"Al, dipanggil sama Mbak Kos itu!" teriak Arya, lelaki yang dimintai tolong oleh Rena, sambil menggedor pintu kamar Aldi.
"Iyaa! Nggak budeg gue. Kalau cara Lo ketuk pintu kek gitu, lama-lama pintu kamar ini jebol. Tahu nggak?" sahut Aldi sembari membuka pintu lalu bersandar di gawang pintu.
"Mbak Kos si pengantin baru, maksud Lo tadi?" tanya Aldi begitu tersadar siapa yang memanggilnya.
"Iya, udah sana buruan! Ngamuk lagi entar dianya, kelamaan nungguin Lo," perintah Arya.
Aldi kembali masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Tadi dia hanya menggunakan celana bola. Setiap tidur malam, Aldi sudah hanya menggunakan celana pendek saat tidur.
"Hm, ada apa nyari gue?" tanya Aldi begitu berada di depan Renata, tidak ada keramahan sama sekali.
Aldi bersikap seperti itu karena mereka tidak pernah terlibat obrolan sama sekali. Walaupun mereka tinggal di lingkungan yang sama, Aldi dan Rena tidak pernah bertemu. Selain itu, Aldi tahu bagaimana sikap Rena selama ini terhadap temannya, sehingga dia kurang respek terhadap anak pemilik kos itu.
"Bisa minta tolong nggak?" tanya Rena tanpa basa-basi lagi.
"Kantor polisi kalau mau minta tolong," canda Aldi keluar begitu saja dengan entengnya.
"Gue serius, Bege!" teriak Rena kesal.
"Gue juga serius! Seribu rius malah," jawab Aldi dengan wajah datar.
"Dasar sableng! Bege dipelihara. Dimana Korek Api?" ketus Renata.
"Arya! Pinjam korek api, GPL!" teriak Aldi spontan sambil menoleh ke arah Arya yang sedang memegang mangkuk berisi mie rebus.
Arya yang hendak sarapan pun meletakkan mangkuk ke atas meja, kemudian mengantarkan korek api pada Aldi. Aldi langsung memberikannya pada Rena.
"Emang geblek kalian pada! Gue cari Ricky, Bege. Bukan korek api!" murka Renata.
"Lah, situ tadi yang bilang korek api. Dikasih korek api langsung marak. Padahal belum ku hidupin koreknya," sembur Aldi sembari berbalik badan hendak meninggalkan Renata. "Dasar gak jelas! Habis nikah kok malah tambah sinting."
Renata langsung berlari mendekati Aldi, dia menarik dengan kasar tangan Aldi.
"Heh, Sableng! Tunggu dulu gue belum kelar ngomong, main kabur aja!" ucap Renata menahan emosinya. "Dimana temen Lo sekarang?"
"Dari tadi kek gini 'kan enak. Cewek itu yang lemah lembut, bukan kek preman pasar! Temen gue banyak, mereka punya nama. Lo mau tahu keberadaan siapa?" ujar Aldi menurunkan nada suaranya.
"Ricky Korek Api ...."
"Mulai lagi dah songongnya! Nama dia itu Ricky Kurniawan bukan Ricky Korek Api. Biasanya jam segini dia buka bengkelnya. Kenapa?" potong Aldi cepat.
"Ke bengkel? Memang dia kerja di bengkel?" Dahi Renata mengernyit heran.
"Dia itu pemilik bengkel, bukan tenaga kerja! Jangan remehkan duit pemilik bengkel!" jelas Aldi kemudian kembali berjalan menuju kamarnya. Dia juga harus bergegas ke bengkel, masih banyak motor yang harus dibolonya.
"Aldi, tunggu! Lo tahu dimana bengkelnya? Ka ...."
"Tunggu sebentar! Gue mau mandi dulu baru ke sana, kalau Lo mau ikut," potong Aldi lagi seraya masuk ke dalam kamar.
Sementara itu, Ricky telah selesai mandi dan membuka bengkel. Dia menyeduh kopi sembari menunggu pesanan makanannya. Dia bersiul sambil berjalan membawa secangkir kopi ke meja kasir.
"Nasib, nasib! Begini amat nasib gue, ck," gumam Ricky seraya menghempaskan bobot tubuhnya ke kursi hydrolik kemudian bersandar. Menengadahkan kepalanya dengan kedua tangan menutupi wajah.
"Haahhh!"
Terdengar suara ribut-ribut di depan bengkel. Ricky pun langsung menyugar rambutnya dengan kasar dan beranjak dari duduknya. Dia melihat ke arah keluar, ternyata istri barunya dan Aldi.
"Masih pagi sudah ribut, bikin seret rejeki tahu nggak?" teriak Ricky kesal.
"Dia nih yang ngajak ribut!"
"Dia, Rick. Bukan gue! Mana ada tampang gue tukang onar. Yang ada bini L-"
Ricky langsung membekap mulut Aldi agar tidak membocorkan rahasia pernikahannya.
"Sstttt ... jangan sampai ada yang tahu! Kalau ada yang tahu itu berarti dari kalian berdua," ucap Ricky melepaskan tangannya.
"Ricky! Keterlaluan kamu! Pergi dari rumah mertuamu tanpa pamit. Bikin malu keluarga saja!"
Betapa terkejutnya Ricky mendengar suara dari sang paman. Ya, Bimo mengikuti Aldi yang membonceng Renata menuju bengkel Ricky.
"Om Bimo?" ucap Ricky sambil mengusap tengkuknya salah tingkah.
"Sekarang juga kamu ajak istri kamu pulang ke rumah mertuamu! Naik mobil Om saja, biara cepat," titah sang paman tak terbantahkan lagi.
Akhirnya Ricky menarik tangan Renata ke arah mobil Om Bimo.
"Lepas! Gue bisa jalan sendiri," jerit Renata meronta berusaha melepaskan genggaman tangan Ricky yang kuat.
Bukannya terlepas dari tangan sang suami, tangannya malah memerah karena cengkeraman Ricky yang begitu kuat.
"Dasar Dajjal tak berperasaan!" teriak Renata lagi.
Ricky menulikan telinganya, dia tidak ingin berantem di depan sang paman, apalagi di depan umum seperti saat ini.
"Nurut bisa nggak sih? Lo itu sekarang jadi tanggung jawab gue. Jadi, patuh sama suami bisa tidak?" ucap Ricky pelan tetapi cukup tegas.
"Jangan harap! Sampai kapan pun gue nggak akan pernah anggap Lo sebagai suami gue," sahut Renata ketus sehingga memancing perhatian Om Bimo.
Om Bimo menatap tajam kedua pengantin baru itu. Renata langsung berhenti meronta dan diam saja, saat Om Bimo menatapnya. Tampak gurat kelelahan di wajah om Bimo.
Bagaimana tidak lelah? Selama ini, jika sang kakak mendampingi suaminya keluar kota, bahkan keluar negeri. Bimo 'lah yang bertanggung jawab semua atas diri Ricky dan segala keperluannya.
Kini, anak itu berulah lagi. Mau tidak mau, Bimo harus membereskan masalah yang dibuat oleh keponakannya itu. Meskipun Ricky sudah keluar dari rumah besar orang tuanya.
Mereka bertiga kembali ke rumah Pak Gunadi. Selama perjalanan hanya terdengar suara deru mesin mobil, karena ketiganya tidak bersuara sama sekali. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Hanya butuh waktu sepuluh menit dengan kecepatan rendah, mereka telah sampai. Pak Gunadi dan Soraya sedang menunggu kedatangan mereka di pendopo. Pak Gunadi dan Soraya lalu keluar begitu mendengar deru mesin mobil datang.
Ricky keluar dari mobil kemudian mendatangi sang mertua dan menyalamnya.
"Maaf, Om. Tadi pergi tidak pamit terlebih dahulu. Saya buru-buru ke bengkel karena banyak motor yang harus diperbaiki. Maklumlah Om, saya cuma karyawan bengkel," ucap Ricky menjelaskan sebagian alasannya pergi begitu saja tadi pagi. Tanpa mau menceritakan semua penyebab kepergiannya.
"Jangan panggil Om lagi, kamu sudah menjadi anak Papa! Panggil Papa saja seperti Rena dan Ricko," pinta Pak Gunadi mutlak.
"I-iya P-pa," jawab Ricky kaku.
"Mari Pak Bimo, kita masuk dulu," ajak Pak Gunadi pada keluarga besan dan diangguki oleh lelaki berusia 38 tahun itu.
Mereka membahas tempat tinggal untuk kedua pengantin baru itu.
"Rena tidak mau keluar dari rumah ini, Pa. Jangan usir Rena! Rena mau di sini saja sama Tante Sora," rengek Renata begitu keputusan telah ditetapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
AdindaRa
Jiahahaha. Kocaaaak bangett😂😅🤣 bisa aja nih othor bikin cerita kek gini
2022-11-19
3
AdindaRa
Gayanya korek api ini sok cool bner dah
2022-11-19
3
🎮 ⏤͟͟͞ROcthie ଓε⚽🏚€
Gemes banget bacanya 🤣🤣🤣
2022-11-16
3