mewakili perasaan sedihnya itu.

Bu Hilda berusaha untuk tersenyum walaupun susah, "Tidak perlu Kau risaukan masalah itu semua, pergilah insya Allah Nenek akan baik-baik saja," tutur Neneknya yang membujuk cucunya, lalu menghapus air matanya Asti yang sudah membanjiri wajahnya.

Azizah dan Asmirah yang melihat hal tersebut ikut hanyut dan terharu dengan acara pelukan untuk perpisahan mereka berdua.

"Insya Allah... Nenek dengan adikmu Asmirandah akan selalu baik-baik saja, kamu harus jaga diri baik-baik di rumahnya orang Nak, Nenek sangat menyayangimu walaupun kamu hanya cucu sambungku," lirihnya Neneknya Bu Hilda seraya menyeka air matanya.

"Apa pun yang terjadi jasa-jasa Nenek tidak akan pernah aku lupakan, walaupun nenek bukanlah nenek kandungnya saya tapi, aku selalu menyayangi nenek dari dulu hingga seterusnya hati ini akan selalu sama rasa yang aku rasakan untuk Nenek," imbuhnya Asti yang masih berpelukan dengan neneknya.

"Kamu cucuku yang paling nenek sayangi, nenek hanya minta sama kamu bekerja lah dengan giat dan rajin agar kamu secepatnya bisa melanjutkan kuliah kamu nantinya, Nenek mohon jika kamu ada waktu luang carilah kedua orang tua kamu Nak!" Pintanya Bu Hilda yang sangat berharap Asti bisa memenuhi keinginannya itu.

Hari minggu menjadi hari keberangkatan mereka, tetapi Mbak Azizah mendapatkan informasi dari rekan kerjanya yang ada di Jakarta, dia harus segera pulang hari ini juga. Sehingga keberangkatan mereka pun dipercepat dari jadwal semula.

"Asti, apa kamu sudah siap Nak?" Teriak Mbak Azizah dari depan rumahnya yang kebetulan tidak tertutup pagarnya.

Nenek Hilda segera berjalan ke arah depan pintunya setelah mendengar teriakan dari cucunya itu. Bu Hilda melihat cucu keponakannya dengan penuh rasa jengkel dan dongkol.

"Kamu kebiasaan belum berubah masih sama seperti dahulu, kalau masuk di rumah itu, harus beri salam terlebih dahulu sebelum berteriak, kamu seperti Tarzan saja," sarkas Nenek Hilda.

Nenek Hilda menggelengkan kepalanya melihat sikap dari keponakannya yang masih betah hidup menjanda itu. Azizah adalah janda muda yang tidak memiliki anak seorang pun. Ia menikah dengan suaminya tiga tahun lalu, tapi hanya bertahan tiga bulan saja pernikahannya bertahan karena keegoisan keduanya.

Bu Hilda yang kebetulan mendengar suara cemprengnya Azizah dan selalu membuatnya jengkel tapi, cukup terhibur dengan tingkahnya Azizah apa adanya itu.

Asti yang sedang melipat pakaian lalu memasukkannya ke dalam tas ranselnya yang sering dia pakai ke sekolahnya. Ia bangkit segera dari duduknya dan bergegas menuju pintu depan dan tertawa ketika melihat kakak sepupunya dijewer telinganya oleh Neneknya.

"Ampun Nenek Hilda yang baik hati, telingaku sakit loh nih, apa Nenek ingin melihat cucu cantiknya nenek jadi cacat yang gak punya daun telinga lagi?" Gurau Azizah.

Azizah segera berlari ke arah cermin untuk memeriksa kondisi telinganya yang sudah jelas memerah walaupun tenaga dan kemampuan Bu Hilda hanya pelan saja. Azizah segera memeriksa kondisi telinganya yang menurutnya sudah memerah.

Bu Hilda menatap jengah ke arahnya Azizah,"Makanya kalau masuk rumah ingat lah selalu untuk mengucapkan salam terlebih dahulu," sarkas Nenek Hilda.

Azizah berjalan ke arah dalam lalu ia kemudian mendaratkan bokongnya di atas kursi kayu jati itu yang warna catnya sudah pudar yang awalnya berwarna coklat tua.

"Sudah tua tapi, tenaganya masih kuat saja, Nenek makan apaan sih?" Cicitnya Azizah tapi masih mampu didengar oleh Asmirah, Asti dan Bu Hilda yang bersangkutan.

"Nenek sudah yah marahnya kasihan sama Bibi loh, entar cantiknya hilang dan tidak cantik cetar membahana lagi," gurau Asti yang menahan tawanya melihat apa yang mereka lakukan. Padahal Azizah sudah duduk santai di atas kursi kayu.

Rumah yang sangat sederhana itu menjadi saksi bisu selama beberapa tahun terakhir ini ini. Asti yang dibesarkan dengan penuh limpahan kasih sayang harus ditinggalkan sementara waktu demi mengadu nasib ke Ibu Kota Jakarta. Walaupun Asti hanyalah anak sambung dari bapaknya tapi, kasih sayang yang dia dapatkan sungguh besar dan tulus dari semua anggota keluarganya.

......................

Makasih banyak atas dukungannya terhadap Second Life Love..

Tetap dukung SLL yah dengan cara: like setiap babnya, vote setiap hari senin, gift koin atau pun poin seikhlasnya dan juga masukannya yah.. Jangan lupa untuk mampir ke novelku yang lainnya juga yah..

I love you all readers...

Mampir juga dinovel aku yang lain, ditunggu jejaknya kakak:

Merebut Hati Mantan Istri.

Duren, i love you

First Love Rubi Salman

Cinta Pertama

Makasih banyak all readers… I love you all..

by Fania Mikaila Azzahrah

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

lanjut ceritanya,

2022-12-15

0

Berlian Indah

Berlian Indah

next

2022-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!