Tak sampai 10 jam pasca kejadian yang membuat tangan kanannya harus dijahit. Deni sudah langsung merasa bosan. Pasalnya Deni sudah tak tahan dengan kondisi rumah sakit yang membosankan.
Mengenakan tangan kirinya, Deni menelpon Nia istri yang saat itu sedang membeli makan di kantin. Deni meminta Nia untuk datang ke ruang perawatannya. Deni ingin meminta Nia untuk segera mengurus biaya administrasi Deni. Sehingga dirinya bisa segera pergi dari rumah sakit.
Nia dengan kresek berisi banyak makanan datang ke kamar perawatan Deni dengan terburu-buru. Telepon dari Deni yang dibumbui kata-kata penting, membuat Nia menjadi sedikit panik. Nia pun harus segera menemui Deni untuk mengetahui apa yang terjadi pada Deni. Sehingga Deni meneleponnya dengan kata-kata penting.
Dengan napas yang ngos-ngosan. Nia membuka pintu kamar perawatan Deni. Sekuat tenaga, Nia menghampiri Deni dengan posisi terbaring asyik memainkan ponselnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Nia panik.
"Kamu kenapa sih." Jawab Deni.
"Aku khawatir sama Kamu. Tadi kamu bilang sesuatu yang penting." Ucap Nia tetap panik.
"Tidak semua yang penting itu keadaan darurat. Berhenti untuk terlalu mengkhawatirkan aku. Apa kamu tidak sayang dengan tubuh kamu sendiri. Kamu peduli pada aku dan anak-anak kita. Tapi kamu tidak begitu peduli dengan diri kamu sendiri." Pinta Deni.
"Maksud kamu?" Tanya Nia bingung.
"Lihat kamu. Terburu-buru hanya untuk menemui aku, padahal dengan terburu-buru seperti itu. Kamu bisa terkena suatu hal yang tak diinginkan." Terang Deni.
"Aku khawatir, karena aku cinta kamu Den. Itu sebabnya aku seolah tak peduli dengan diri aku sendiri." Jelas Nia.
"Tapi tidak semua pasangan seperti kamu. Selalu ingin terlihat terbaik dihadapan aku. Untuk apa? Untuk cinta? Aku sudah mencintai kamu. Jadi stop untuk berlebihan padaku. Aku lama-lama muak dengan cinta berlebihan dari kamu!" Tegas Deni.
sayatan silet mungkin tak setajam ini mengiris tubuhnya. Lebih dari sayatan silet ucapan Deni membuat hatinya hancur berkeping-keping. Cinta dan kasih sayangnya seolah dianggap berlebihan oleh Deni. Padahal cinta dan sayang Nia dirasakan ditempatkan pada porsi yang seharusnya. Sehingga tidak kurang, apalagi lebih seperti yang Deni ucapkan.
Seolah tak peduli, Deni justru meminta Nia untuk segera mengurus administrasi dari Deni. Dirinya ingin segera pulang dari rumah sakit. Sehingga ingin pulang sekarang juga.
Tetap dengan perasaan sedih, Nia beranjak menuju tempat administrasi. Menuruti perintah Deni untuk segera melunasi biaya administrasi Deni yang ingin segera beranjak pergi dari rumah sakit.
Air mata Nia akhirnya pecah. Dirinya tak mampu menahan tangis kala berhadapan dengan seorang perawat yang berada di bagian administrasi.
"Saya ingin melunasi biaya administrasi atas nama Deni Irawan."
"Sebentar ibu, biar saya Carikan dulu." Jawab suster tersebut.
"Baik. Saya tunggu."
Menunggu suster itu mencari nama Deni. Nia kembali teringat kata-kata Deni yang cukup melukai hatinya. Tumpah akhirnya air mata Nia yang sedari tadi coba ditahan olehnya dihadapan Deni.
Suster yang sudah menemukan pasien atas nama Deni. Seketika bingung untuk menegur Nia. Pasalnya dengan raut wajah super sedih, Nia terus menangis hebat. Walaupun tak ada Isak tangis yang keluar sedikit pun dari mulutnya.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, suster itu menegur Nia. Dia pun dengan kata-kata yang cukup sopan mengatakan telah menemukan nama pasien yang dimaksudkan oleh Nia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments