Deni tengah mengecek beberapa email masuk. Tiba-tiba Via asistennya mengatakan bahwa seorang pasien baru akan tiba. Dia adalah seorang yang depresi berat, usai ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya.
Remaja berusia 15 tahun itu mengurung diri di kamar selama berhari-hari. Tak mau makan dan minum, hingga badannya nampak begitu lemah lunglai.
Penampilan remaja itu juga cukup menyedihkan. Rambutnya acak-acakan, dengan baju kotor yang tak ia ganti. Wajahnya kusut dengan air mata yang terus menerus menetes.
Deni menatap tajam wajah remaja putri tersebut. Tak ada respon apapun dari remaja itu. Selain kata-kata rindu pada kedua orangtuanya yang telah meninggal beberapa hari yang lalu dalam sebuah kecelakaan pesawat. Deni mencoba menyentuh tubuhnya, tapi dengan sigap tangan remaja putri itu menangkis tangan Deni. Tak ada kata apapun, dia hanya melirik wajah Deni. Sebelum kembali menunduk dengan wajah penuh kesedihannya.
Deni meminta Via untuk meninggalkannya bersama remaja putri tersebut berdua. Dia ingin mengobrol berdua untuk lebih tahu isi hati dari remaja putri tersebut. Tanpa keberatan sedikit pun, Via segera menuruti perintah Deni. Dia membiarkan Deni untuk mengobrol berdua bersama dengan remaja putri tersebut.
"Siapa nama kamu?" Tanya Deni menundukkan tubuh tingginya.
Remaja itu tak menjawab pertanyaan dari Deni.
"Kamu mau makan?" Tawar Deni.
Kembali, dia tak menjawab pertanyaan dari Deni. Dia tetap menunduk dengan raut wajah penuh kesedihan.
Deni meminta remaja itu untuk duduk di kursi dihadapannya. Tetapi remaja putri tersebut tak menuruti perintah Deni. Dia tetap berdiri dengan pandangan kosong.
Dengan sangat terpaksa Deni menarik tubuh remaja itu untuk duduk, tetapi dengan perlawanan super. remaja putri itu berusaha tetap pada posisinya. Sehingga Deni terpaksa menyuntikan obat bius untuk membersihkan tubuh remaja putri itu yang menyebarkan aroma tidak sedap.
Deni kembali memanggil Via. Dia meminta Via serta beberapa perawat lainnya untuk memandikan tubuh dari remaja putri itu, serta memberikan beberapa sentuhan agar penampilannya bisa lebih baik lagi.
Via serta dua suster lainnya segera membawa remaja putri itu menuju kamar mandi klinik. Ketiganya bergotong royong memandikan tubuh remaja itu yang semakin kurus dan mengeluarkan aroma tak sedap.
Usai memandikannya, Via dan dua suster itu mulai memberikan sentuhan berupa make up tipis yang membuat penampilan remaja putri itu sedikit lebih baik. Dengan baju bersih serta wangi, membuat remaja putri itu nampak begitu cantik.
Tinggal menunggu beberapa jam lagi sampai remaja putri itu bangun. Deni membaca identitas pasiennya tersebut. Dia menerka apa yang akan dilakukan untuk dapat menyembuhkan gangguan mental yang dialami remaja tersebut. Mengingat remaja putri itu begitu depresi berat.
Tidak ada riwayat depresi dari orangtuanya. Hanya kepergian dari kedua orangtuanya yang membuat remaja putri itu depresi berat. Sehingga Deni harus melakukan pendekatan secara persuasif pada remaja putri tersebut.
Beberapa metode mulai dipikirkan oleh Deni untuk mengobati depresi yang dialami remaja putri itu. Terutama perihal gangguan psikis yang dialaminya. Deni ingin menemukan cara yang ampuh yang bisa digunakan untuk menyembuhkan remaja putri tersebut.
3 jam obat itu bekerja dengan baik pada remaja putri tersebut. Akhirnya remaja putri itu kembali siuman. Remaja putri itu langsung berteriak menangis sambil memanggil nama orangtuanya. Beberapa suster menghampiri kamar remaja putri tersebut.
Tak hanya sekedar berteriak saja, remaja putri itu juga menghancurkan seluruh benda yang ada di ruang perawatannya. Lampu meja dilempar olehnya, termasuk ranjang yang dibuat berantakan olehnya.
Salah seorang suster memanggil Deni. Dia memanggil Deni untuk bisa menenangkan remaja putri itu yang semakin beringas. Deni yang sebenarnya masih menyantap makan siangnya. Terpaksa bergegas menuju kamar perawatan remaja putri itu.
Deni mendekati remaja itu yang semakin beringas dengan tangisan yang semakin keras. Tetapi remaja itu menghindari Deni, dia menjauh dari Deni. Jongkok dipojokan ruangan dengan menutup wajahnya.
Deni tetap berjalan mendekat ke remaja itu. Deni mendengar suara keroncongan yang keluar dari perut remaja tersebut. Dengan pendekatan supel yang dilakukan Deni. Si remaja itu berhasil dapat di rayu. Tawaran makan dari Deni diterima. Deni pun meminta kepada Via untuk mengambilkan makanan untuk remaja tersebut.
Sepiring makanan telah ditangan Deni. Dengan penuh kelembutan, Deni menyuapkan sendok demi sendok makanan tersebut kedalam mulut si pasien. Beberapa hari tidak makan, membuatnya begitu lahap kala menyantap makanan yang disuapkan Deni kedalam mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments