Ke dokter Kandungan

Seminggu telah berlalu, tapi Refano tak kunjung pulang ke rumah. Padahal hari ini merupakan jadwal dirinya kontrol kehamilan ke doktervdan Refano telah mengatakan akan menemani dirinya kontrol ke dokter sekaligus melakukan USG. Tetapi hingga hari menjelang sore, Refano tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Awalnya Zafira biasa saja, bahkan cenderung tak peduli. Begitu pula anak-anaknya yang semenjak hari dimana Refano tidak datang ke acara di sekolah Regina, bahkan menghubungi pun tidak sama sekali, sejak itu pula anak-anaknya seakan mati rasa terhadap ayah kandungnya itu. Mereka tidak peduli sama sekali. Menanyakan keberadaan ayahnya pun tidak. Mereka telah terlalu sakit selalu diabaikan. Bahkan banyak yang mengira mereka anak yatim karena memang Refano tak pernah menampakkan dirinya sekali pun di hadapan orang-orang apalagi mengakui Regina dan Refina sebagai anak-anaknya. Bagaimana orang tahu, bahkan hingga saat ini saja Refano tidak pernah mempublikasikan Zafira sebagai istrinya. Ia juga tak pernah tampil berdua dimana pun dan kapan pun itu. Orang-orang yang mengenal Refano mengira laki-laki itu masih single, padahal Refano telah menikah dan memiliki 2 orang anak, bahkan sudah mau 3, tapi hanya orang-orang terdekatnya saja yang tahu.

Karena sudah satu Minggu Refano tak pulang, Zafira pun memberanikan dirinya menghubungi Refano. Sebenarnya bisa saja ia bertanya pada Liliana, tetapi rasanya percuma. Bukannya jawaban pasti yang ia dapat, justru caci maki, cibiran, makian, dan umpatan lah yang ia dapat.

Panggilan ke-satu, ke-dua, ke-tiga, belum juga diangkat. Padahal langit sudah mulai menampakkan semburat jingga, waktu janji temu dokter kandungan pun sudah hampir habis, tapi Refano belum juga mengangkat panggilannya.

"Ma, mama lagi apa?" tanya Regina setelah menutup layar tabletnya yang menayangkan permainan piano dari pianis terkenal dunia.

"Oh, itu, mama mau hubungi papa, tapi ... "

"Papa nggak angkat panggilan mama?" potong Regina. "Ngapain sih ma telepon papa, papa aja udah nggak peduli lagi sama kita," imbuh Regina dengan wajah datarnya. Sepertinya batas kesabaran Regina telah benar-benar habis. Bila biasanya ia yang lebih dahulu ribut menanyakan keberadaan sang papa, kali ini justru ia merasa acuh tak acuh dan mempertanyakan untuk apa mamanya menghubungi orang yang tidak pernah menganggap keberadaan mereka sama sekali.

"Sayang, nggak boleh gitu. Bagaimana pun, papa itu papanya Regi dan Refi, jadi Regi harus tetap menghormati papa bagaimana pun papa selama ini memperlakukan kita."

"Regi udah capek, ma. Regi udah lelah. Regi udah nggak berharap papa sayang Regi lagi. Biar aja, orang-orang juga nyangkanya Regi anak yatim jadi sekalian aja Regi nganggap Regi nggak punya papa kan selama ini juga Regi cuma sama mama dan Refi. Mending jadi anak yatim, jelas emang nggak punya papa lagi. Daripada punya papa, tapi kayak anak yatim."

Zafira tertegun saat mendengarkan penuturan Regina. Bahkan anak berusia 6 tahun itu lebih memilih jadi anak yatim akibat kekecewaan yang telah mengakar kuat di benaknya. Seharusnya anak seusia Regina dan Refina mendapatkan cinta dan kasih sayang yang utuh dari orang tuanya, mengukir masa kecilnya dengan kenangan indah, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kenangan buruklah yang akan selalu terkenang olehnya.

Regina masih terlalu kecil untuk memahami semua itu. Tapi karena keadaan dan situasi membuatnya harus dewasa lebih dini. Kalau seorang anak kecil bisa berpikir seperti itu, sebenarnya siapa yang salah? Tentu saja orang tuanya. Zafira merasakan teramat sangat bersalah pada putri kecilnya itu. Zafira merasa telah gagal sebagai orang tua. Semua ini salahnya. ya, salahnya. Seharusnya perjodohan itu tak pernah terjadi. Seharusnya pernikahan itu tak terjadi. Tapi menyesal pun tiada mungkin lagi. Apalagi berkat pernikahan itu ia diberikan anugerah anak-anak yang pintar, baik, dan shalehah. Diantara sebersit penyesalannya, namun nyatanya, rasa syukur itu lebih besar. Tidak selamanya yang terlihat buruk itu buruk sebab terkadang dibalik keburukan itu, tersembunyi sesuatu yang begitu indah dan bermakna.

Zafira hanya bisa tersenyum miris, 'mas, selamat karena kau telah menorehkan luka mendalam pada anak-anakmu. Aku harap kelak kau menyesali semua perbuatanmu itu ' batin Zafira bermonolog.

Hingga hari menjelang malam, ponsel Zafira berdering. Zafira yang baru saja menyelesaikan shalat isya pun gegas mengambil ponselnya. Tertera nama Refano di layar segi empat tersebut. Zafira pun segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum, mas," tutur Zafira lembut.

Bukannya menanggapi, Refano justru langsung menanyakan tujuan Zafira menghubunginya.

"Kenapa kau menghubungi ku?" tanya Refano to the point.

Diperlakukan secara dingin perlahan membuat Zafira ikut mati rasa dan membalas tak kalah dingin.

"Aku hanya ingin bertanya, seharusnya sore tadi kita melakukan check up, tapi kau justru tak pulang."

Hening ... hingga beberapa saat tak ada kata yang keluar dari bibir keduanya hingga tak lama kemudian suara Refano menginterupsi.

"Minggu depan aku akan pulang. Atur kembali jadwal kontrolnya."

Setelah mengatakan itu, Refano pun memutuskan panggilan itu sepihak. Zafira tersenyum miris. Bola matanya beredar, entah mengapa Zafira merasa akan sangat merindukan tempatnya berpijak itu. Tempat yang menjadi saksi atas kesabaran dan ketangguhan seorang istri. Tempat yang menjadi saksi betapa ia tulus menyayangi setiap anggota keluarga itu. Matanya berkaca-kaca, dadanya seketika sesak saat kilasan memori apa-apa saja yang ia alami di rumah itu. Biarpun tidak semuanya kenangan manis, tapi ada beberapa kenangan yang begitu membekas di memori salah satunya bagaimana ia membesarkan anak-anaknya, bagaimana ia membantu anak-anaknya belajar berjalan untuk pertama kali, bagaimana ia merasa bahagia saat mendengar kata pertama dari bibir anaknya. Mama, ya kata pertama yang keluar dari bibir anak-anaknya saat pertama kali bicara adalah memanggil namanya. Entah mengapa kilasan memori itu seakan berdesakan mengingatkan dirinya seolah ia akan segera pergi dari sana.

...***...

Seminggu kembali berlalu, dan sesuai perkataan Refano, akhirnya ia pun pulang.

Refano mengernyitkan dahi, tidak biasanya ia pulang dalam keadaan sunyi seperti saat itu. Sunyi, ya, sunyi, sebab biasanya Regina akan menyambut kepulangannya dengan wajah sumringah sambil merentangkan kedua tangannya. Tapi kini beda, benar-benar tidak seperti biasanya. Semuanya terasa kosong, sunyi, dan hampa. Bahkan suara tawa yang biasanya ia dengar pun tak ada. Aneh, pikirnya sambil geleng-geleng kepala. Aneh maksud Refano adalah aneh mengapa ia merasa seperti merasa kehilangan. Ditepisnya jauh-jauh ingatan itu sebab ada sesuatu yang lebih penting untuk segera ia ketahui.

"Bagaimana dok, apakah kami sudah bisa melihat jenis kelaminnya?" tanya Refano begitu antusias pada dokter kandungan yang baru saja memeriksa keadaan istrinya, Zafira.

Sang dokter pun menjawab pertanyaan Refano dengan tersenyum. Dokter itu pikir, Refano akan berbahagia, tetapi nyatanya wajah Refano seketika jadi masam.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

pasti Zafira hamil anak cewek lagi.Udah saatnya,Zafira pergi dgn anak2nya ya. Capek tau, makan ati melulu

2024-04-09

1

Wenni Indahsari

Wenni Indahsari

dasar refano pohon pisang punya jantung tp tak punya hati

2024-04-23

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

Aamin

2024-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!