Planet Salana

Narator: Alam baka adalah tempat yang sangat gelap gulita, di mana tidak ada satupun lampu penerang. Terdapat sebuah benda yang mirip bola, namun bersinar berwarna putih terang. Kemudian, terdengar suara yang keras memanggil dan membangunkan benda yang mirip bola tersebut."

"Wahai jiwa manusia, bangkitlah dan bukalah matamu," ucap suara misterius dengan intonasi yang penuh keanggunan, seolah memancarkan aura kebijaksanaan dan kekuatan yang tak terduga."

Narator. Kemudian, Jiwa itu bangkit dan membuka matanya. Tempat yang tadinya gelap gulita seketika menjadi terang."

"Tempat apa ini?" tanya Zenaida Raizen, matanya memandang sekeliling dengan kebingungan yang terpancar jelas.

"Wahai jiwa manusia," ucap suara misterius dengan kelembutan yang mengalir seperti sungai yang tenang, "kau sekarang berada di alam baka."

"Apakah aku mati?" tanya Zenaida Raizen dengan suara gemetar."

"Apakah kau melupakan saat kau mati?" balas suara misterius dengan nada yang menunjukkan kebijaksanaan yang mendalam."

"Oh iya, saat itu, aku mati di tangan salah satu bandit brengsek. Tapi aku ingin bertanya, kau ini siapa dan apa?" ucap Zenaida Raizen dengan wajahnya yang mencerminkan keteguhan hati."

"Aku adalah malaikat maut," ucap malaikat maut dengan keanggunan yang menggetarkan."

"Jadi kau mau membawa aku ke mana, malaikat maut?" tanya Zenaida Raizen dengan rasa penasaran yang memenuhi suaranya."

"Sungguh, manusia adalah makhluk pelupa," ujar malaikat maut dengan sedikit senyum yang mengambang di bibirnya."

"Apa maksudmu, wahai malaikat maut?" tanya Zenaida Raizen dengan ekspresi penasaran yang semakin memperjelas ketidakpastian nya."

"Apakah kau mengingat tentang tiga mahluk yang pernah kau temui dan berkunjung ke tempat yang indah?" tanya malaikat maut, suaranya penuh dengan misteri yang menggugah imajinasi."

Narator: Saat malaikat maut berbicara demikian, Zenaida Raizen mulai mengingat kembali tentang tiga mahluk yang pernah ia temui dan berkunjung ke tempat yang indah yang dibicarakan oleh malaikat maut."

"Ah, aku ingat sekarang. Tiga makhluk itu adalah Bidadari, iblis, ular, dan aku dipilih untuk mengawasi dunia baru serta mendapatkan tempat tinggal yang indah," ucap Zenaida Raizen dengan nada yang penuh ingatan."

"Bagus jika kamu mengingatnya. Namun, aku tidak datang ke sini untuk berlibur atau berbicara santai. Aku datang untuk menjemputmu," ucap malaikat maut sambil mengangguk dan menatap tajam ke arah Zenaida Raizen."

Narator: Kemudian ada sebuah bola cahaya yang terang muncul di atas dia dan bola cahaya terang itu menjadi sebuah wujud yang sangat besar bisa menutupi timur dan barat. Malaikat maut ini memiliki sayap yang berjumlah sekitar 40 ribu. Tangan dari malaikat maut itu menuju ke Zenaida Raizen."

"Kenapa kamu menggunakan tanganmu yang besar terhadapku? Apakah kamu berniat untuk menghancurkan aku menjadi berkeping-keping?" ucap Zenaida Raizen dengan nada bingung, ekspresinya sedikit panik.

"Jangan khawatir, aku tidak akan menghancurkan mu. Aku akan menggenggam mu dengan lembut dan membawamu ke dunia yang diciptakan oleh Sang Penguasa seluruh alam semesta untukmu, wahai mahluk terpilih," ucap malaikat maut dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan ketakutan Zenaida Raizen."

Narator: Zenaida Raizen sudah digenggam olehnya ketika malaikat maut mulai melebarkan banyak sayapnya dan bersiap untuk terbang dengan kecepatan cahaya."

"Kalau begitu, kita akan berangkat," ucap Malaikat maut."

"Tunggu, aku ingin bertanya. Berapa lama kita akan sampai ke dunia itu dan tempat tinggal baru saya?" ucap Zenaida Raizen dengan wajah penuh pertimbangan."

Narator: Malaikat maut tersenyum sedikit saat mendengar pertanyaan itu dan menjawab pertanyaan Zenaida Raizen."

"Bagi kaum manusia, dibutuhkan triliunan tahun untuk mencapai dunia itu dan tempat tinggal barumu, tapi bagi kami, kaum malaikat, hanya butuh 2 hari untuk sampai ke duniamu dan tempat tinggal barumu," ucap malaikat maut dengan keangkuhan halus."

"Hmm, aku agak memahami. Baiklah," ucap Zenaida Raizen dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan penyesuaian."

Narator: Malaikat maut mulai terbang dengan kecepatan cahaya. Zenaida Raizen mulai melihat seluruh planet, bintang, dan batu-batu luar angkasa. Dia merasa sangat bahagia melihat pemandangan yang memukau ini, dan dia pun berkata."

"Puji syukurku atas segala sesuatu yang ditunjukkan dan dinikmati oleh Sang Penguasa seluruh alam semesta," ucap Zenaida Raizen dengan penuh kekaguman."

"Sangat baik. Teruslah memuji Sang Penguasa seluruh alam semesta yang memiliki segala isi dan seluruh makhluk hidup," ucap malaikat maut dengan tegas dan penuh keyakinan."

Narator: 2 hari kemudian, Planet Salana khusus diciptakan untuk Zenaida Raizen. Kemudian, terdapat tiga makhluk yang duduk terpisah dan berhadapan. Setiap makhluk memiliki nama: Cahaya, Zodiak, dan Dabi."

"Dia sudah mati dan telah dibangkitkan dalam wujud Jiwa," ucap Dabi dengan nada serius."

"Ya, kau benar," ucap Zodiak dengan penuh keyakinan."

"Dia pasti sedang dalam perjalanan menuju ke sini bersama tuan malaikat maut," ucap Cahaya dengan ekspresi optimis."

"Jujur, aku tidak menyukai kaum malaikat itu," ucap Zodiak dengan nada tajam."

"Kalian kaum iblis masih bermusuhan dengan kaum malaikat sejak zaman sebelum manusia diciptakan oleh Sang Penguasa seluruh alam semesta," ucap Dabi dengan nada mengingatkan."

"Tentu, itu adalah kenangan yang tidak akan pernah kami lupakan. Peperangan besar antara kaum kami dan kaum malaikat di bumi, menyebabkan banyak dari kaum kami tewas, hanya beberapa yang selamat. Aku termasuk yang disisakan saat itu," ucap Zodiak dengan ekspresi yang mencerminkan rasa sakit masa lalu."

"Kenapa bisa kaum kalian, Iblis, dibantai dan disisakan?, Aku tidak tahu akan sejarah itu karena berdiam diri di neraka," ucap Dabi dengan nada bertanya, mencerminkan rasa ingin tahu dan kebingungan yang mendalam."

Narator: Tiba-tiba terdengar suara keras yang penuh kemarahan menjawab pertanyaan Dabi."

"Penyebabnya adalah kaum Iblis telah membuat kerusakan yang parah terhadap bumi dan selalu ingkar lalu berdusta terhadap Pencipta kita. Jadinya, Sang Pencipta seluruh alam semesta marah. Kemudian, keluarlah sebuah perintah untuk malaikat untuk membantai dan menyisakan kaum Iblis," ucap Malaikat Maut dengan penuh amarah, ekspresi wajahnya mencerminkan kemarahan yang mendalam."

"Itu salah pimpinan para iblis. Mengapa kaum jin dan kaum setan yang malah dibasmi? Seharusnya yang dibasmi adalah pimpinan para iblis, bukan? Aku tidak tahu menahu soal masalah ini, tetapi mengapa aku yang menjadi masalah bagi pimpinan para iblis dan di kurung di neraka terdalam? Sungguh tidak adil," ucap Zodiak dengan suara penuh kebingungan dan ketidakpuasan."

"Itu karena kau memiliki darah murni dari pimpinan para iblis. Kau bukan keturunan kaum jin (pelayan) atau kaum setan (darah-campuran), melainkan murni kaum iblis. Dan untuk kaum jin (pelayan) dan kaum setan (darah-campuran), mereka adalah antek-antek para iblis, jadi kami membasminya juga," ucap malaikat maut dengan suara tegas, mencerminkan keyakinan pada tindakan yang diambil."

"Apa maksudmu aku memiliki darah murni? Aku terlahir di kalangan kaum setan, tidak mungkin darahku murni. Apa kalian para malaikat suka membuat kebohongan?" tanya Zodiak dengan nada menantang."

"Jaga ucapmu, wahai iblis. Kami tidak seperti kalian yang suka membuat kerusakan terhadap bumi dan ingkar, berdusta. Kami, kaum malaikat, adalah pelayan Sang Pencipta seluruh alam semesta yang selalu taat menjalankan perintah-Nya dan setia!" tegur malaikat maut dengan suara yang penuh otoritas dan kesetiaan."

Narator. Suasana mulai memanas. Zodiak dan malaikat maut mengeluarkan senjata mereka. Keduanya mulai saling menatap dengan niat membunuh yang tinggi, mengeluarkan kekuatan sampai daerah sekitarnya bergetar. Tiba-tiba, terdengar suara perempuan yang berteriak keras."

"Zodiak, cukup! Apakah kau melupakan perintah dari Sang Pencipta seluruh alam semesta? Jika kau sampai bertarung dengan Tuan Malaikat Maut yang agung, kau akan dikirim kembali ke neraka terdalam!" ucap Cahaya dengan suara yang memperingati Zodiak dengan tegas, wajahnya mencerminkan amarah yang mendalam."

"Tentu, aku tidak mau kembali ke sana!" ucap Zodiak dengan suara gemetar, ekspresinya memperlihatkan ketakutan yang jelas."

"Kalau begitu, diamlah dan jangan banyak bicara. Maafkan atas ketidaksopanan kami, wahai Malaikat Maut yang agung. Kami mengucapkan selamat datang. Apakah Anda membawanya kemari?" ucap Cahaya dengan suara yang lembut namun tetap tegas. Ekspresinya penuh kebahagiaan karena menyangkut Tuan barunya."

"Tentu, aku membawanya. Dia berada dalam genggaman tanganku dan sepertinya dia tertidur pulas selama perjalanan menuju ke sini. Aku akan membangunkannya. Hey, roh manusia, bangunlah dari tidurmu! Kita sudah sampai di duniamu," ucap malaikat maut dengan suara yang penuh otoritas dan kehadiran."

Narator: Kemudian, Zenaida Raizen terbangun sambil menguap."

"Apakah kita sudah sampai?" tanya Zenaida Raizen."

"Selamat kembali, Tuan Zenaida Raizen. Tentu saja, Anda sudah tiba di sini," jawab Cahaya."

"Kalau begitu, saya akan pergi. Saya tidak punya banyak waktu di sini. Masih ada banyak tugas yang belum selesai," kata malaikat maut."

"Terima kasih banyak, Malaikat Maut yang mulia," ucap Zenaida Raizen dengan penuh penghormatan."

"Tidak perlu menggunakan 'yang mulia'. Saya hanyalah makhluk ciptaan seperti Anda. Panggil saja saya Izalon," ucap Izalon dengan ramah."

"Baiklah, kalau begitu, Tuan Izalon," ucap Zenaida Raizen dengan sopan."

Narator: Setelah itu, Malaikat Maut terbang dengan kecepatan cahaya lagi, meninggalkan Planet Salana. Cahaya, Zodiak dan Dabi saling memandang, lalu mulai berbicara."

"Dia sudah pergi. Itu tadi sangat menyeramkan. Aku tidak mau berurusan dengan kaum malaikat untuk sekarang," ucap Dabi dengan suara gemetar, matanya masih mencerminkan ketegangan dari kejadian sebelumnya."

"Para kaum malaikat benar-benar menyebalkan, dan aku ingin membalas dendam kepada mereka," ucap Zodiak sambil menyilangkan lengannya dengan ekspresi marah yang terpancar jelas di wajahnya."

"Kalian berdua jangan mengoceh terus. Kita akan memperkenalkan dunia ini dan memperkenalkan istana emas ini," ucap Cahaya dengan suara tenang, mencoba menenangkan suasana di antara mereka."

"Maafkan aku," ucap Dabi sambil menundukkan kepala, ekspresi penyesalan tergambar di wajahnya."

"Oke lah," ucap Zodiak dengan nada acuh, masih terlihat kesal namun bersedia untuk melanjutkan."

"Kalau begitu, Tuan Zenaida Raizen, aku akan menjelaskan tentang dunia ini terlebih dahulu, dan berikutnya tentang luar-dalam istana emas untuk nanti," ucap Cahaya dengan penuh perhatian."

"Baik, aku tidak keberatan tentang itu. Jadi, mulailah penjelasan semuanya kepadaku yang masih bingung ini," ucap Zenaida Raizen dengan senyum ramah, menunjukkan ketertarikannya untuk memahami situasi yang sedang dihadapinya."

"Dunia ini dinamai Salana. Lalu, Salana memiliki 7 langit dan satu permukaan laut," jelas Cahaya, sementara matanya berbinar menyampaikan kekagumannya terhadap tempat yang mereka tinggali.

"Wilayah paling bawah medan alamnya dipenuhi dengan air, tidak ada tanah atau dataran," tambah Cahaya dengan nada yang menegaskan, memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi bawah Salana.

"Langit ke-1, langitnya tertutup abu vulkanik. Medan alamnya dipenuhi gunung berapi aktif yang mengeluarkan banyak aliran lava pijar, menciptakan," lanjut Cahaya, suaranya memancarkan ketegasan saat menggambarkan pemandangan yang ekstrem.

"Langit ke-2, wilayahnya dipenuhi oleh gunung batu dan permata. Alamnya memiliki gas beracun," ucap Cahaya, ekspresinya serius menunjukkan betapa berbahayanya lingkungan di langit kedua.

"Langit ke-3, wilayahnya dipenuhi oleh gunung es dan iklimnya sangat dingin," sambung Cahaya, menggambarkan suasana yang dingin dan penuh tantangan di langit ketiga.

"Langit ke-4, wilayahnya dipenuhi oleh rawa dan sungai yang sangat besar," lanjut Cahaya, wajahnya terpancar antusiasme saat menyampaikan informasi tentang langit keempat.

"Langit ke-5, langit yang cerah dihiasi oleh awan-awan berwarna emas yang mengambang indah di langit biru. Di bawahnya, medan alamnya terbentang luas dengan padang pasir tandus yang tidak berujung, tanpa jejak pohon atau rumput yang hijau. Angin kencang menerpa, mengangkat butiran-butiran pasir ke udara, menciptakan panorama gurun yang menakjubkan," papar Cahaya dengan semangat, membiarkan imajinasi para pendengar melayang ke alam yang eksotis di langit kelima.

"Langit ke-6, wilayahnya dipenuhi oleh hutan rimba dengan pepohonan yang besar-besar dan memiliki banyak buah segar-manis seperti madu. Sungai-sungai kecil mengalir dengan riang, menciptakan suasana yang hidup," tambah Cahaya dengan senyum cerah, membayangkan kecantikan dan keberagaman alam di langit keenam.

"Langit ke-7, langit malam terhampar dengan cahaya magis yang memukau, menciptakan suasana yang memikat. Medan alamnya dihiasi oleh taman bunga berwarna merah kuning yang mempesona, hutan kecil yang menyegarkan, dan sungai-sungai kecil yang mengalir dengan riang. Di tengah keindahan itu, berdiri megah sebuah istana emas yang menjulang, memberikan sentuhan kemewahan yang memikat di tengah-tengah alam yang ajaib ini, dan ada sedikit bukit," ucap Cahaya dengan penuh kekaguman, memberikan gambaran yang hidup tentang langit ketujuh."

Narator: Zenaida Raizen bertanya lagi."

"Berapa banyak jumlah ruangan di istana emas ini?" tanya Zenaida Raizen, matanya berbinar-binar penuh rasa ingin tahu.

"Istana emas ini mempunyai 1000 ruangan," jawab Cahaya dengan suara yang tenang dan penuh keyakinan.

"Wah, itu sungguh menakjubkan! Lalu, tentang dunia baru yang diciptakan oleh Sang Pencipta seluruh alam semesta, tolong jelaskan ya, Cahaya," ucap Zenaida Raizen dengan suara penuh kekaguman dan harap. Matanya bersinar-sinar, mencerminkan rasa ingin tahu dan antusiasmenya yang mendalam, sementara senyumnya mengisyaratkan ketertarikan yang besar terhadap penjelasan yang akan diberikan."

"Tentu, Tuan Zenaida Raizen," ucap Cahaya dengan penuh hormat sebelum memberikan penjelasan yang rinci tentang dunia baru.

"Ke-1, Planet Xemolon memiliki umur 4 miliar tahun, sedangkan bumi memiliki umur 4.5 miliar tahun atau lebih," jelas Cahaya dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan, mencerminkan kepastian informasi yang disampaikannya.

"Ke-2, planet Xemolon memiliki wujud yang sama seperti bumi, tetapi dunia yang baru diciptakan memiliki ukuran 10 kali lipat atau lebih besar dari Bumi," tambah Cahaya, wajahnya terpancar kekaguman akan kebesaran dan keunikan Planet yang diciptakan.

"Ke-3, Iklim Planet Xemolon termasuk seram, dan tidak ada perbedaan iklim di masing-masing wilayahnya, berbeda dengan Bumi," sambung Cahaya dengan suara yang menarik perhatian, memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi atmosfer di dunia baru.

"Ke-4, Makhluk-makhluk di Planet Xemolon memiliki daya tahan tubuh yang sangat tinggi, tidak seperti makhluk-makhluk di Bumi yang rentan terkena penyakit. Dan jangan terkejut, makhluk-makhluk itu memiliki kecerdasan tinggi dan mampu berbicara," ucap Cahaya dengan semangat, menyampaikan fakta yang mengejutkan namun menarik tentang dunia baru yang diciptakan."

"Aku masih agak bingung. Di sana ada ras makhluk hidup seperti apa?" ucap Zenaida Raizen dengan suara lembut, alisnya sedikit terangkat menunjukkan kebingungannya.

"Ras Malaikat,

Ras Iblis. Setan. Ifrit. Jin,

Ras Manusia,

Ras Naga,

Ras pepohonan dan tanaman,

Ras raksasa,

Ras binatang buas,

Ras binatang laut,

Ras burung langit-darat,

Ras manusia mini,

Ras peri kecil,

Ras Elf,

Ras eksperimen sihir,

Ras goblin,

Ras orc,

Ras Vampir,

Ras Siluman,

Ras Setengah manusia,

Ras ikan laut,

Ras Reptil, Dan masih banyak lagi. Saya tidak akan menyebutkan semua karena menjadi panjang dan membosankan, tuanku," ucap Cahaya dengan senyum ramah, memberikan informasi dengan penuh kesabaran.

"Jadi, siapa di antara mereka yang kuat? Aku bertanya seperti untuk persiapan jika salah satu dari ras itu menjadi musuhku suatu saat nanti," ucap Zenaida Raizen dengan nada penasaran, wajahnya menunjukkan keingintahuan yang tulus.

Narator: Saat Zenaida Raizen berbicara seperti itu, Cahaya terlihat sedikit agak bingung dan bertanya."

"Apakah Tuan ingin melawan ras Malaikat di suatu hari nanti?" dengan nada yang curiga, ekspresinya menatap Zenaida Raizen tanpa berkedip.

"Saya tidak akan melawan ras Malaikat, jika aku sampai melakukan tindakan seperti itu, sama saja menggali kuburanku sendiri" ucap Zenaida Raizen dengan suara yang tegas namun penuh pertimbangan. Sorot matanya menunjukkan ketegasan namun juga keraguan yang mendalam.

"Aku mengerti, dan yang terkuat adalah ras Malaikat, tapi mereka tidak diperbolehkan menggunakan kekuatan penuh di dunia fana dan tidak diperbolehkan ikut campur dalam urusan makhluk-makhluk dunia fana," ucap Cahaya dengan suara yang penuh pengetahuan, matanya bersinar menyiratkan kebijaksanaan yang mendalam.

"Yang kedua adalah ras Iblis, mereka memiliki kekuatan sihir api neraka yang bisa membakar segala jenis benda," lanjut Cahaya dengan suara yang tenang, menggambarkan kekuatan yang dimiliki dengan jelas.

"Dan yang ketiga adalah ras naga, yang berumur agak dewasa memiliki tenaga fisik luar biasa, dan naga yang berumur sangat tua bisa menggunakan segala jenis sihir dan memiliki kulit yang sangat keras. Itu saja dari saya, Tuanku," tambah Cahaya dengan penuh kehati-hatian, memberikan informasi dengan jelas dan singkat."

"Terima kasih banyak atas penjelasannya, Cahaya. Oh ya, ngomong-ngomong, apakah aku boleh ke wilayah paling bawah dan ke setiap tingkatan langit di planet Salana?" ucap Zenaida Raizen."

"Tentu saja, Anda diperbolehkan melihat seisi planet Salana ini, yang secara khusus diciptakan oleh Sang Pencipta seluruh alam semesta untuk Anda. Kalau begitu, Anda mau didampingi oleh siapa saat melihat seluruh Salana ini?" ucap Cahaya."

"Kalau begitu, denganmu Cahaya," ucap Zenaida Raizen."

"Saya mengerti, Tuanku. Dan apakah saya boleh memeluk Anda?" ucap Cahaya."

Narator: Ketika Cahaya berbicara seperti itu, Zenaida Raizen merasa sedikit malu dan tersipu."

"Untuk apa memelukku?" ucap Zenaida Raizen dengan ekspresi ragu."

"Saya akan membawa Anda ke dataran Planet Salana terlebih dahulu, jadi saya akan terbang untuk turun ke bawah," ucap Cahaya dengan tegas."

"Oh, seperti itu. Aku mengira, untuk apa, dan kenapa kita harus terbang? Apakah sihir teleportasi tidak ada?" ucap Zenaida Raizen, ekspresinya penuh dengan keingintahuan."

"Sihir teleportasi tidak ada di planet Salana atau di planet Xemolon, melainkan yang ada adalah sihir portal antar planet," jelas Cahaya."

"Oh. Satu lagi, apakah sihir untuk kembali ke masa lalu ada atau tidak?" tanya Zenaida Raizen lagi."

"Tidak ada. Kembali ke masa lalu hanyalah khayalan dari ras manusia yang gagal menghadapi kehidupan dan berusaha lari dari kenyataan duniawi," jawab Cahaya dengan mantap."

"Ya, kau benar sekali," ucap Zenaida Raizen mengangguk mengerti."

"Kalau begitu, kita berangkat ke dataran terlebih dahulu, setelah itu menuju tingkatan langit-langit," ucap Cahaya, menetapkan rencana perjalanan mereka."

Narator: Kemudian Cahaya mengibaskan sayap-sayapnya yang indah, lalu ia terbang menuju wilayah dasar planet Salana, Zenaida Raizen kini berada dalam pelukan Cahaya sambil terbang, lalu ia melihat ke bawah. Benar kata Cahaya, semuanya terisi oleh air laut."

"Dimana portal gerbang antar Langit, Cahaya?" tanya Zenaida Raizen, matanya berbinar penuh keingintahuan."

"portal gerbang antar Langit berada di dasar bawah laut, kedalamannya sekitar 1000 meter di atas permukaan. Apakah Anda ingin pergi ke sana melalui pintu gerbang antar Langit atau memilih terbang menggunakan sayap saya ke langit satu?" jelas Cahaya, wajahnya penuh dengan kebaikan dan kesediaan membantu."

"Aku ingin melihat portal gerbang antar Langit di dalam laut, dan jika kita terbang, itu tidak akan menyenangkan untuk melihat seluruh dunia ini," ungkap Zenaida Raizen dengan nada penuh minat, sambil menatap Cahaya dengan antusiasme."

"Saya mengerti, tuanku. Kalau begitu, Aktifkan sihir lingkaran pelindung. Aku akan melepas sayapku dan masuk ke dalam laut," ucap Cahaya dengan penuh dedikasi."

"Oke," jawab Zenaida Raizen sambil tersenyum, menunjukkan kepercayaan pada Cahaya."

Narator: kedua Sayap Cahaya mulai memudar dan cahaya mulai meresap ke dalam laut, lalu menuju langsung ke pintu gerbang antar Langit. Setelah itu, Zenaida Raizen mulai melihat keindahan lautan yang begitu mempesona sehingga dia tak bisa berkata-kata lagi.

Kemudian, mereka berdua sudah sampai di tempat portal gerbang antar Langit."

"Wow, Jadi ini adalah portal gerbang antar Langit, ini benar-benar sangat berkilau dan mewah sekali. Cahaya, aku ingin bertanya, pintu gerbang antar Langit ini dibuat dari bahan apa?" ucap Zenaida Raizen dengan penuh kagum."

"Itu terbuat dari bermacam-macam berlian dan permata," jawab Cahaya."

"Apakah semua berlian dan permata berasal dari lautan ini, Cahaya?" tanya Zenaida Raizen."

"Tidak, Tuanku. Berlian dan permata ini berasal dari langit kedua," jelas Cahaya."

"Oh, begitu ya. Dan apakah aku diperbolehkan membawa makhluk hidup untuk tinggal di sini?" lanjut Zenaida Raizen."

"Tentu, Anda diperbolehkan membawa banyak makhluk hidup untuk tinggal di Seluruh planet Salana ini adalah milik Zenaida Raizen. Dan jangan lupa, Tuan, planet Salana ini hanya pemberian dari Sang Penguasa Seluruh Alam Semesta untuk Tuan. Tuan jangan sekali-kali melanggar janji dan menentang Sang Penguasa Seluruh Alam Semesta. Jika Tuan melakukannya, seluruh planet Salana ini akan diambil kembali. Saya mengatakan ini untuk memberi tahu Tuan, bukan untuk hal lain," ucap Cahaya dengan serius."

"Aku mengerti. Apakah kita bisa melanjutkan untuk melihat-lihat wilayah planet Salana lagi?" tanya Zenaida Raizen."

"Tentu saja," jawab Cahaya dengan senang."

Narator: Setelah itu cahaya meletakkan tangannya yang indah ke sebuah kaca tiba-tiba kaca itu menampilkan sebuah sistem dan suara sistem mulai terdengar,"

"Proses persiapan sistem sedang berlangsung, mohon tunggu sejenak," kata Suara Sistem dengan suara yang tenang dan profesional."

"Apakah sistemnya selalu seperti ini?." ucap Zenaida Raizen menunjukkan keheranannya."

"Tidak seperti yang biasa, Tuan," tambah Cahaya dengan nada yang penuh perhatian."

Narator: Tiba-tiba, Cahaya memukul kacanya dengan sedikit keras sehingga terdengar bunyi "bruk-bruk", dan dengan tanpa sengaja tindakannya itu memperlihatkan sisi kasarnya. Zenaida Raizen hanya menatapnya penuh dengan rasa takut."

Cahaya : woy cepat bangun dan cepat aktifkan sihir portal langit kesatu. tuan Zenaida Raizen ingin kesana."

Narator: Zenaida Raizen mulai bertanya kepada Cahaya."

"Cahaya, apakah ada seseorang yang mengendalikan sistem ini? Saya berharap Anda jujur dengan saya, tidak ada yang perlu ditutupi," ucap Zenaida Raizen dengan serius, matanya mencerminkan kekhawatiran yang dalam."

"Ya, tuan. Di balik sistem ini, ada seorang mahluk yang mengontrolnya. Namun, dia sedang tertidur pulas, jadi saya berteriak keras," jawab Cahaya dengan cepat, wajahnya tegang, menunjukkan kekhawatiran akan situasi tersebut."

"Oh, begitu rupanya. Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Zenaida Raizen, mencoba memahami situasinya, raut wajahnya mencerminkan ketidakpastian."

"Tentu, kita akan membangunkannya dengan cara yang kasar," ucap Cahaya dengan mantap."

"Saya tidak mengerti sama sekali," ucap Zenaida Raizen, kebingungan semakin terlihat di wajahnya, menampilkan ketidakmengertian yang jelas."

"Aku akan menggunakan gelombang kejut listrik," ucap Cahaya, memberikan solusi dengan nada yang menyeramkan, mencerminkan keputusannya yang tegas."

"Baiklah, lakukanlah," ucap Zenaida Raizen, menerima keputusan tersebut dengan hati-hati, menunjukkan kesiapannya untuk melangkah maju dengan hati-hati."

"Dengan senang hati, tuan," ucap Cahaya dengan ramah sambil tersenyum. "Aktifkan sihir tipe petir: 10 jarum petir kecil," tambahnya sambil merapal sebuah mantra sihir dengan penuh konsentrasi."

Narator: Kemudian, sepuluh jarum petir kecil mulai muncul dan menyusup ke dalam sela-sela sistem, meluncur menuju tempat seseorang yang sedang tertidur."

Narator: Di dalam ruang kontrol sistem, sebuah mahluk tertidur pulas di bangku kerja yang empuk, sementara meja di depannya dipenuhi dengan makanan dan minuman. Kemudian, sepuluh jarum petir kecil tiba di ruangan, menyengat mahluk tersebut. Mahluk itu mulai mengerang kesakitan dan terbangun dari tidurnya yang pulas, lalu terjatuh dari bangkunya dengan keras.

"Argh, sakit sekali. Siapa di sana! Kau berani menyerang ku saat aku tertidur pulas, dasar pengecut!" ucap Sang Mahluk, ekspresinya penuh dengan kebingungan dan kekesalan."

"Hm. Sungguh enak sekali kamu tertidur pulas saat bertugas!" ucap Cahaya dengan nada yang sedikit sinis, menunjukkan ketidaksenangannya atas situasi yang terjadi."

Narator: Sang Mahluk terkejut mendengar suara dari lawan bicaranya dan mulai membalas dengan panik yang nyata."

"Wah, nona Cahaya, apa urusan Anda datang kemari?" tanya Mahluk dengan tajam.

"Cepat aktifkan sihir portal antar langit. Saya membawa Tuan Zenaida Raizen untuk melihat seluruh Planet Salana. Paham?" Cahaya menyuarakan permintaannya dengan tegas."

"Apa! Tuan Zenaida Raizen di sini? Berarti jiwanya telah dibangunkan," kata Sang Mahluk dengan nada terkejut."

"Cukup! Omong kosongnya, cepat Aktifkan portal antar langit sekarang juga. Kami ingin ke langit pertama dan tingkatkan langit berikutnya," perintah Cahaya dengan nada tegas."

"Saya mengerti," jawab Sang Mahluk dengan tegas, wajahnya penuh dengan ketegasan dan tekad. "Aktifkan sihir tipe Cahaya, buka portal gerbang antar langit menuju langit pertama," lanjutnya sambil mengangguk, kemudian sang makhluk merapal sebuah mantra sihir dengan penuh keahlian."

Narator: Cahaya dan Zenaida Raizen mulai masuk ke dalam portal gerbang antar langit. Kemudian, dua siluet mereka menghilang, dan keduanya menuju ke langit pertama."

"Ah, mengganggu saja aku lagi asik tidur, Baiklah, saat melanjutkan tertidur, keluh Sang Mahluk dengan suara mengantuk, wajahnya terlihat masih setengah terjaga."

Narator: Sang Mahluk membersihkan mejanya yang kotor penuh makanan-minuman dan bangkunya yang jatuh kelantai, sesudah ruangan bersih, lalu Sang mahluk menggunakan mejanya untuk dijadikan sebagai tempat tidur tapi saat mahluk mau tertidur lagi tiba-tiba sang makhluk mengingat sebuah sesuatu,"

"Oops, aku hampir lupa bahwa seluruh sistem belum diaktifkan sepenuhnya. Jika nona Cahaya ingin melanjutkan ke langit berikutnya dan mengetahui bahwa aku belum mengaktifkan sistemnya," ucap Sang Mahluk, ekspresinya mencerminkan campuran antara kepanikan yang tiba-tiba muncul dan kekhawatiran yang jelas terlihat di matanya akan akibat dari kelalaiannya.

"Aku pasti akan mendapat hukuman yang lebih parah daripada 10 jarum petir kecil tadi," tambahnya dengan suara gemetar, yang mencerminkan ketidakpastian dan kecemasan akan konsekuensi yang mungkin akan dia hadapi."

Narator: Sang Mahluk mengaktifkan seluruh sistem portal antar langit, lalu kembali tertidur dengan sangat pulas."

****

Narator: Planet Salana, langit ke-1 penuh dengan gunung berapi yang memuntahkan batu panas dan lahar. Suara gemuruh terus bergema di sekitarnya. Zenaida Raizen baru saja melihat gunung berapi yang aktif dari dekat, dia terkesima dan sangat ketakutan."

"Apakah tuan mau berkeliling di sekitar sini?" ucap Cahaya dengan ramah."

"Terus gimana kita jalan melewati lahar panas dan batu panas?" ucap Zenaida Raizen, wajahnya mencerminkan kekhawatiran."

"Itu gampang, tuan. Aku akan terbang dengan sayap dan mengaktifkan sihir tipe pelindung," jawab Cahaya dengan percaya diri."

"Tidak usah, aku berubah pikiran. Lagian, ini sangat panas, jadi lebih baik kita cepat-cepat pindah ke langit berikutnya," ucap Zenaida Raizen dengan mantap."

"Saya mengerti, tuan. Kalau begitu, sistem, aktifkan sihir tipe cahaya untuk bertukar tempat lagi," tambah Cahaya, siap untuk bertindak."

Narator: Cahaya dan Zenaida Raizen masuk ke portal untuk masuk ke tingkatan langit-langit berikutnya, menelusuri fenomena alam dan iklim di seluruh Planet Salana. Setelah mencapai langit ketujuh, mereka berdiri di depan pintu masuk istana emas. Saat pintu masuk terbuka, mereka masuk ke dalam. Di dalam aula besar istana, mereka menemukan seorang mahluk yang berdiri di tengah ruangan. Cahaya dan Zenaida Raizen segera mengenalinya sebagai kepala pelayan dan mendengarkan dengan seksama saat dia mulai berbicara kepada mereka berdua."

"Selamat datang kembali, Tuan Zenaida Raizen dan Nona Cahaya," ucap kepala pelayan dengan ramah."

"Terima kasih atas kerja kerasnya, kepala pelayan. Ingatlah untuk tidak terlalu banyak bekerja," ucap Zenaida Raizen dengan lembut."

"Oh, perkataan Tuan sangat mulia bagi kami, dan Tuan sungguh murah hati. Namun, pujian itu tidak layak bagi kami para pelayan," ucap kepala pelayan dengan rendah hati."

"Terimalah pujian yang tulus dari Tuan, Kepala Pelayan," kata Cahaya dengan sopan."

"Nona Cahaya, terima kasih," ucap kepala pelayan."

"Kalau begitu, jangan bicara omong kosong lagi, ya?" Cahaya meminta kepala pelayan.

"Tolong antar Tuan Zenaida Raizen ke kamar tidur. Sepertinya Tuan benar-benar sudah lelah. Dan jangan lupa, berikan Tuan makanan dan minuman terlebih dahulu," tambahnya."

"Ya, saya mengerti. Nona Cahaya. Akan saya lakukan yang terbaik untuk memastikan Tuan Zenaida Raizen nyaman," ucap kepala pelayan dengan penuh tanggung jawab."

Narator: Setelah mengantarkan Zenaida Raizen ke ruang makan dan setelah makan, kepala pelayan membawanya ke kamar tidur. Begitu mereka sampai di pintu masuk kamar tidur, kepala pelayan mulai berbicara."

"Ini adalah kamar tidur Tuan. Jika Tuan ingin makan atau minum, atau ada hal lain yang Tuan butuhkan, Tuan bisa memanggil kami dengan membunyikan lonceng kecil yang ada di meja dekat kasur," ucap kepala pelayan dengan sopan.

"Kalau begitu, saya pamit kembali bekerja. Selamat beristirahat, Tuan Zenaida Raizen," tambahnya sambil memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan."

Narator: Zenaida Raizen memasuki kamar tidurnya dan mulai memeriksa setiap sudut ruangan. Di sekelilingnya, berbagai interior berkilauan dan indah memenuhi ruangan. Tanpa ragu, tubuh bulat Zenaida Raizen melompat menuju kasur bulat yang tubuhnya memantul di atasnya, karena kasurnya begitu empuk seperti awan. Dengan senang hati, ia merasakan tubuhnya tenggelam dalam selimut yang lembut dan empuk. Bersyukur atas kenyamanan yang diberikan, Zenaida Raizen menikmati momen istirahatnya dengan penuh sukacita."

"Sungguh, ini benar-benar yang terbaik, mendapatkan segalanya saat sudah mati, saat aku masih hidup di bumi. Segalanya telah hilang dari hidupku: orang tuaku telah dibunuh saat aku masih bayi, aku dibesarkan oleh bibi Pola dari teman ibuku, tapi bibi Pola juga telah tiada karena diracuni. Wanita yang ku cintai telah meninggalkanku untuk pria lain. Aku harap semua orang brengsek di bumi segera binasa. Waktunya untuk tidur, aku sudah lelah," ucap Zenaida Raizen dengan suara penuh kekecewaan dan kelelahan."

-Bersambung-

-Next Bab - kekaisaran serigala (Ras manusia)

Episodes
1 Prologue
2 Rapat tahunan bunker Ahool
3 Melaksanakan tugas dari pimpinan tertinggi bunker Ahool
4 Kematian Zenaida Raizen
5 Planet Salana
6 Planet Xemolon. Kekaisaran serigala, Warga menolak peperangan."
7 "Planet Xemolon: Kekaisaran Serigala Kaisar Menemui Para Demonstran"
8 Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran serigala) Part 3
9 Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran serigala) Part akhir
10 Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 1
11 Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 2
12 Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 3
13 Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 4
14 Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part akhir
15 Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 1
16 Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 2
17 Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 3
18 Awal mula perkenalan 3 dunia - kekaisaran iblis - Part akhir
19 Menuju Dunia Baru - Kaisar Naga Agung-
20 Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part 1 -
21 Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part 2-
22 Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part akhir-
23 "Planet Xemolon: Memasuki Ibukota Nexfix Republik Nusanlon"
24 Planet Xemolon - Republik Nusanlon - Organisasi tentara bayaran pemburu monster
25 Planet Xemolon: flashback sebelum memasuki Republik Nusanlon
26 Republik Nusanlon: Hari pertama mengambil quest part 1
27 Republik Nusanlon: Hari pertama menjalankan quest part 2
28 Republik Nusanlon: menjalankan quest part 3
Episodes

Updated 28 Episodes

1
Prologue
2
Rapat tahunan bunker Ahool
3
Melaksanakan tugas dari pimpinan tertinggi bunker Ahool
4
Kematian Zenaida Raizen
5
Planet Salana
6
Planet Xemolon. Kekaisaran serigala, Warga menolak peperangan."
7
"Planet Xemolon: Kekaisaran Serigala Kaisar Menemui Para Demonstran"
8
Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran serigala) Part 3
9
Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran serigala) Part akhir
10
Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 1
11
Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 2
12
Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 3
13
Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part 4
14
Awal mula perkenalan 3 dunia (kerajaan surga) Part akhir
15
Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 1
16
Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 2
17
Awal mula perkenalan 3 dunia (kekaisaran iblis) Part 3
18
Awal mula perkenalan 3 dunia - kekaisaran iblis - Part akhir
19
Menuju Dunia Baru - Kaisar Naga Agung-
20
Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part 1 -
21
Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part 2-
22
Menuju Dunia Baru - Turunnya sang utusan- Part akhir-
23
"Planet Xemolon: Memasuki Ibukota Nexfix Republik Nusanlon"
24
Planet Xemolon - Republik Nusanlon - Organisasi tentara bayaran pemburu monster
25
Planet Xemolon: flashback sebelum memasuki Republik Nusanlon
26
Republik Nusanlon: Hari pertama mengambil quest part 1
27
Republik Nusanlon: Hari pertama menjalankan quest part 2
28
Republik Nusanlon: menjalankan quest part 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!