Sudah memasuki dua bulan Sofiya dan Zaid aktif dalam chatingan. Keduanya tampak mesra dengan panggilan kanda dan dinda.
Namun dua minggu ini Sofiya tidak menerima kabar dari teman chatingannya yaitu Zaid Fahlevi. Zaid seminggu yang lalu di rawat di rumah sakit yangcada di Jakarta.
Berita sakit Zaid tersebut diketahui Sofiya lewat temannya Udin. Udin memberitahukan lewat pesan chat di aplikasi yang sama menggunakan ponsel Zaid sendiri.
Sofiya sempat terkejut dengan penyakit yang diderita oleh Zaid, pasalnya itu bukan penyakit biasa, itu penyakit terbilang cukup parah. Zaid mengalami retak di bagian tempurung kepalanya.
Berita ini membuat Sofiya sangat terkejut, dibalik keceriaan Zaid yang suka membuatnya tertawa ternyata lelaki yang berusia 24 tahun itu menderita penyakit yang parah sudah cukup lama.
Jam menunjukkan pukul Lima lewat dua puluh. Ini adalah jadwal pulang semua staf yang ada di kantor. Begitu juga dengan Sofiya, dia segera membereskan ruangan kerjanya, dia ingin cepat-cepat pulang dan menelpon nomor Zaid untuk memastikan keadaannya.
"Ehem!!" dehem Mike
Sofiya pura-pura tidak mendengar deheman tersebut, dia tetap saja sibuk membereskan ruang kerjanya. Rekan-rekan yang lain sudah tampak mengosongkan meja kerja mereka, tinggal Sofiya dan Mike didalam kantor itu.
Mike mencoba lagi menyapa Sofiya, dia dengan sabar berdiri di depan ruangan Sofiya tepatnya di ambang pintu yang sudah terbuka.
"Sofiya!!" panggil Mike lebih keras.
"Ha..Pak Mike!! Ada apa pak??" tanya Sofiya seolah baru sadar jika Mike berada di ambang pintunya.
"Sofiya!! nanti malam kamu sibuk?" tanya pak Mike.
"Sedikit sibuk Pak!! Saya ada janji pak dengan teman teman saya. Memang nya ada apa pak?'' tanya Sofiya.
"Saya berencana mengajak kamu dinner. Untuk menghadiri undangan Pt karet, nNasabah terbesar kita!! Itu pun kalau kamu berminat!!" ucap pak Mike dengan nada sedikit putus asa.
"Hmm....maaf pak!! Saya tidak bisa, dikarenakan ada janji sama sahabat saya, permisi pak," Sofiya meninggalkan pak mike di ruanganya.
Pak mike penuh harap dengan Sofiya, padahal Sofiya sebenarnya tahu perasaan pak mike terhadap dirinya. Walaupun pak mike adalah boss nya, namun tidak sedikitpun Sofiya tergiur dengan pak mike.
Walaupun banyak rekan" wanita yang lain memang mengincar pak Mike. kenapa tidak! pak mike single, dan pewaris perusahaan ayah nya, anak tunggal, aset aset kekayaan pak mike ada juga di luar kota Batam, bahkan sampai ke negara tetangga Singapore.
Lelaki berdara tionghoa ini sudah lama menyimpan perasaan, dia menunggu terus saja menunggu dengan sabar. Dia begitu yakin, cintanya yang tulus terhadap Sofiya tidak akan bertepuk sebelah tangan.
"Tidak apa-apa Mike!! Kamu masih harus bersabar lagi," ucap hati pak Mike menguatkan dirinya.
Lima menit sudah berlalu, Sofiya pun tak kunjung terlihat lagi, Mike bukan jenis lelaki yanh suka memaksa. Apalgi terhadap Sofiya, dia tidak ingin Sofiya hilang kenyamanan bekerja di tempatnya.
Mike juga bergegas ke parkiran mobil, dengan kaki jenjangnya dia berjalan dengan penuh keyakinan. Dia hanya peelu bersabar, itulah suara hatinya.
Namun takdir tidak ada yang pernah tahu, bagaimana cinta akan berjalan kepada orang yanh di cintai nya. Seorang Sofiya tidak pernah membuka hatinya untuk Mike yang selalu mengejar dirinya.
Pepatah bilang semut jauh di sebrang bisa terlihat, namun gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Begitulah percintaan Sofiya sekarang ini, dia sudah menaruh sedikit hatinya kepada seorang teman chat yang belum pernah ia temui sama sekali.
Bahkan perkenalan itu baru berjalan dua bulan, namun hati nya seperti memiliki gemuruh yang kencang untuk Zaid Fahlevi.
Seperti hal nya sekarang ini, ketika Zaid Fahlevi tidak ada kabar selama dua minggu, semangat dari Sofiya terlihat pudar. Dia terlihat tercari-cari sesuatu yang hilang.
Sofiya benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya sendiri. Begitu lah orang bilang, kita bisa berencana menikah dengan siapa, tapi kita tidak pernah bisa merencanakan cinta kita untuk siapa.
sampai dirumah pukul 18.40 dia bergegas masuk kedalam apartmentnya yang berada di lantai 7. Sengaja dia mengambil sedikit jauh, karna Sofiya menyukai suasana yang hening.
Sampai di apartmentnya dia langsung menuju kamar dan bergegas untuk mandi. Sofiya tidak pernah meninggalkan ibadah sholatnya, itu lah satu-satu nasihat yang selalu dia bawa samoai sekarang.
Neneknya berkata, jangan pernah tinggalakan sholat, karena jika kamu meninggalkan sholat maka kamu akan kehilangan segalanya.
Nasihat itu selalu dia ingat dan dia laksanakan, baginya neneknya adalah segalanya. Merawatnya dari kecil namun sayangnya sang nenek tidak bisa menikmati kesuksesan Sofiya sekarang ini.
Setelah jam hampir menunjukkan pukul 19.00 dan Sofiya sudah selesai ibadah maghribnya, dia pun segera mengambil ponsel yang masih tertinggal didalam tas kerjanya.
Sofiya ingin menelpon nomor telpon yang Udin berikan secara diam-diam. Karena Zaid tidak pernah memberikan nomor telpon apapun kepada dirinya, mereka hanya berkomunikasi lewat chating saja.
Mencoba memanggil, namun jawaban sang operator membingungkan Sofiya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktf!!" ucap operator.
Sofiya tertunduk lesu, dia pun mencoba membuka aplikasi chating mereka, dia mencoba mengirimkan beberapa pesan kembali kepada Zaid. Sayangnya pesan tersebut tidak ada respon sedikit pun, Zaid maupun Udin tidak menjawab pesannya.
"Ya..allah!! Kemana dia ya allah!!" Rintih Sofiya dalam hatinya.
Ting..tong..
Notifikasi dari chat berbunyi tiba-tiba.
"Astagfirullah!! Tidak mungkin ini, tidak mungkin!!" ucap nya sambil terisak-isak.
"Kenapa ya allah, kenapa dengan cepat engkau menghapus kebahagiaanku," ucap nya lagi.
Sofiya seolah tidak bisa menahan tangisannya, kali ini dia menangis sejadi-jadinya karena pesan yang dikirimkan oleh teman Zaid Fahlevi.
Isi pesan. "Kamu yang bernama Sofiya, Aku Heru temannya Zaid. Aku mau sampaikan bahwa Zaid telah meninggal dunia!!"
"Meninggal Dunia!! Itu tidak mungkin, kamu pasti berbohong," balas Sofiya dengan berderai air mata.
"Itu lah kenyataannya, Zaid meninggal dunia. Namun sebelum dia pergi dia memberi pesan kepada kami, bahwa dirinya tidak ingin ada yang diabadikan sedikitpun tentang dia," balas Heru.
"Kamu berbohong!!! Aku minta bukti kalau benar Zaid sudah meninggal," balas Sofiya kembali.
"Sudah saya bilang, kami tidak boleh mengabadikan momen apapun tentang dirinya. Jadi maaf kami tidak bisa memberikan bukti apapun kepada kamu," balas Heru.
"Udin mana!! Aku tidak mengenalmu, tolong kasih ponsel ini dengan Udin!!" pinta Sofiya.
"Udin lagi pingsan, keadaanya juga lemah! Dia tidak bisa terima kalau Zaid meninggal dunia. Sama sepertimu, namun Udin paling histeris karena Udin telah menganggap Zaid adalah abangnya." balasnya
"Tidak mungkin...ini tidak mungkin!!" histeris suara voice note dari Sofiya terdengar jelas jika ia benar-benar berduka.
"Namun ada pesan yang harus saya sampaikan kepadamu! Zaid berkata jika dia sehat dia akan segera melamarmu, namun jika dia meninggal kami lah yang akan berjumpa denganmu," balas Heru lagi.
"Tidak, dia tidak meninggal!! dan aku masih percaya dia hidup," balas Sofiya.
Malam yang kelam bagi Sofiya, dia menghabiskan air matanya diatas bantal yang selalu dia tiduri. Bantal itu benar-benar basah seerti diguyur air hujan, ya!! hujan air mata dari Sofiya mutia.
Sofiya sangat terpukul, pasalnya dia berpikir Zaid akan menjadi pelabuhan terakhirnya. Ternyata kehendak tuhan malam ini benar-benar membuatnya kembali sakit.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments