Noa beranjak dari tempat duduknya begitu menyadari keributan yang terjadi di meja makan mereka hingga membuat semua perhatian tertuju pada mereka.
"Noa! Sayang, kau mau kemana?" Shiho berusaha menahan langkah putrinya. Tapi anak itu tak menghiraukan kalimatnya, dan malah terus melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
...*...
Aku tidak menyangka ayah akan memilih menikah lagi dengan wanita lain. Aku pikir dia akan setia selamanya pada ibu walaupun ibu sudah tidak ada.
Akito menangis tersedu-sedu. Dirinya saat ini berada di taman tak jauh di restoran yang dia kunjungi bersama arahnya.
Akito berada di area yang lebih sepi. Terduduk seorang diri di bangku taman yang terbuat dari kayu sambil menangis. Mendengar ucapan ayahnya tadi benar-benar membuat hatinya terluka.
Bagaimana bisa ayahnya mengkhianati ibunya?
"Aku tidak terima ini! Pokoknya aku tidak akan merestui hubungan mereka?!"
"Kalau ayah sampai menikah lagi, maka aku akan pergi dari rumah?!"
Akito berteriak kencang.
Beruntung tidak ada seorangpun di bagian taman itu yang mendengarnya berteriak-teriak sendiri meluapkan seluruh emosinya.
Di sisi lain, Noa yang baru saja tiba secara tidak sengaja mendengar Akito berteriak kencang seperti itu.
Noa terhenti sejenak begitu mendengar lelaki itu marah-marah sendiri.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya. Berusaha menahan emosi yang sama. Bagaimanapun, Noa juga menentang hubungan antara ibunya dengan Tsubaki.
"Pokoknya aku tidak terima!" tukas Akito yang kembali menyita perhatiannya. Noa menoleh ke arah datangnya suara dan melihat Akito yang kini berlalu meninggalkan taman. Entah kemana lelaki itu akan pergi, Noa tidak tahu.
...*...
Waktu berlalu. Malam pun tiba. Dan di ruang tengah, Tsubaki tengah duduk dengan tidak tenang sembari memainkan ponsel pintarnya. Ia benar-benar menunggu kabar dari Akito yang mendadak hilang dan tidak bisa dihubungi setelah makan siang tadi.
"Kemana dia pergi?" gumamnya dengan raut wajah cemas. Ia terus mengotak-atik ponselnya, menghubungi nomor Akito berulang kali dan berharap anak laki-laki yang jadi putranya itu mengangkat telponnya.
"Sepertinya dia benar-benar marah…" lirihnya setelah tidak ada jawaban sama sekali dari Akito.
"Huft~ kemana kau sebenarnya, nak? Kau benar-benar membuat ayah cemas."
Tsubaki memijat keningnya pelan. Memikirkan mengenai Akito yang merajuk seperti ini benar-benar membuat kepalanya pening.
Drrttt…
Ponselnya berdering. Tsubaki refleks mengangkatnya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang baru saja melakukan panggilan padanya.
"Halo Akito, kau dima…"
"Tsubaki, ini aku."
Alih-alih mendengar suara putranya, Tsubaki malah mendengar suara seorang wanita di seberang sana. Hal itu spontan membuat dirinya terdiam.
Raut wajahnya yang semula gembira mengira Akito yang menelponnya, mendadak pudar saat sadar bahwa yang menelponnya ternyata adalah Shiho.
"Ah, aku kira Akito…" gumamnya pelan.
"Apakah Akito belum pulang?"
"Belum. Aku benar-benar cemas karena dia belum pulang sampai jam segini."
"Astaga… apakah kau sudah coba menghubunginya?"
"Sudah, tapi dia tidak mengangkat telponnya."
"Bagaimana dengan teman-temannya di sekolah? Kau sudah coba menghubungi mereka?"
"Aku juga sudah menghubungi mereka, tapi tidak ada seorangpun yang tahu dimana dia. Kemana dia sebenarnya, ya… dia benar-benar membuatku cemas," gumam Tsubaki dengan nada khawatir.
"Astaga, semoga saja Akito cepat pulang. Oh ya, kalau dia marah atau sedih kemana biasanya dia pergi?" tanyanya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments