"Tadaima…" Akito Hiromichi, berjalan memasuki rumahnya. Tiba di dalam, ia segera melepaskan sepatunya.
(ただいま/tadaima/aku pulang)
"Kau sudah pulang?" tanya seorang pria paruh baya yang menampakkan sebagian wajahnya dari pintu ruang makan.
"Ya, aku baru pulang," jawabnya sambil mengangguk. Begitu selesai melepas sepatunya, ia beranjak dengan mengenakan sandal.
"Hm… ayah sedang memasak?" Akito mencium aroma sedap dari arah dapur dimana sang ayah berada.
"Haha, kau tahu saja."
"Apa yang sedang ayah buat?" Anak itu menghampiri ruang makan yang terhubung dengan dapur, hendak mengintip apa yang tengah dibuat oleh sang ayah hingga aroma masakannya begitu menyengat sampai keluar dapur.
"Ayah sedang memasak untuk makan malam spesial."
"Makan malam spesial?" Akito menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Malam ini, kita akan kedatangan tamu istimewa."
"Benarkah? Siapa yang akan berkunjung?"
"Kau akan tahu nanti. Lebih baik sekarang kau ke kamarmu. Ganti pakaianmu setelah itu kerjakan pekerjaan rumahmu. Begitu tamu ayah datang, ayah akan panggilkan kau."
"Ayah tidak ingin aku membantu?"
"Tidak perlu. Ayah bisa melakukan semuanya sendiri."
"Yakin?"
"Sungguh ayah tidak memerlukan bantuanmu. Ayah benar-benar harus menyiapkan semuanya sendiri."
"Baiklah kalau ayah berkata begitu. Aku akan ke kamar." Akito beranjak dari tempatnya, melangkah menaiki tangga agar bisa tiba di lantai dua dimana kamarnya berada.
Sepertinya tamu yang sedang ayah nanti adalah tamu yang begitu istimewa sampai-sampai ayah sangat menantikannya.
Ayah bahkan tidak mengizinkanku membantunya memasak.
Aku jadi semakin penasaran.
...*...
"Selamat malam!" kata seorang wanita paruh baya yang kini berdiri tepat dihadapannya.
Akito terdiam tanpa kata. Menatap wanita yang kini berdiri dihadapannya dengan raut wajah terkejut.
Wanita itu tersenyum hangat menyapanya. Di sisi itu, seorang anak kecil bersembunyi di balik punggungnya.
"Akito, kenalkan. Ini adalah bibi Shiho, teman ayah yang malam ini akan makan malam bersama kita." Tsubaki Hiromichi—ayahnya Akito, memperkenalkan wanita yang sekarang berdiri dihadapannya.
Akito mengerjap.
"H… halo, salam kenal. Aku Akito," tuturnya terbata sambil membungkuk memberi salam.
"Wah, jadi ini putramu yang sering kau ceritakan itu? Dia benar-benar tampan seperti ayahnya, ya…" puji Shiho.
"Haha, kau bisa saja." Tsubaki terkekeh pelan. "Oya, apakah ini adalah Noa—putrimu?"
Tsubaki beralih fokus pada gadis kecil yang bersembunyi di belakang punggungnya.
"Huh? Oh, benar." Shiho menoleh pada putrinya yang sejak tadi bersembunyi di belakang.
"Noa, ayo kenalkan dirimu pada paman dan kakak." Shiho memintanya memperkenalkan diri.
Gadis kecil itu terdiam tanpa merespon. Ia malah mengencangkan pegangannya pada mantel yang dia kenakan.
Tak lama, Noa menoleh pada Akito dan Tsubaki secara bergantian.
"Maaf, ya… Noa itu pemalu dan memang jarang berbicara. Jadi, mohon di maklumi." Shiho tersenyum tipis.
"Haha, tidak apa-apa. Tidak masalah, mungkin dia masih merasa asing dengan orang baru. Aku yakin nanti dia juga bisa terbiasa," kata Tsubaki.
"Ya, tidak apa-apa. Lagipula mungkin dia butuh proses." Akito menimpali sambil tersenyum.
"Haha, kau memang anak yang baik Akito. Maaf jadi merepotkan."
"Sudah, ayo kita makan. Hidangannya nanti keburu dingin." Tsubaki mengalihkan topik pembicaraan.
Mereka beranjak dari tempatnya dan berlalu menuju ruang makan yang letaknya berada tidak jauh dari lorong utama.
Di ruang makan, mereka duduk bersama di atas meja.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments