Juminten melangkahkan kaki menuju rumah. Seharian orientasi rasanya badan pegal. Belum lagi hukuman dari kepala sekolah menjadi kenikmatan semakin hakiki hari ini.
"Aku pulang!" Teriak Juminten memasuki rumahnya.
Sreng!
"Sopan banget lu jadi anak, SALAM!" Teriak Rohaya dari dalam dapur.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!" Ucap Juminten meniru gaya jargon salah satu Ustadz favorit emaknya yang ada di tv tiap pagi.
"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh" Jawab Rohaya dengan nada yang sama.
"Jamaah.. Oh jamaah alhamdu—"
"Lillah." saut Rohaya dari dapur.
"Masak apa Mak?" Teriak juminten sambil melepas atribut sekolahnya.
"Masak si justin biar ada gunanya."
"Justin salah satu soang super mak, di goreng gak bakal kriuk. Di rebus juga gak bakal empuk."
"Udah cepetan pakek baju ganti, bantuin Emak!"
"Iye, mak!"
Juminten segera menyelesaikan kegiatannya siang tersebut.
Sore menjelang malam, Juminten mulai bergelung mencari keperluan yang ada untuk dibawa besok sekolah.
"Jum, Emak ke toko dulu ya! Pintu rumah kunci aja dari dalam!" Rohaya berteriak dari luar pintu.
"Ikut, mak!" Teriak Juminten.
Juminten masuk ke dalam mobil Bapaknya, mobil sejuta umat merk xenia.
"Mau ngapain ikutan ke toko?" Tanya Udin yang ada di belakang kemudi.
"Cari bahan buat orientasi, Pak."
Merekapun sampai toko. Bapak dan Emak Juminten memiliki toko serba ada di pasar gede. Tak sulit Juminten untuk mencari kebutuhan ospeknya.
"Pak,Mak, Juminten balik dulu ya," ucap Juminten sambil mencium tangan kedua orangtuanya.
"Naik ojol?"
"Iya, lumayan dapet bang ojol ganteng. Juminten doain jadi jodoh Juminten nanti. Aamiin."
"Sekolah dulu yang bener, baru mikir jodoh!" Gerutu Rohaya.
"Eh, udah dateng abangnya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati!"
Juminten diantar abang ojol hingga sampai rumah.
"Sudah sampai, mbak!"
Juminten pun turun dari motor.
"Sebentar bang, lepas masker dulu aku! Pengap banget, pake masker bekas kemaren."
"Kamu..!" Pekik Abang ojol.
"Aku, kenapa?" Ucap Juminten sambil membuka dompetnya.
"Kamu anak baru di sekolah tadi kan?"
Juminten mencoba mengingat lelaki tampan di depannya.
"Eh, Bambang!"
"Hmm.."
"Udah lama jadi ojolnya? Wah, aku merasa dapet jackpot di gonceng sama calon suami."Pekik Juminten.
"Buat sampingan aja, udah buruan bayar!" Juminten menyerahkan uang pecahan dua puluh ribuan.
Tak lama terdengar bunyi,
Tot!
Tot!
"Kenapa lu pesen lagi? Kan udah sampe rumah!" Gerutu Bambang mendapatkan orderan tumpangan dari Juminten lagi.
Tanpa basa-basi Juminten segera naik ke atas motor.
"Yuk ke warung bakso langgananku, keliatan banget kalo kamu lagi kelaparan!" Pekik Juminten.
"Ih, ngadi-ngadi. Masa keliatan kalo aku lagi laper?" Bambang berucap sambil melihat spion.
"Ciye, akhirnya ngaku. Udah ayo beli bakso, aku yang traktir! "
Bambang segera melajukan motornya ke warung bakso yang dituju sesuai titik orderan.
"Bang bakso spesial 2! Yang satunya pesenan Jumi biasanya! Minumnya es teh tawar 2!" Teriak Juminten.
"Oke Neng Jumi!" Jawab Abang tukang bakso.
Tak lama kemudian, bakso pesenan mereka datang.
"Wah Neng Jumi, kasep pisan pacarnya." Ucap Abang tukang bakso sambil menghidangkan.
"Ih, Abang kayak nggak pernah muda aja! Masih calon pacar ini!" Jawab Juminten sambil melirik Bambang.
"Dih, ngimpi!" Jawab Bambang.
"Elah, semuanya berawal dari mimpi mbang! Nggak ada semua yang instan di bumi ini kalo nggak ada mimpi dulu."
"Dih, kata siapa?"
"Kataku! Optimis itu segala-galanya, mau nanti jatuh kek, mau nanti lewati jalan terjalan kek. Kalo udah kenak sebutan 'kun fayakun' nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini!"
Bambang hanya menganggukkan kepala sambil memakan baksonya. Mendengar celotehan Juminten, membuat perutnya makin terasa lapar.
Setelah makan, Bambang mengantarkan Juminten pulang dengan label gratis. Sebagai tanda ucapan terima kasih sudah di traktir bakso.
"Makasih, ya!"
"Aku juga makasih. Besok awas aja telat lagi!"
"Nggak deh, abis ini aku nyalain alarm jam 3 pagi. Biar lomba masuk pagi sama pak satpam."
"Bye! " Bambang menyalakan mesin dan keluar dari halaman rumah Juminten.
"Bye! " Ucap juminten sambil melambaikan tangan.
Juminten masuk kamar tidur dengan senyum-senyum sendiri, berharap saat tidur bisa bermimpi Bambang.
"Selamat pagi, Emak!" Sapa Juminten melihat Emaknya baru memasuki dapur.
"Nah, gini dong anak perawan bangun pagi. Ikutan sholat subuh, lanjut bantuin emak masak. Kan cakep."
"Hehe, Juminten mau bangunin Justin dulu ya mak. Takutnya kesiangan!"
"Sekalian aja mandiin Justin, biar segeran!" Sindir Rohaya.
"Wah bener juga ya, Mak. Jumi belum pernah mandiin Justin soalnya." Juminten segera berlari ke kandang.
"Bocah, makin gemes aja gue sama Justin. Besok gue rica-rica beneran, nangis kejer lu!" Teriak Rohaya.
"Pagi Justin sayang!" Teriak Juminten.
"Ang! Ang!" Jawab Justin.
"Emang nggak waras anak perawan gue, udah tau soang di panggil sayang!"Gerutu Rohaya.
"Diem napa Mak, Justin nanti nangis!" Juminten mengelus tubuh Justin.
"Tumben Mak, tahu goreng bikinan lu asin bener. Minta kawin lagi? Kan udah semalem!" Gerutu Bapak.
"Juminten yang masak tadi, kode kali kalo lulus SMA minta kawin." Jawab Emak.
"Boleh deh, mulai sekarang kita simpen-simpen pelihara kambing ya, Mak."
"Buat aqiqoh siapa?"
"Buat besok acara Juminten, jadi pas acaranya udah beranak banyak. Kan lumayan ngirit."
"Boleh juga tuh Pak, mana perawan kita cakep pula."
Juminten yang mendengar obrolan kedua orang tuanya di dapur ikut tersenyum, mengingat kejadian semalam Bambang yang menjadi tukang ojeknya.
"Semoga kita beneran jodoh ya, Bambang." Harapan Juminten.
Juminten segera berlari menuju kamar mandi. Mengingat pesan Bambang agar hari ini tidak telat.
"Tumben Pak, hari ini perawanmu rajin bener. Perasaan semalem nggak hujan deh!" Rohaya terbengong melihat tingkah anaknya hari ini.
"Biarin aja lah mak, berarti anak kita memang bener berubah mau jadi gadis yang baik. Harusnya Emak itu bersyukur."
"Alhamdulillah."
Rohaya segera menyiapkan bekal untuk anak semata wayangnya. Nasi, tahu goreng asin, tempe goreng asin, ikan lele dan sambal terasi sudah siap di dalam kotak bekal.
"Mak, kaos kaki Jumi dimana!" Teriak Juminten dalam kamar.
"Di dalam vas ruang tamu!" Balas Rohaya.
"Ngapain Emak taruh disana? Kalo ada tamu suudzon ma kita gimana? Dikira toko kita rame gegara naruh jimat kaos kaki dalam vas." Gerutu Juminten sambil mengambil kaos kaki.
"Ini bibir minta di sentil," ucap Rohaya dengan tangan yang menyentil bibir anaknya. "Kemaren siang yang buru-buru lari ke kandang Sueb kan lu!"
Juminten mengelus bibirnya yang habis di sentil Emaknya.
"Sakit, Emak!" Gerutu Juminten. "Sueb enak aja, Justin tau. Itu soang turunan asli dari jerman."
"Udah sono berangkat, keburu lewat bis kotanya."
"Salim Mak, Pak. Assalamualaikum! "
"Waalaikumsalam, titidije! "
"Dih, gaya Emak pake bahasa anak muda segala."
"Berisik! Udah buruan berangkat!"
Juminten segera berlari menuju halte bus sebelum terlambat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴
wih ketemu babang ganteng kesayangan othor 🤗
2022-11-30
0
OFF🍭ͪ ͩჁօsղαⁿᶦᵏᵒ🏀👻ᴸᴷ
astaga satu keluarga kocak abis.. ... awet muda klau gini.. tawa mlulu
2022-11-24
0
ㅤㅤ 🏘⃝Aⁿᵘ🦂⃟ʀᷤᴀᷤʜᷫεʟᵃⁿᵗⁱ⸙ᵍᵏ𝒶𝓂𝑜𝓃
astaga ngakak aku
2022-11-20
0