Malam harinya…
Malam terasa dingin. Keramaian kota ternyata tidak bisa mengusik rasa sepi yang melanda. Rara baru saja sampai di depan rumahnya dan tampak kelelahan setelah seharian bekerja. Ia diantarkan teman satu tokonya untuk sampai ke rumah. Rara pun mengucapkan terima kasih kepada temannya tersebut.
"Kak Ardan, terima kasih. Hati-hati di jalan."
Ia adalah Ardan, teman satu toko Rara yang baik hati dan juga memiliki budi pekerti luhur. Ia begitu iba kala Rara tidak bisa pulang sendiri. Angkot di malam hari sudah tidak ada, sehingga ia yang mengantarkannya. Ia pun segera berpamitan setelah mengantarkan Rara. Ia begitu peduli kepada temannya.
Untung ada kak Ardan.
Rara sendiri melihat kepergian Ardan sampai hilang dari pandangan mata. Ia kemudian bergegas melangkahkan kaki menuju rumahnya yang sedikit menanjak. Kebetulan rumah Rara tidak berada di jalan yang rata. Sehingga jika ingin sampai, harus menanjak atau menurun jalannya. Dan kini Rara pun sudah tiba di depan pintu rumahnya.
Dia?!
Rara mengucapkan salam. Saat itu juga ia lihat jika sedang ada tamu di rumahnya.
"Ra, ada Aji. Aji sudah menunggu sejak tadi." Wanita berusia lima puluh lima tahun itupun memberi tahu rara.
Rara diam. Ia tidak bicara apa-apa. Ia langsung masuk ke kamar sjaa.
"Ra!" Namun, saat itu juga sang ibu segera mengejarnya. "Ra, kenapa langsung masuk ke kamar. Aji datang untuk menemuimu," terang ibunya.
Rara melepas tas dan jaket yang dipakainya. "Rara capek, Bu. Rara ingin istirahat." Rara menjelaskan.
Sang ibu tampak mengeleng-gelengkan kepalanya. "Aji sudah menunggu lama untuk dirimu. Tidak sopan jika tidak menemuinya lebih dulu." Sang ibu meminta Rara menemui Aji.
Rara menghela napasnya. Ia merasa sang ibu tidak mengerti kondisinya yang lelah.
"Cepat! Jangan membuat ibu malu!"
Mau tak mau Rara pun menuruti ibunya. Ia pergi untuk menemui Aji yang sedang berada di ruang tamunya.
Aji adalah anak cukup berada di kampungnya. Ia baru saja bekerja di salah satu perusahaan swasta yang ada di kota. Ia berbeda dua tahun dari Rara. Ia juga menyandang gelar ahlimadya. Tidak seperti Rara yang hanya lulusan SMA. Tapi walaupun Aji anak orang punya dan bertitel, Rara tidak menyukainya. Ia bahkan berharap Aji tidak pernah lagi datang ke rumahnya.
Dia tidak malu apa bertamu sampai larut malam seperti ini?
Rara duduk di seberang Aji. Cukup jauh untuk berbicara pelan. Rara tidak ingin mengindahkan kedatangan Aji sama sekali. Ia berharap Aji segera pergi dari rumahnya.
"Ra." Aji pun menegur Rara.
Kedatangan Aji kali ini adalah kedatangan kesekian kalinya karena ia tertarik dengan Rara. Aji tertarik kepada Rara sudah sejak lama. Tapi baru malam inilah ia memberanikan diri untuk menemui Rara sendiri. Sebelum-sebelumnya ia datang bersama ayahnya. Rara pun menjadi risih. Ia tidak ingin Aji datang-datang lagi.
"Ada apa?" tanya Rara yang jutek.
"Em, tadi ... aku bawakan martabak untukmu." Aji memberi tahu.
Rara tersenyum malas. "Terima kasih. Kau baiknya segera pulang. Tidak baik berlama-lama di rumah seorang janda. Nanti terkena fitnah." Rara meminta Aji untuk segera pulang.
Saat itu juga Aji terbelalak mendengar perkataan Rara. Ia pun melihat jam di tangannya. Aji menyadari jika yang dikatakan Rara adalah benar. Tapi perkataan Rara itu menyinggung hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
sabar Ra akan datang kebahagiaan untuk mu
2022-12-10
0
Rain4ever
kasian rara
2022-11-14
0