Kegaduhan di pagi hari

Keesokan paginya, seperti biasa Zafira menyiapkan kebutuhan suaminya setelah terlebih dahulu menyiapkan sarapan untuk keluarga besar mereka. Selagi Refano mandi, Zafira pun menyiapkan segala kebutuhan Refano seperti kemeja, celana panjang, jas, dasi, ikat pinggang, dan jam tangan. Semua Zafira siapkan dengan senyuman tulus. Sebisa mungkin ia mengerjakan tugas-tugasnya sebagai seorang istri dengan tulus dan penuh bakti.

Tak lama kemudian Refano pun keluar dari kamar mandi dengan handuk biru menggantung di pinggangnya. Tetes-tetes air dari rambutnya yang basah mengalir di sepanjang pundak hingga ke punggungnya. Zafira yang telah siap dengan handuk kecil di tangannya pun segera menghampiri Refano dan dengan gerakan perlahan mulai mengelap rambut basah sang suami hingga tidak menetes lagi, kemudian dilanjutkan ke seluruh tubuhnya hingga tidak ada lagi bagian yang basah.

Ya, seperti itulah cara Zafira melayani sang suami. Ia memperlakukan Refano seperti seorang raja membuat Refano tanpa sadar sudah begitu bergantung pada Zafira.

Setelah selesai, ia pun mempersilahkan Refano berganti pakaian. Sedangkan Zafira, mempersiapkan yang lainnya.

"Mas, Minggu depan ada acara di sekolah Regina. Seluruh orang tua siswa yang sekolah di sana, diminta datang ikut berpartisipasi, mas bisa kan ikut datang? Regina sangat berharap mas Refan mau datang," tutur Zafira dengan lembut sambil memasangkan dasi di leher Refano.

Dengan wajah datar, Refano justru menjawab singkat tanpa pikir panjang lagi yang lagi-lagi membuat Zafira kecewa. Tapi Zafira bisa apa? Ia tidak bisa memaksa. Ia tak mau nanti anak-anaknya lah yang menjadi pelampiasan kekesalan Refano karena ia yang memaksa ayah dari anak-anaknya itu untuk datang ke sekolah.

"Aku sibuk." Jawab Refano sangat-sangat singkat. Tanpa menimbang sedikit pun.

"Tapi mas ... sekali ini saja. Fira ... "

Belum selesai Zafira menyanggah, Refano justru sudah menatapnya dingin dan penuh intimidasi membuat Zafira menunduk sambil memejamkan matanya. Ia menghela nafasnya, tidak adakah sedikit saja rasa cinta di hati suaminya itu untuk anak-anaknya? Batin Zafira bermonolog.

Melihat Zafira sudah menurunkan pandangannya, Refano pun mengarahkan tatapannya pada perut Zafira yang sedikit menonjol.

"Kapan waktunya pemeriksaan?" tanya Refano sambil menunjuk ke arah perut Zafira yang sedikit membukit dengan ujung dagunya.

Bukan, pertanyaan itu bukan sebagai bentuk perhatian dari Refano atas kehamilan sang istri. Bukan sama sekali.

Sebaliknya, Refano menanyakan itu untuk memastikan sesuatu, apalagi kalau bukan jenis kelamin sang anak.

Zafira tersenyum tipis, ia pikir Refano mulai memperhatikan dirinya dan calon anaknya.

"Emm ... 2 Minggu lagi, mas," jawab Zafira dengan tersenyum simpul. Hatinya menghangat, berharap sang suami mau mencintai anak yang sedang dikandungnya.

"Aku ikut. Sudah 4 bulan, sudah bisa USG, bukan?"

Deg ...

"Aku hanya ingin memastikan jenis kelaminnya." Ucapnya datar namun mampu mencabik-cabik sebongkah daging bernama hati milik Zafira.

"Mas, ini bukan zamannya lagi diskriminasi gender. Banyak anak perempuan yang besarnya jadi pemimpin, dari pemimpin perusahaan sampai negara. Bahkan kini banyak perempuan-perempuan tangguh yang lebih hebat dari laki-laki, jadi apa salahnya dengan memiliki anak perempuan. Toh anak kita pun pintar-pintar. Mas lihat saja anak kita, Regina di usianya yang baru 6 tahun, ia sudah pandai perkalian dan pembagian. Padahal ia baru kelas 1 SD. Refina ... meskipun baru berusia 3 tahun, tapi ia sudah bisa menulis dan membaca. Meskipun belum benar-benar lancar, tapi ia sudah bisa padahal ia hanya belajar di rumah. Bahkan ia sekarang sudah bisa berhitung dan menghafal doa-doa. Anak-anak kita itu anak-anak luar biasa, mas. Tak ada yang kurang dari mereka. Oh ya, hanya ada satu yang kurang, yaitu kasih sayang dari ayahnya,. selebihnya tidak. Masih kecil saja mereka sudah bisa menunjukkan kelebihannya, apalagi bila kita mendidiknya dengan baik, menyekolahkan di tempat yang bagus, aku yakin, anak-anak kita akan jadi orang yang hebat dan sukses kelak."

Zafira menjelaskan uneg-unegnya. Zafira heran, mengapa suami dan mertuanya sungguh kolot dalam hal berpikir. Bukankah mereka orang-orang yang berpendidikan, tapi mengapa, mereka justru menanamkan stigma anak perempuan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan anak laki-laki. Setinggi-tingginya sekolah seorang anak perempuan, ujung-ujungnya masih kembali ke dapur dan menjadi ibu rumah tangga. Anak perempuan bagi mereka sangat merepotkan. Apa mereka tak berpikir, tanpa seorang perempuan, apakah akan ada laki-laki di dunia? Memangnya siapa yang hamil dan melahirkan selain perempuan. Bukankah zaman sekarang banyak seorang wanita yang bisa berperan ganda, selain sebagai ibu rumah tangga, tapi juga sebagai pekerja dan pemimpin. Tidak semua dokter laki-laki, tidak semua tenaga pengajar laki-laki, tidak semua pemimpin perusahaan laki-laki, tapi banyak dari mereka yang bergender perempuan. Jadi kenapa masih harus mengagungkan diskriminasi gender bila zaman sekarang perempuan pun serba bisa.

Mata Refano mendelik tajam membuat Zafira seketika gugup, "aku tidak membutuhkan penjelasanmu. Mau sehebat anak-anakmu itu, aku tak peduli karena yang aku inginkan hanya anak laki-laki. Dengar, ANAK LAKI-LAKI. Jadi kau tak perlu menjelaskan apapun mengenai anak-anakmu itu karena aku takkan pernah peduli. Paham!" desis Refano membuat tangan Zafira terkepal.

Praaaang ...

"YA AMPUN ANAK INI! FIRAAAA ... LIHAT APA YANG ANAK NAKALMU INI LAKUKAN! CEPAT KEMARI!?!" teriakan Liliana membuat seluruh tubuh Zafira menegang. Jantungnya berdebar.

"See! Itu yang kau sebut anakmu memiliki kelebihan? Ya, anakmu memang memiliki kelebihan, kelebihan membuat kekacauan, keonaran, dan kegaduhan," sinis Refano membuat hati Zafira kian sakit.

"Mereka juga anakmu, mas. Bukan hanya anakku!" teriak Zafira geram. Lalu ia pun segera berlalu menuju keributan yang sedang terjadi.

Saat berada di atas tangga, Zafira terbelalak lebar saat netranya melihat putri kecilnya sedang terduduk di lantai dengan dikelilingi pemecahan guci pajangan milik mertuanya. Zafira dapat melihat, gadis kecilnya itu sedang sesegukan karena ketakutan melihat tatapan tajam dari ibu mertuanya.

"Dasar anak nakal. Lihat, guci saya kini hancur berkeping-keping. Memangnya kau bisa ganti, hah? Ibu kalian itu hanya orang miskin, meskipun seluruh harta yang kalian punya dijual pun takkan sanggup mengganti guci kesayangan saya ini, tahu tidak kau!" sentak Liliana tanpa belas kasihan pada bocah kecil berusia 3 tahun itu.

"Refina ... Kamu tidak apa-apa, sayang?" seru Zafira panik. Disingkirkannya pecahan guci menggunakan kakinya. Untung saja ia menggunakan sandal, jadi kakinya tidak tertusuk pecahan guci itu.

"Ma-ma," cicit Refina dengan sesegukan. Mata Zafira panas, mengabaikan keberadaan mertuanya, Zafira segera memeriksa tubuh Refina dan menggendongnya ke kursi saat melihat ada pecahan kecil guci yang mengenai kakinya.

"Heh, menantu kurang ajar, berani sekali kau mengabaikanku. Dasar, tak tahu sopan santun!" sentak Liliana dengan wajah geramnya.

"Ma, kaki Refina luka, jadi Fira mau obatin kaki Refina dulu."

"Salah dia sendiri, mengapa tidak hati-hati sehingga membuat guci kesayangan saya pecah dan hancur berkeping-keping seperti itu," kesal Liliana dengan mata melotot membuat Refina meringkuk takut.

"Refi," pekik Regina sambil berlarian dengan mengenakan seragam sekolahnya. "Refi kenapa, ma? Oma kok marahin Refi sih? Lihat, kaki Refi kan sedang luka. Oma jahat, marah-marahin Refi," pekik Regina yang tidak suka adiknya dimarah-marahi.

"Dasar anak kurang ajar. Ini didikan kamu Fira, anak nggak tahu sopan santun. Berani marah-marah sama yang lebih tua," bentak Liliana murka.

"Mama nggak pernah ajarin Regi sama Refi marah-marah sama yang lebih tua, tapi Oma yang contohin suka marah-marah terus," sanggah Regina tak terima mamanya di salahkan.

"Regi," tegur Zafira agar Regina tidak berbicara seperti itu dengan Omanya.

"Dasar anak kurang ajar. Anak bandel kamu ya! Sepertinya kamu harus dikasi hukuman," sentak Liliana makin geram.

"Ada apa ini, ma?" tanya Refano yang segera menghampiri sang mama yang sedang berkacak pinggang. Sebelumnya ia melihat lantai di dekat tangga sudah berhamburan pecahan guci.

"Ini, anak perempuan miskin ini sudah berani kurang ajar sama mama. Mama negur adiknya yang nakal karena sudah memecahkan guci kesayangan mama,"adu Liliana pada Refano membuat laki-laki itu mengeraskan rahangnya.

"Ini yang kamu sebut anak pintar, Zafira? Dasar anak-anak nggak berguna. Cuma bisa buat kekacauan aja. Cepat minta maaf sama mama dan bereskan pecahan guci itu!" bentak Refano dengan mata melotot.

"Mas, Refina nggak sengaja mecahin guci itu, bukannya sengaja. Dia tadi hampir terjatuh dan tidak sengaja berpegangan dengan guci itu. Seharusnya kamu bersyukur, anak kita cuma luka sedikit, kalau sampai benar-benar jatuh, bagaimana?" jawab Zafira emosi.

"Kau masih saja berani menjawab ucapanku, hah! Dasar istri tak tahu diri!" sentak Refano sambil menarik rambut Zafira.

"Mas, lepas," teriak Zafira sambil berusaha melepaskan tangan Refano.

"Mama" teriak kedua bocah putri Zafira dan Refano itu. "Papa, lepasin mama!" teriak mereka tapi Refano mengabaikannya.

Tidak terima perlakuan sang ayah pada ibunya, Regina dan Refina pun bergerak. Mereka menarik-narik tangan Refano agar melepaskan cengkeramannya pada rambut Zafira, tapi karena terlalu kuat dan tenaga mereka pun tak sebanding dengan tenaga sang ayah, mereka pun kesulitan melepaskannya. Tak habis akal, Regina pun segera menggigit tangan Refano membuat laki-laki itu menjerit kesakitan dan menyentak tangannya hingga gigitan Regina terlepas. Tapi sesuatu di luar dugaan terjadi, karena sentakan itu cukup kuat membuat Regina terjatuh dan kepalanya membentur sudut meja hingga berdarah.

"Regina ... " pekik Zafira histeris.

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

ya ampun, kejam banget si bapak ya.

2024-04-03

0

Ayu sutriani

Ayu sutriani

sdh smpai pny anak 3 msh gitu, klw q kb lah pny anak 1 ja d abaikan

2024-03-14

1

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Sdhlah pergi saja dri rumah itu...kembali ke Kampung...mungkin dgn kalian pisah sebentar ada perubahan dlm suami dn mertua..dripda berdebat ngak menyelesaikan msalah mlah bikin racun di otak anak" mu...Tegas good bay suami

2024-03-08

0

lihat semua
Episodes
1 Anak perempuan yang tak dianggap
2 Rencana Liliana
3 Kegaduhan di pagi hari
4 Buah hati pelipur lara
5 Saskia
6 Kecamuk batin Zafira
7 You Raise Me Up
8 Ke dokter Kandungan
9 Pengusiran
10 Pengusiran II
11 Duka dan Lunas
12 Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13 Bertemu Nova
14 Sekretaris vs Bos
15 Menepis rasa
16 Bertemu Bos Baru
17 Drama Kopi
18 Baik tapi nyebelin
19 Tantangan
20 Tamu Perusahaan
21 Kagum?
22 Gejala Sakit Jantung?
23 Periksa ke dokter
24 Bos Galak
25 Singa Lapar
26 Ray Adams
27 Ray dan Zafira
28 Apa mungkin ...
29 Kutukan Bunda
30 Perdebatan
31 Regina ...
32 Rumah Sakit
33 Apakah itu ...
34 Mengobati penasaran
35 Lampu hijau
36 Rasa penasaran Zafira
37 Sikap Alvian
38 Di bawah atap yang sama
39 Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40 Zafira dan Bu Ayu
41 Masa lalu Ayu (1)
42 Masa lalu Ayu (II)
43 Suami siaga?
44 Kekhawatiran
45 Kesempatan terakhir yang tersiakan
46 Tangisan terakhir
47 Jawaban Zafira
48 Muhammad Zafran Altakendra
49 Batal khitbah?
50 Kerja sama
51 Aku menyesal
52 Maling teriak maling
53 Di dalam mobil
54 Jadi bahan perbincangan
55 Menjadi pusat perbincangan
56 SHOCK
57 Kebiasaan baru Alvian
58 Genggaman tangan
59 Otw ...
60 Histerektomi
61 Lamaran
62 Undangan
63 Perasaan Refano
64 Judulin sendiri. Hehehe ...
65 Pertama
66 Luapan emosi
67 Sore Pertama
68 Papa
69 Baju dinas
70 Kedatangan Liliana
71 Kedatangan Refano menemui Alvian
72 Kedatangan Refano menemui Alvian II
73 Kedatangan Refano menemui Alvian III
74 Pencarian
75 75
76 Batu Moisanit
77 77
78 Menemukan keberadaan Refani
79 79
80 Siang di ruang kerja
81 Kecelakaan
82 Cerita 1
83 Cerita 2
84 Panik
85 Shock
86 Hancur
87 Pelangi setelah badai
88 Bonus
89 Kelegaan dan sang mantan
90 Bicara
91 Makan malam
92 Kritis
93 Operasi
94 Dorrr 1
95 Dorrr 2
96 Prison
97 97
98 Ya, semoga saja.
99 Kejutan
100 Merlyn
101 Salah paham?
102 Mas hot daddy
103 103
104 104
105 Sehari bersama Regina dan Refina
106 106
107 107
108 Karena kau memang pantas mendapatkannya
109 Cafe
110 Perubahan Merlyn
111 Story of Merlyn 1
112 Story of Merlyn 2
113 Heart to heart
114 Ungkapan perasaan
115 Akhir bahagia
116 Alohaaa para readers othor
117 Rahim Tebusan
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Anak perempuan yang tak dianggap
2
Rencana Liliana
3
Kegaduhan di pagi hari
4
Buah hati pelipur lara
5
Saskia
6
Kecamuk batin Zafira
7
You Raise Me Up
8
Ke dokter Kandungan
9
Pengusiran
10
Pengusiran II
11
Duka dan Lunas
12
Si kecil yang bijak dan sakit hati sang ibu
13
Bertemu Nova
14
Sekretaris vs Bos
15
Menepis rasa
16
Bertemu Bos Baru
17
Drama Kopi
18
Baik tapi nyebelin
19
Tantangan
20
Tamu Perusahaan
21
Kagum?
22
Gejala Sakit Jantung?
23
Periksa ke dokter
24
Bos Galak
25
Singa Lapar
26
Ray Adams
27
Ray dan Zafira
28
Apa mungkin ...
29
Kutukan Bunda
30
Perdebatan
31
Regina ...
32
Rumah Sakit
33
Apakah itu ...
34
Mengobati penasaran
35
Lampu hijau
36
Rasa penasaran Zafira
37
Sikap Alvian
38
Di bawah atap yang sama
39
Pertengkaran dan obrolan dua bocah
40
Zafira dan Bu Ayu
41
Masa lalu Ayu (1)
42
Masa lalu Ayu (II)
43
Suami siaga?
44
Kekhawatiran
45
Kesempatan terakhir yang tersiakan
46
Tangisan terakhir
47
Jawaban Zafira
48
Muhammad Zafran Altakendra
49
Batal khitbah?
50
Kerja sama
51
Aku menyesal
52
Maling teriak maling
53
Di dalam mobil
54
Jadi bahan perbincangan
55
Menjadi pusat perbincangan
56
SHOCK
57
Kebiasaan baru Alvian
58
Genggaman tangan
59
Otw ...
60
Histerektomi
61
Lamaran
62
Undangan
63
Perasaan Refano
64
Judulin sendiri. Hehehe ...
65
Pertama
66
Luapan emosi
67
Sore Pertama
68
Papa
69
Baju dinas
70
Kedatangan Liliana
71
Kedatangan Refano menemui Alvian
72
Kedatangan Refano menemui Alvian II
73
Kedatangan Refano menemui Alvian III
74
Pencarian
75
75
76
Batu Moisanit
77
77
78
Menemukan keberadaan Refani
79
79
80
Siang di ruang kerja
81
Kecelakaan
82
Cerita 1
83
Cerita 2
84
Panik
85
Shock
86
Hancur
87
Pelangi setelah badai
88
Bonus
89
Kelegaan dan sang mantan
90
Bicara
91
Makan malam
92
Kritis
93
Operasi
94
Dorrr 1
95
Dorrr 2
96
Prison
97
97
98
Ya, semoga saja.
99
Kejutan
100
Merlyn
101
Salah paham?
102
Mas hot daddy
103
103
104
104
105
Sehari bersama Regina dan Refina
106
106
107
107
108
Karena kau memang pantas mendapatkannya
109
Cafe
110
Perubahan Merlyn
111
Story of Merlyn 1
112
Story of Merlyn 2
113
Heart to heart
114
Ungkapan perasaan
115
Akhir bahagia
116
Alohaaa para readers othor
117
Rahim Tebusan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!