"Nenek sama Asmirah terlalu memuji dan melebih-lebihkan, aku juga baru belajar lagian kemampuan memasak saya kan berkat pendidikan khusus dan latihan spesial dari Nyonya Besar Hilda Winaryo," pujinya Asti.
Semua orang tertawa mendengar perkataan guyonan dari Asti. Malam itu menjadi makan malam mereka untuk terakhir kalinya sebelum Asti berangkat ke Ibu Kota Jakarta.
Bu Hilda menatap ke arah cucu keduanya adik angkatnya Asti, "Asmirandah tolong bantuin kakakmu untuk bersihkan semuanya, kasihan kakakmu jika harus sendirian membersihkan seluruhnya," pintanya Bu Hilda.
Bu Hilda berjalan meninggalkan kedua cucunya yang masih setia berada di dalam dapur.
"Siap Nenek, tapi kak Asti ada syaratnya yah! Boleh kan?" Tanyanya Asmirah dengan senyuman yang penuh harap dan arti.
Asti melihat sekilas ke arah Asmirah sebelum menjawab pertanyaan dan permintaan dari adik sepupunya itu," kamu emangnya mau apa dan kenapa meski ada syarat segala kalau ingin menolong orang lain sih," ketusnya Asti yang menatap jengah ke arah adiknya itu.
Asmirandah tersenyum cengengesan, sebelum menjawab pertanyaan dari kakaknya itu," a-nu i-tu kak bantu kerjain tugasku dari Pak guru mau kan?" Tanyanya Asmirah dengan penuh harap tapi agak gagap waktu ia berbicara.
Berselang beberapa saat kemudian, mereka membersihkan seluruh ruangan dapur agar tikus dan kucing tidak berdatangan ke dalam dapur jika mereka sudah tertidur pulas.
Setelah mereka makan seperti biasanya, Asti membersihkan seluruh perlengkapan dan peralatan masak dan makannya dia cuci hingga bersih. Asmirandah bergabung dengan neneknya di dalam ruangan keluarga untuk menonton salah satu acara tv di stasiun televisi swasta.
Asti melihat sekilas ke arah neneknya berada, "Ini saat yang tepat untuk berbicara dengan Nenek tentang tawaran dari Mbak Azizah, bismillahirrahmanirrahim semoga yes," harapnya Asti.
Asti pun berjalan ke arah ruang keluarga, neneknya dan adiknya Asmirandah sedang nonton sinetron di salah satu stasiun televisi swasta yang bergambar ikan terbang itu.
Layar kaca yang berukuran 24 inci itu masih berwarna hitam putih, tapi gambar dari TV itu masih sangat jelas gambarnya. Mereka belum memakai tv layar datar karena tidak memiliki uang lebih untuk membeli yang baru. Asmirah dan neneknya tertawa terbahak-bahak melihat akting dari salah satu artis sinetron tersebut.
"Ya Allah… kenapa yah ini artis cantik-cantik tapi, perannya selalu jahat dan buat emosi para ibu-ibu tinggi, andai saja jadi pemeran utama pasti akan dipuji puja oleh semua masyarakat yang nonton," kesalnya Asmirah.
"Iya, apa yang kamu katakan benar sekali tapi, pasti gajinya tinggi yah?" Timpalnya Bu Hilda.
Kedatangan Asti yang duduk di tengah-tengah mereka mengalihkan pandangan keduanya teralihkan sesaat saja.
"Nenek, aku ingin berbicara sama Nenek," ucapnya sambil memainkan ujung bajunya dengan memelintir dan memutar ujung bajunya tersebut.
Bu Hilda sama sekali tidak menyahut ataupun menanggapi perkataan dari cucu pertamanya itu. Ia hanya melirik sepintas ke arah Asti lalu mengalihkan perhatiannya ke arah televisi.
"Nenek, Mbak Azizah memanggil saya untuk membantunya bekerja di rumah majikannya, apa saya boleh ikut ke sana?" Tanya Asti dengan hati-hati yang mendudukan bokongnya ke atas kursi kayu jati itu.
Neneknya hanya melihat sepintas wajah cucunya tersebut. Lalu kembali menyeruput kopinya yang masih mengepulkan asapnya itu dengan pisang goreng dan singkong goreng jadi pelengkap dan teman minum Neneknya kala itu.
Asti menatap penuh harap dan cemas ke arah neneknya. Sebenarnya sedari dahulu, dia Ingin ke Ibu Kota Jakarta, setelah mengetahui jika Ibu kandungnya masih hidup dan tinggal di Kota Jakarta, dari itu lah juga alasan yang kuat untuk membuatnya tertarik menerima permintaan dan tawaran dari kakaknya tersebut.
Azizah adalah anak dari sepupu bapaknya Azizah yang sudah hampir 8 tahun bekerja di Kota Jakarta. Bibi Asti bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu rumah di Jakarta.
"Kalau kamu ingin berangkat kerja silahkan Nak, Nenek tidak akan menghalangi kamu, Nenek hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk cucu Nenek," ucapnya sambil memegang tangan Alisha.
"Tapi, bagaimana dengan Nenek, pasti nenek akan kesepian tanpa Asti di sini dan siapa yang akan masakin untuk Nenek nanti jika aku pergi," tuturnya Asti disertai dengan air matanya yang sedari tadi tertahan di ujung pelupuk matanya akhirnya terjatuh juga.
"Hal itu tidak perlu kamu risaukan masalah itu semua, pergilah insya Allah nenek akan baik-baik saja," tutur Neneknya Bu Hilda yang membujuk cucunya, lalu menghapus air matanya Asti yang sudah membanjiri wajahnya.
Mereka saling berpelukan dan saling meluapkan kesedihan karena mereka akan berpisah keesokan harinya. Asti pun akan mengikuti jejak kakak sepupunya untuk bekerja di Ibu Kota besar Jakarta.
"Nenek sulit untuk melepaskan kepergianmu cucuku, tapi demi kebaikan dan masa depanmu! Nenek ikhlas untuk melepaskanmu ke Jakarta, Nenek berdoa semoga dengan kepergianmu kamu bisa bertemu dengan kedua orang tuamu," batinnya Bu Hilda yang diam-diam menyeka air matanya yang mewakili perasaan sedihnya itu.
...****************...
Makasih banyak atas dukungannya terhadap Second Life Love..
Tetap dukung SLL yah dengan cara: like setiap babnya, vote setiap hari senin, gift koin atau pun poin seikhlasnya dan juga masukannya yah.. Jangan lupa untuk mampir ke novelku yang lainnya juga yah..
I love you all readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain, ditunggu jejaknya kakak:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
First Love Rubi Salman
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
by Fania Mikaila Azzahrah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
masih nyimak,
2022-12-15
0
Yuanita qa Nawir
nest next lanjutkan
2022-11-03
1