Selepas menyantap makanan yang disuapkan Deni kedalam mulutnya. Perlahan remaja itu mulai dapat tersenyum lebar kepada Deni. Dengan aura positif yang ditunjukkan oleh Deni. Remaja putri yang awalnya penuh ketakutan, perlahan mulai berani untuk mengobrol dengan Deni.
"Siapa nama kamu?" Tanya Deni.
"Nama aku Gina om." Jawabnya masih sedikit murung.
Deni mengelus lembut rambut Gina. Kemudian dengan senyuman lebar, Deni kembali bertanya pada Gina.
"Kamu kenapa ketakutan seperti itu? Apa yang buat kamu takut seperti tadi?"
"A-Aku tidak takut om. Tapi aku hanya tidak bisa jauh dari ayah dan ibu. Aku ingin bersama mereka terus om." Jawabnya tetap murung.
Deni mendekat memeluk Gina. Dengan sentuhan lembutnya, Deni mencoba terus menenangkan Gina.
"Gina...Om tahu Gina sayang banget sama ibu dan ayah Gina. Tapi Gina harus ikhlas kalau ibu dan ayah Gina sudah berpulang lebih dulu. Bukankah Gina juga nanti akan ikut sama mereka. Jadi Gina harus ikhlas dengan kepergian dari mereka." Pinta Deni dengan lembut.
Gina menangis dipelukan Deni. Air matanya semakin deras membasahi kemeja kerja Deni. Gina ingin bisa terus bersama ayah dan ibunya. Sehingga keinginan bunuh diri terus menghantui pikirannya untuk dapat bertemu dengan ayah dan ibunya.
Deni mengeratkan pelukannya. Dia mencoba mengeluarkan energi positif didalam tubuhnya. Deni ingin Gina bisa kembali ceria serta terlepas dari pikiran untuk bunuh diri. Tetapi hari ini Gina masih berada di level tinggi depresinya. Sehingga dia tetap tak bisa terlepas dari keinginan untuk bunuh diri. Pun untuk menerima Deni sebagai psikiater untuknya. Gina begitu keras menolak.
Gina kembali mengamuk, mencakar serta mendorong Deni. Memecahkan piring bekas makannya. Menyakiti tangannya dengan pecahan beling yang berserakan diatas lantai.
Deni memanggil beberapa orang untuk kembali menenangkan Gina. Sebelum orang-orang itu membantu Deni menenangkan Gina. Deni terlebih dahulu mencoba menenangkan Gina.
Gina yang tanpa kontrol, tanpa sengaja melukai tangan Deni. Hasilnya tangan Deni pun robek oleh sayatan beling yang digunakan oleh Gina. Beberapa orang yang baru masuk kedalam ruangan praktek Deni langsung menolong Deni yang begitu kesakitan dengan sayatan beling yang digunakan oleh Gina. Sementara yang lainnya mencoba menenangkan Gina dengan obat bius.
Gina akhirnya bisa ditenangkan dengan satu suntikan. Sementara Deni harus dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan pengobatan. Mengingat luka sayatan di tangannya tersebut cukup besar. Perlu penanganan medis yang tepat untuk kembali memulihkan kondisi tangannya tersebut.
Nia langsung panik saat mendapati telepon dari salah satu staf Deni perihal sayatan yang didapatkan oleh suaminya. Nia yang baru selesai mengantar anaknya ke sekolah. Segera bergegas menuju rumah sakit tempat suaminya dirawat.
Dengan wajah penuh kecemasan, Nia memasuki ruang perawatan Deni. Nia segera mungkin menanyakan luka yang dialami oleh Deni.
"Kamu kenapa bisa terkena sayatan seperti ini?" Tanya Nia panik.
"Biasa, aku lagi menangani pasien remaja yang depresi. Dia depresi berat, hingga sulit untuk mengontrol emosinya. Memecahkan piring, akhirnya beling pecahan piring tersebut tanpa sengaja terkena tanganku." Terang Deni dengan jelas.
Nia menghela nafas.
"Ada apa, kenapa kamu menghela nafas seperti itu?" Tanya Deni.
"Aku pikir ini karma dari ucapan kamu kemarin. Dimana kamu merasa tinggi, menantang Tuhan. Akhirnya ketika Tuhan telah menunjukkan kekuasaannya. Kamu diberikan ujian yang seperti ini." Jelas Nia.
Deni tertawa. Dia tak merasa bersalah atau apapun. Deni menganggap kecelakaan kecil ini sebagai hal yang biasa saja. Sehingga tidak perlu mengingat ucapannya di hari kemarin. Ini hal yang wajar yang akan dia terima. Sehingga sudah menjadi sebuah realitas yang Deni dapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Rivan Karang
Deni kurang bersyukur
2022-11-23
0