BAB 5

Saat itu, Zian bermimpi.

Malam itu Zian sudah sangat lelah karena seharian padat kegiatan kuliah dan juga di kampusnya. Setibanya di rumah, Zian segera masuk ke dalam. kamar lalu tidur. Dalam tidur nya itu Zian mendapatkan mimpi yang aneh. Saat terbangun dengan jantung yang tidak beraturan dan keringat dingin yang keluar dari dahinya, Zian kembali memikirkan mimpi nya. Mimpi yang aneh menurut Zian.

🦋🦋🦋🦋🦋

Bangun dan jangan lagi tidur! Wujudkan segala mimpi itu supaya tidak hanya khayalan dan imajinasi kamu. Kesuksesan dan segala usaha- usaha kamu akan memperoleh hasil. Iya, hasil walaupun suatu saat nanti. Tuhan akan menghargai segala usaha dan doa kamu.

Ini adalah mimpi. Namun aku tidak ingin ini hanyalah angan-angan kosong tanpa realisasi. Aku akan mengejar itu sampai mencapai hasilnya. Gagal sekali bukan berarti besok aku akan gagal kembali. Paling tidak aku sudah memulai mewujudkan mimpi ini menjadi nyata. Paling tidak aku bisa bercerita dari kegagalan atau sukses dikemudian hari.

Berawal dari mimpi, dan semua harus dimulai lagi. Melangkah pasti dengan segala usaha- usaha ini. Yakin saja! Percaya pada potensi sendiri. Ini hanya masalah waktu. Kesuksesan kita ada ditangan sendiri. Suatu hari nanti, aku pasti akan berterimakasih atas semangat ini. Semangat untuk meraih mimpi itu.

🦋🦋🦋🦋🦋

Zian dalam mimpi nya.

Zian mulai kebingungan tiba-tiba berada di tempat itu. Di kanan dan kirinya orang-orang sedang disiksa oleh sosok yang tinggi besar. Wajahnya nampak mengerikan, ganas dan penuh kekejaman tanpa ampun menyiksa satu persatu dari penghuni- penghuni yang di sana. Entah apa yang sudah mereka lakukan sehingga orang-orang itu harus menerima hukuman dan penyiksaan se mengerikan itu. Zian sendiri tidak pernah membayangkan pemandangan yang membuat hatinya semakin menangis histeris ketika mendengar teriakan- teriakan yang begitu memilukan dan menyayat hati itu.

Zian rasanya ingin menolong mereka, namun dirinya tidak mampu untuk menolong mereka. Hingga Zian melihat seorang wanita yang telah berteriak meminta tolong kepada dirinya karena penyiksaan yang membuat dirinya kesakitan dan kepedihan.

Wanita itu dahulunya adalah temannya. Semasa dia mengenalinya wanita itu suka bergonta-ganti pasangan dan melakukan kebebasannya selayaknya kehidupan modern yang tidak mengedepankan norma susila. Hanya mengutamakan hawa nafsu dan kebebasan duniawi.

Zian berjalan seolah ada energi yang menariknya untuk menuju ke ujung jalan itu. Setiap Zian berjalan, dirinya harus menyaksikan kanan dan kirinya orang-orang mengalami penyiksaan yang membuat dirinya tidak sanggup menatap nya. Teriakan histeris minta tolong terdengar dimana-mana. Hal itu membuat pilu dan sedih Zian.

Zian akhirnya kembali berjalan menuju pintu keluar untuk meninggalkan tempat itu. Rasanya Zian benar-benar ingin secepatnya pergi dan meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Tempat yang memilukan, tempat yang menyedihkan, tempat yang siapapun ketika melihat nya ikut merasakan sakit dan panasnya akan perih, pedih akan siksaan yang menyayat hati itu.

Zian dengan cepat berlari keluar ke arah pintu utama hingga tanpa sadar kakinya terpeleset jatuh ke jurang api yang menyala itu. Zian jatuh dari jalan yang ia lalui itu yang sejatinya adalah jembatan panjang. Zian benar-benar jatuh ke jurang yang panas itu. Kobaran api mulai membakar tubuhnya. Panasnya begitu menyiksa tubuhnya. Hingga Zian tidak tahan dan berteriak-teriak minta tolong.

" Tolong!!!" teriak Zian sampai keringat dingin ditubuhnya keluar semua.

Namun tiba-tiba matanya terbuka. Dirinya terbangun dari tidurnya. Rupanya Zian telah bermimpi. Mimpi yang ia rasakan begitu sangat nyata. Zian sampai merasakan betapa panas, perih, tersayat, terkelupas semua tubuhnya karena terbakar. Keringat dingin Zian masih keluar seiring detak jantung nya masih menderu hebat. Zian cepat- cepat meraih air mineral di dekatnya. Hingga air minum itu habis tak bersisa seolah sudah sekian lama tenggorokannya dalam dahaga yang cukup lama.

Dalam hati Zian sangat bersyukur, semua yang baru saja ia alami hanyalah mimpi. Namun walaupun mimpi ini bagi dia begitu serasa nyata ia alami.

" Ya Tuhanku! Aku manusia yang lemah dan hina. Tiada kekuatan, daya dan pertolongan melainkan dari kekuatan Mu ya Tuhan. Aku berlindung dari segala keburukan mimpi- mimpi buruk ini. Dan jadilah aku manusia yang beruntung." ucap Zian lalu bangkit dari tempat tidur nya.

Zian mulai berjalan menuju tempat untuk mensucikan dirinya. Zian mulai mengambil air untuk membasuh wajah dan semua anggota tubuhnya untuk disucikan. Setelahnya, Zian mulai mengenakan mukena untuk mengerjakan sholat malamnya.

Zian berdiri dan menghadap kiblat. Dibentangkan sajadah itu lalu mulai berniat, pasrah, tunduk dihadapan Nya.

" Ya Tuhan! Aku manusia yang lemah dan hina. Ampunilah segala kesalahan, dosa- dosa yang aku lakukan baik aku sengaja maupun tidak aku sengaja dan terlupakan. Aku pasrah, tunduk patuh akan kekuasaan Mu ya Tuhan. Tetapkan aku dalam keimanan dalam keyakinan agama ku. Aamiin." ucap Zian.

Kembali Zian mengalami mimpi itu. Mimpi yang sudah Zian dapatkan sebelum memutuskan untuk memeluk dan menganut agama yang saat ini diyakini nya. Kembali mimpi itu hadir seperti memberikan keyakinan kepada Zian supaya lebih yakin dengan semua keputusannya.

Apapun rintangan dan hambatan yang akan Zian hadapi, Zian akan siap menghadapi segala nya.

Di dalam kamar utama pak Leo dengan istrinya bu Juan sedang berbicara serius mengenai putri tunggalnya. Di atas tempat tidur itu mereka memikirkan perubahan yang terjadi pada Zian. Memang Zian seperti lebih kalem dan pendiam dari sebelumnya. Ditambah sikap Zian berubah lebih sopan dan menghormati mami pipinya. Ini merupakan sikap yang lebih baik. Namun yang mereka heran kan adalah Zian terlihat menutup diri dan sering di dalam kamar nya setelah makan bersama dengan papi mami nya. Sebelumnya Zian lebih banyak mengajak diskusi atau bercerita mengenai berbagai hal seperti cerita saat di kampusnya dengan segudang cerita baik cerita soal dosennya, teman kampusnya maupun kegiatan kemahasiswaan yang diikuti oleh Zian.

"Menurut papi, apakah Zian diam-diam masih mengerjakan gerakan ibadah dari salah satu agama di negara ini, pi? Apakah Zian sudah memeluk dan meyakininya? Lalu jika dugaan mami benar, apa yang akan kita lakukan papi? Papi tahu sendiri bukan? Zian juga tidak kalah keras kepalanya seperti mami juga papi. Jika Zian kita larang dengan keras dan kita tindak dengan tindakan lebih keras lagi, mami yakin Zian akan memberontak dan kabur dari rumah ini. Sedangkan kita hanya memiliki Zian, anak kita satu-satu nya pi," ucap mami Juan panjang lebar. Pak Leo menarik nafasnya dalam-dalam dan mencoba kembali tenang dan bijak dalam menyikapi masalah ini.

"Zian sudah cukup dewasa dalam menentukan pilihan nya, mami! Papi pikir tindakan kita kemarin itu sangat salah. Papi pikir-pikir lagi tidak ada gunanya melarang Zian dalam keputusan nya. Semua itu adalah keyakinan dan juga kepercayaan nya yang tiba-tiba hadir dalam diri Zian tanpa paksaan siapapun. Jika memang Zian memutuskan agama itu sebagai agama pilihannya yang menurutnya baik dan benar. Kita sebagai orang tua tetap ikut mendukungnya saja, mami. Zian sudah dewasa. Zian mungkin dalam hitungan tahun akan ikut suaminya sebagai pilihan hidup Zian. Kita hanya orang tua Zian saja yang dititipi untuk membesarkannya dan mendidiknya saja," ucap Pak Leo akhirnya. Bu Juan mengernyitkan dahinya.

"Papi yakin dengan keputusan ini? Jadi kita tidak berusaha melarang Zian, pi?" sahut Bu Juan. Kembali pak Leo menarik nafasnya dalam-dalam.

"Papi ingin tahu, alasannya apa hingga Zian memilih agama itu. Apakah ada laki-laki atau kekasih Zian yang menganut agama itu lalu Zian akhirnya mengikuti ajakan kekasihnya Zian," kata Pak Leo.

"Setahu mami, Zian belum cerita soal pacar atau kekasih loh, Pi! Jadi seperti nya Zian belum memiliki pacar atau kekasih seperti dugaan papi," sahut Bu Juan.

"Ini kan hanya praduga papi saja tuh, mami! Papi ingin tahu dari mulut Zian soal alasannya kenapa mau memilih agama dan kepercayaan itu," ucap papi Leo.

"Mami juga ingin mengetahuinya. Tapi bagaimana kalau kita diam-diam selidiki terlebih dahulu pi, apakah benar Zian sekarang ini sudah memeluk agama dan keyakinan itu. Dan juga diam-diam mengerjakan ibadah itu di dalam kamarnya? Jika mengingat Zian sering masuk kamar dan sekarang kamarnya sering di kunci oleh Zian," terang mami Juan.

"Sepertinya tidak perlu lagi kita selidiki, mi! Kita lebih baik berbicara dari hati ke hati dengan Zian besok pagi sebelum Zian ke kampus dan papi pergi ke kantor. Kita sebagai orang tua sepantasnya bijaksana, mi! Jika benar Zian sudah memeluk agama dan keyakinan itu, kita tidak perlu melarang Zian. Dan kita harus mendukung Zian. Bibi Retno kan juga memeluk agama seperti Zian kan? Nanti biar bibi Retno juga bisa membimbing dan mengajari Zian untuk belajar ilmu agama yang sudah dipilih Zian," kata pak Leo. Bu Juan akhirnya menerima keputusan dari suaminya.

"Aku tidak menyangka, jika putri kecilku sudah tumbuh menjadi gadis yang dewasa dan mandiri." gumam Bu Juan akhirnya memejamkan matanya demikian juga dengan pak Leo.

Pasangan suami istri itu walaupun selama ini tidak menganut salah satu agama yang ada di negara ini, bukan berarti mereka tidak mempercayai kebaikan dan kebenaran. Suatu hari nanti mungkin keduanya akan mendapatkan petunjuk seperti Zian yang berusaha mencari kebenaran dan Tuhannya. Hingga dengan Cinta dan cahaya itu lah yang menunjukkan Zian untuk menjalankan perintah Nya dan menjauhi laranganNya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!