Lelah

"Em, baik." Aji pun beranjak berdiri.

Sang ibu datang ke ruang tamu. "Aji, Aji mau pulang?" Ibunya begitu ramah kepada Aji.

"Iya, Bu. Aji pulang dulu. Permisi." Ia pun berpamitan kepada ibu Rara.

Rara menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia tidak peduli terhadap perasaan Aji suka atau tidak. Karena yang ia inginkan saat ini adalah beristirahat setelah seharian bekerja. Rara begitu lelah.

Rara pun bergegas masuk ke dalam kamarnya. Sedang sang ibu tampak mengantarkan Aji sampai ke depan pintu.

"Maaf ya, Nak Aji. Mungkin Rara kecapekan. Lain kali bisa buat janji lebih dulu jika ingin bertemu." Sang ibu menuturkan.

Aji mengangguk. Ia pun segera memakai sandalnya lalu pergi. Ia pulang ke rumahnya dengan perasaan kecewa karena sakit hati.

Esok harinya...

Hari ini Rara mendapat shift pagi. Ia datang ke toko pada pukul setengah tujuh dengan menaiki angkutan umum. Dan kini tanpa terasa sudah pukul tiga sore saja. Mengantarkan dirinya ke jam ganti shift.

Capek sekali. Mana datang barang banyak.

Hari ini toko Rara kedatangan barang dari gudang distribusi. Ia pun harus membantu mengangkat barang-barang itu dari mobil ke dalam tokonya. Ia tidak bisa tinggal diam karena masuk pagi hanya berdua. Dan kini ia tampak meminum air di area kasiran. Rara ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya. Tapi sayang, teman ganti shiftnya belum juga datang.

Ke mana sih Kak Ardan nukar uangnya?

Kehidupan di toko tidaklah seindah barang yang dijualnya. Para karyawan toko diwajibkan untuk mentaati peraturan yang dibuat oleh kepala toko. Belum lagi Nota Barang Hilang yang harus ditanggung bersama. Ditambah profesi Rara sebagai kasir. Jika uang hilang, maka ia yang menggantinya.

Gaji Rara tidaklah besar. Hanya sekitar dua juta saja. Itu juga kalau penuh lemburan. Jika tidak, bisa hanya sampai satu setengah. Ia pun harus memutar otaknya agar uang itu dapat cukup sebulan. Kadang sampai tidak jajan untuk mengirit uangnya. Karena Rara juga harus memikirkan adik-adiknya.

"Aduh, lelahnya." Tiba-tiba yang ditunggunya pun datang.

"Kak Ardan nukar uang di mana? Lama sekali. Rara sudah mau pingsan menunggunya." Rara beranjak bangun. Kebetulan toko sedang sepi menjelang sore ini.

"Sudah hitung modal belum?" tanya Ardan sambil melepas jaketnya. Ia habis pergi menukar uang ke tempat lain.

"Sudah, Kak. Hitung saja lagi." Rara meminta.

"Ra, jangan lupa bersihkan kamar mandi dan keranjang belanja sebelum libur. Sapu dan pel juga lantai dua." Tiba-tiba kepala tokonya datang dan mengingatkan.

"Iya, Pak." Dengan lelah Rara pun mengiyakannya.

Mau tak mau Rara menjalankan instruksi yang diberikan kepala tokonya. Ia sebagai kasir hanya bisa menurut saja. Ganti shift pun akhirnya dilakukan. Rara kemudian menyetorkan uang penjualannya. Dan ternyata minus lima ribu. Rara pun harus membayarnya.

Satu jam kemudian...

Lelah, itulah yang Rara rasakan. Sudah jam empat lewat lima belas menit, ia belum juga pulang. Rara baru selesai mengepel lantai dua. Tugas sebelum libur harus dikerjakannya. Dan kini Rara sedang merebahkan diri di atas lantai sambil menatap langit-langit ruangan. Ia merentangkan kedua tangannya karena kecapekan.

Ya Tuhan, cari uang ternyata lelah sekali. Sudah satu tahun bekerja, belum punya apa-apa. Mana kasiran minus terus. Apa yang harus aku lakukan, Ya Tuhan?

Rara mengeluh. Ia tidak tahu harus mengeluh kepada siapa. Rara tidak punya teman saat ini. Salsa sedang libur sehingga tidak ada tempat bercerita. Dan ia hanya bisa pasrah. Berharap Tuhan memberikan jalan untuk lepas dari kesusahan hidupnya.

Terpopuler

Comments

HARTIN MARLIN

HARTIN MARLIN

itu lah roda kehidupan

2022-12-10

0

Ratna Whynegar

Ratna Whynegar

begitu syulit hidup ini

2022-10-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!