Narator: Bumi tahun 2101, tanggal 1 Januari, pukul 08.00 pagi, di lantai 1 ruang utama bunker, pasukan khusus pencari berkumpul untuk menunggu kedatangan Komandan Zenaida Raizen. Suara terompet menggelegar, menandakan kedatangannya yang segera. Pasukan segera memperkuat dan merapikan barisannya. Ketika lift terbuka, Zenaida Raizen, komandan mereka, muncul. Para pasukan memberikan salam hormat militer, sementara dia mulai berbicara dengan keras untuk memeriksa persiapan mereka dan memberikan arahan untuk tugas mendatang."
"Selamat pagi, Semuanya," ucap Zenaida Raizen dengan nada yang keras dan tegas."
"Pagi. Pagi. Pagi. Pak komandan," ucap semua pasukan khusus pencari dengan penuh semangat."
"Bagus, kalian pagi ini sangat bersemangat. Saya bangga dengan kalian semua," ucap Zenaida Raizen dengan nada senang dan bangga terhadap anak buahnya."
"SIAP! Terima kasih, Pak Komandan! Dan kami semua mengucapkan selamat atas kenaikan pangkat menjadi Komandan Pasukan ini secara resmi, Pak Komandan," ucap semua pasukan dengan nada yang begitu senang dan bangga."
"Malah Aku yang harus berterima kasih kepada kalian. Tanpa kalian, saya hanya prajurit biasa dan bukan siapa-siapa di bunker Ahool," ucap Zenaida Raizen dengan nada bangga dan terharu, ekspresinya begitu bahagia."
SIAP!!! Pak komandan!!!." ucap Semua pasukan."
"Kalau begitu, kita mendapatkan sebuah perintah dari pimpinan tertinggi. Perintahnya berbunyi seperti nih, pasukan khusus pencari fokuslah mencari makanan dan obat-obatan saja. Dan ini pesan aku untuk kalian jangan ada yang kehilangan nyawa. Kalian sangat penting untuk memulihkan peradaban manusia, dan jangan lengah sedikitpun. Di dunia luar, banyak sekali bandit-bandit dan pasukan musuh," ucap Zenaida Raizen dengan serius, menekankan pentingnya tugas mereka dengan ekspresi yang penuh perhatian."
Siapa Pak Komandan!!!!." ucap semua pasukan."
"Kalau begitu, kalian kembali ke barak, mengambil perlengkapan khusus pelindung dan persenjataan. Kalian harus kembali ke sini jam 8.20," ucap Zenaida Raizen dengan tegas dan berwibawa, memastikan bahwa perintahnya diikuti dengan ketat. Ekspresinya menunjukkan otoritas yang kuat dan kewaspadaan terhadap tugas yang akan dijalankan oleh pasukannya."
SIAP!!! Pak komandan!!!." ucap semua pasukan."
Para pasukan mulai berlarian menuju barak dengan begitu tergesa-gesa sehingga mereka berdesakan."
"Minggir," tegaskan pasukan 1 dengan tegas, menekankan perlunya memberi ruang bagi yang lain."
"Tubuh saya terjepit," ucap pasukan 2 dengan nada cemas, menyiratkan kesulitan yang dialaminya."
"Tolong, mari kita hindari desakan. Mereka yang terjepit akan sangat kesulitan," ucap pasukan 3 dengan suara penuh perhatian, menunjukkan empati terhadap situasi yang sulit."
"Berisik kalian! Kita semua tidak ingin mendapat teguran atau hukuman karena terlambat," tegur pasukan 4 dengan nada ketegasan, menekankan pentingnya menjaga disiplin tanpa kompromi."
Narator: Pukul 08.20, Komandan pasukan khusus pencari menetap di lantai 1 sambil menunggu pasukannya bersiap. Kemudian, setelah semua pasukan kembali, mereka berbaris dengan rapi dan telah mengenakan semua perlengkapan tempur."
"Ayo kita berangkat, dan ingat, jangan sampai lengah," ucap Zenaida Raizen dengan suara tegas yang penuh peringatan, menekankan pentingnya kewaspadaan kepada para anggota."
Semua pasukan : Siap!!! PAK Komandan!!!."
Narator: Zenaida Raizen dan anak buahnya mulai memasuki truk yang telah disiapkan untuk mencari makanan dan obat-obatan. Saat Zenaida Raizen melihat penjaga pintu gerbang memberikan isyarat dengan bahasa isyarat untuk membuka pintu gerbang, penjaga pintu gerbang menyadari maksudnya. Tanpa ragu, penjaga pintu gerbang segera membukakan pintu. Sebelum mereka berangkat, penjaga pintu gerbang menyapa mereka dengan tulus dan mendoakan keselamatan bagi Zenaida Raizen dan rombongannya dalam perjalanan mereka."
"Komandan Zenaida Raizen, semoga Anda dan para prajurit dilindungi oleh Sang Maha Penguasa dan diberikan keselamatan yang tiada tara," ucap penjaga pintu gerbang dengan wajah tulus penuh penghormatan, matanya bersinar menandakan keyakinan yang mendalam pada doanya.
Narator: Truk berhenti sejenak, dan Zenaida Raizen turun dari truk. Dia menghadap ke penjaga gerbang sambil menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda penghormatan, lalu berkata dengan penuh sopan dan menghormati."
"Terima kasih atas doa yang engkau panjatkan untukku dan anak buahku," ucap Zenaida Raizen dengan nada tulus, sementara matanya bersinar penuh apresiasi, mencerminkan rasa terharu yang dalam."
"Aku tidak pantas menerima terima kasih. Bagi setiap prajurit, mendoakan sesama prajurit adalah hal yang lumrah, terutama ketika menghadapi perintah untuk memasuki dunia luar yang penuh bahaya," ucap penjaga pintu gerbang dengan suara rendah yang penuh pengertian, wajahnya mencerminkan rasa solidaritas dan tanggung jawab yang mendalam terhadap sesama prajurit bunker Ahool."
Narator: Zenaida Raizen tersenyum tipis saat naik kembali ke dalam truk. Kemudian, truk yang mengangkut Zenaida Raizen dan anak buahnya mulai meluncur keluar."
*****
Narator: Dunia luar di kota tersebut pada pukul 12.00 siang. Terlihat banyak bangunan, gedung toko, dan mobil yang berkarat, penyok, serta barang-barang lain yang hancur akibat ledakan senjata nuklir.
Di sebuah toko yang setengah hancur, merupakan markas bagi segerombolan bandit. Mereka berjumlah sekitar 100 orang, terdiri dari 70 pria dan 30 wanita. Suasana di dalam ruangan bawah tanah toko itu begitu ramai. Beberapa di antara mereka asyik bermain kartu remi, ada yang sedang bertarung gulat atau tinju, bahkan ada yang sedang terlibat dalam hubungan intim di atas meja dan sofa, sementara yang lain menikmati minuman keras. Konflik pun terjadi di antara mereka, baik dalam memperebutkan wanita maupun hal-hal lain di kehidupan bawah tanah markas bandit tersebut.
Tiba-tiba, seseorang membuka pintu masuk markas bandit itu. Diam-diam, semua orang di dalam berhenti dan memperhatikan kedatangan orang tersebut. Salah satu bandit akhirnya memberanikan diri untuk berbicara dengan orang itu."
"Ada apa, Azek? Kenapa kau berkeringat dan wajahmu agak pucat?" tanya seorang bandit dengan nada penasaran."
"Dimana bos kita? Segera beritahu aku sekarang. Jangan buang-buang waktu. Ini berita penting," jawab Azek dengan nada tegas."
"Wow, santai-santai, jangan terlalu tegang. Bos kita sedang berada di ruang tidurnya di bawah, tapi sebelum masuk, pastikan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu," ucap bandit."
"Mengapa?" tanya Azek."
"Bos kita sedang sibuk dengan para wanita. Jadi, jangan masuk begitu saja. Kau akan membuatnya marah karena terganggu. Ngomong-ngomong, apakah kau akan memberitahuku tentang berita yang kau bawa ini?" lanjut bandit."
"Ah, ya, aku mengerti. Ada sebuah pasukan bunker berjumlah 50 orang menuju ke kota. Mereka membawa bendera dengan simbol kelelawar merah. Tujuan mereka adalah runtuhan supermarket. Baiklah, saya akan ke ruang tidur bos sambil menunggu dia selesai," ujar Azek."
"Apa kata kau! Ini sangat serius. Aku harus memberitahu semua orang," ucap bandit dengan nada khawatir."
Narator: Di sebuah ruangan tidur yang remang-remang, cahaya lampu menyala samar-samar. Terlihat tiga orang di dalamnya, satu pria dan dua wanita cantik, semuanya telanjang bulat di atas kasur. Suara desahan wanita terdengar cukup keras di dalam ruangan tersebut."
"Ah, mmn, ah, mmn," desah wanita dengan suara yang terengah-engah, ekspresinya dipenuhi dengan campuran kenikmatan dan keinginan. " Teruslah, sodok sampai ujung rahimku, bos," lanjutnya dengan suara yang penuh gairah."
Narator: Pria itu mempercepat gerakannya sampai wanita itu mencapai puncak kenikmatan, membuat tubuh wanita itu lemas. Setelah itu, pria itu melirik ke arah wanita cantik lainnya. Wanita itu memahami, lalu dengan sigap membuka selangkangannya. Pria itu bergegas menuju ke arah wanita cantik yang lain dan mulai bercinta dengannya. Dengan gerakan yang penuh gairah, Sang pria memulai menggoyangkan pinggangnya lagi. wanita cantik yang lain mulai meraung-raung dalam kenikmatan yang memuncak."
"Bos, lebih keras lagi. Lebih keras lagi. Lebih keras lagi. Yes. Mmn. Yes. Mmn," ucap wanita nomor 2 dengan suara yang penuh kenikmatan, sementara ekspresinya memancarkan kepuasan dan kenikmatan yang dalam, menandakan bahwa dia sedang mencapai orgasme."
"Ah, Aku mau keluar. Di mana aku harus melepaskan benihku ini?." Ucap bos besar, ekspresinya mencerminkan puncak orgasme yang sangat tinggi, dengan nada suara yang tak nah dan mata yang melotot, mencari tempat untuk melepaskan benihnya."
"Keluarkan sperma itu di dalam rahimku saja bos," ucap wanita nomor 2 dengan suara yang penuh gairah dan ekspresi yang memancarkan keinginan yang mendalam, mengisyaratkan kepuasan dan antusiasme yang tak tertahankan."
"Ahhhhh, aku keluar sekarang," ucap bos besar dengan suara yang tengah-tengah, sementara spermanya melepaskan diri dan memenuhi rahim wanita nomor 2. Ekspresinya memancarkan kepuasan dan kenikmatan yang mendalam, mengisyaratkan momen puncak dari pengalaman seksual yang intens."
Narator: Bos besar melepaskan dirinya di rahim wanita kedua. Setelahnya, dia mengambil nafas dalam-dalam, terlihat sedikit rasa lelah di wajahnya. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu."
"Bos, saya memiliki berita penting yang perlu saya sampaikan kepada Anda," ucap Azek dengan wajah serius di depan pintu."
"Tentu, silakan masuk. Saya telah menyelesaikan urusan saya." ucap Bos besar."
"Dengan senang hati," jawab Azek sambil memasuki ruangan."
Narator: Azek memasuki kamar tidur bos besar dan pandangannya langsung tertuju pada dua wanita yang telanjang bulat dan terlihat kelelahan di atas kasur yang berlumuran cairan. Kemudian, matanya beralih ke bos besar yang duduk di samping salah satu wanita tersebut. Bos besar tersenyum kepada Azek sebelum berbicara."
"Apakah ingin mencoba para wanita itu, Azek? Kalau mau, pakai yang tertidur di sana. Soalnya, rahimnya belum terisi benih saya. yang telah terisi benih saya adalah wanita yang berada di samping saya." ucap bos besar dengan nada menawarkan, ekspresinya mencerminkan kelelahan yang mendalam."
"Nanti saja, bos. Eh, tunggu, bukan itu maksudku. Saya datang kemari ingin melaporkan sesuatu, bos." ucap Azek, mencoba menegaskan maksudnya."
"Laporan apa itu?" tanya bos besar."
"Aku telah melihat sebuah grup pasukan. Mereka memiliki bendera dengan simbol kelelawar merah dan lengkap dengan persenjataan. Mereka berjumlah sekitar 50 orang," jelas Azek."
"Apakah kau yakin jumlahnya tidak salah? Biasanya Ahool mengirim pasukan dengan jumlah yang lebih besar, sekitar 100 orang atau lebih," bos besar mempertanyakan perhitungan Azek."
"Sungguh, bos. Saya tidak salah menghitung. Namun, saya punya pemikiran bahwa mengapa jumlah mereka hanya 50 orang. Pasti ada sesuatu yang terjadi di bunker mereka, mungkin sebagian pasukan mereka terkena penyakit atau mati secara misterius," spekulasi Azek dengan wajah serius."
Iya. Pemikiran mu sangat masuk akal." ucap bos besar."
"Iya, pemikiranmu sangat masuk akal," ucap Bos besar dengan ekspresi serius yang menunjukkan pertimbangan matang."
"Kalau begitu, Apa rencana kita, Bos?. Apakah kita akan menggunakan strategi andalan dengan menyerang langsung ke pasukan bunker Ahool menggunakan senjata rahasia kita, ataukah kita memilih strategi lain?" Tanya Azek, wajahnya penuh dengan ketertarikan untuk mendengar rencana selanjutnya."
"Kita akan menggunakan strategi lain. Lawan kita adalah bunker Ahool, memiliki teknologi senjata yang menyeramkan. Aku tidak ingin mengambil resiko yang terlalu besar dan tidak menguntungkan bagi grup ini. Kita akan menunggu sampai mereka selesai mengumpulkan makanan dan obat-obatan. Sehabis itu kita akan melemparkan granat asap dan menembakinya, kemudian kita akan menargetkan Komandan pasukan bunker Ahool terlebih dahulu, jika komandan itu mati, langsung kita akan menumpas semua pasukan bunker Ahool, kita akan memanggil anggota grup untuk mengambil barang jarahan. Apakah kau mengerti, Azek?" Bos besar menjelaskan strategi dengan suara penuh kewibawaan."
"Siap, bos!" Jawab Azek dengan tegas."
"Sebelum kau berangkat, nikmati dulu waktu bersama wanita yang tertidur pulas di sana. Aku akan bersiap-siap." Ucap Bos besar dengan nada yang santai. Memberi kesempatan pada Azek untuk merileksasi sebelum menjalankan tugasnya."
"Aku mengerti," saut Azek dengan hormat."
Narator: Azek melepas bajunya hingga ia telanjang bulat. Dengan semangat membara, dia naik ke atas kasur yang penuh dengan nafsu seksual, mendekati sang wanita yang sedang tertidur karena kelelahan. Ketika sang wanita bangun dan merasakan kehadiran seseorang, dia langsung membuka selangkangannya. Azek memasukkan burungnya ke sangkar dengan posisi Misionaris, lalu Azek dan Sang wanita mulai melakukan hubungan intim dengan semangat."
******
Narator: Di dalam kota, tepat pukul 12.30 siang, Pasukan Khusus Pencari dari bunker Ahool tiba di lokasi reruntuhan supermarket. Mereka segera membentuk formasi pertahanan siaga perang tingkat tinggi. Komandan pasukan memulai pidatonya."
"Dalam situasi seperti ini, kalian tak boleh kecolongan sedikitpun. Ingatlah, kita berada di daerah yang amat berisiko. Tak ada yang menjamin keselamatan hidup dan jiwa kalian di sini. Sudahkah semua memahami?!" tegas Zenaida Raizen.
"Dengan siap dan paham, Pak Komandan!" jawab semua pasukan dengan semangat.
"Sangat baik jika kalian memahami. Bagi regu pengintai, jangan lupakan untuk meluncurkan drone pengintai guna mengawasi sekeliling. Kita tak boleh lengah, siapa tahu ada ancaman seperti bandit atau pasukan dari bunker lain. Paham?!" ujar Zenaida Raizen.
"Siap, Pak Komandan!" serentak jawab regu pengintai.
"Untuk regu pertahanan, fokuslah pada pengawasan dari segala arah. Aktifkan drone pertahanan untuk terus waspada. Ingat, tak boleh ada yang lengah, tidak boleh satu mata pun berkedip. Sudah paham?!" ucap Zenaida Raizen dengan tekad kuat."
"Siap, Pak Komandan!!" ucap regu pertahanan dengan yakin."
"Regu pencarian, tugas kalian hanya mencari makanan dan obat-obatan. Jangan sampai lalai memasukkannya ke dalam truk. Bahkan saat serangan tak terduga pun, tugas kalian tetap mencari kebutuhan pokok. Tidak perlu turut campur dalam pertempuran. Mengerti?!" pesan Zenaida Raizen dengan tegas."
"Baik, Pak Komandan!!" jawab regu pencarian dengan tekad."
"Regu penyerang, bersiaplah untuk bertempur! Aktifkan semua drone penyerang yang kita punya!" perintah Zenaida Raizen dengan mantap."
"Siap, Pak Komandan!!" jawab regu penyerang dengan semangat juang."
"Regu medis, kalian harus tetap berada di belakang. Jangan terlibat dalam barisan terdepan. Peran kalian sangat vital dan berharga bagi keselamatan kita semua," tegaskan Zenaida Raizen dengan suara mantap.
"Baik, Pak Komandan! Kami menghargai perhatiannya!" balas regu medis dengan penuh rasa terima kasih.
"Dengan demikian, sisa pasukan, ikuti saya dan siapkan satu truk untuk membawa barang-barang," ucap Zenaida Raizen.
"Siap, Pak Komandan. Kami ingin bertanya sesuatu," ucap sebagian pasukan."
"Silakan bertanya apa saja," jawab Zenaida Raizen dengan ramah."
"Ke mana kita akan pergi, Pak Komandan? Apakah kita akan meninggalkan regu lainnya?" tanya salah seorang dari mereka."
"Aku tidak akan meninggalkan kalian. Aku hanya ingin mencari reruntuhan toko senjata. Jika masih ada senjata tersisa, itu dapat sangat berguna bagi kita," jelas Zenaida Raizen dengan alasan yang masuk akal."
"Tapi, Pak Komandan, tindakan ini bisa dianggap melanggar perintah dari pimpinan tertinggi," sela salah seorang anggota pasukan."
"Iya, aku menyadari hal itu. Namun, langkah ini dilakukan demi kepentingan bunker kita. Apakah kalian memahami?" tanya Zenaida Raizen, memberikan penjelasan yang jelas."
"Baiklah, Pak Komandan," jawab sisa pasukan dengan penuh pengertian."
"Jadi, mari kita berhenti mengeluh dan segera melanjutkan tugas. Ikuti aku," tutup Zenaida Raizen dengan penuh tekad."
Narator: Zenaida Raizen dan sisa pasukan mulai berjalan meninggalkan lokasi reruntuhan supermarket menuju lokasi reruntuhan toko senjata. Kemudian, dia dan sisa pasukannya tiba di reruntuhan toko senjata dan mulai mencari sisa-sisa senjata di sana. Setelah 25 menit, mereka telah menemukan banyak jenis senjata dan memasukkannya ke dalam truk."
"Berapa banyak senjata yang sudah kita kumpulkan?" tanya Zenaida Raizen."
"Kami sudah mengumpulkan sekitar 100 senjata dan 1000 amunisi, Pak Komandan!" jawab salah satu anggota pasukan."
"Wow, itu cukup banyak. Kalau begitu, lanjutkan pencarian," kata Zenaida Raizen."
"Izin bicara, Pak," ucap anggota pasukan yang lain."
"Tentu," jawab Zenaida Raizen."
"Kami semua sudah lelah. Bolehkah kami istirahat sebentar, Pak Komandan?" tanya anggota pasukan."
"Hmm, baiklah. Tetapi tetap waspada. Jangan sampai ada kelengahan sedikit pun di sini. Paham?" perintah Zenaida Raizen.
"Siap, Pak Komandan!" jawab anggota pasukan."
Narator: Mereka semua mulai beristirahat sejenak. Setelah 5 menit berlalu, mereka melanjutkan tugas mereka dengan memungut sisa-sisa senjata di reruntuhan bekas tempat senjata tersebut."
"Pak Komandan, truk sudah penuh. Tidak ada lagi tempat untuk memuat barang. Apakah kita akan kembali ke reruntuhan supermarket?" tanya salah satu anggota pasukan."
"Tentu saja. Jika truk sudah penuh, mari kita kembali ke reruntuhan supermarket," jawab Zenaida Raizen."
Narator: Di reruntuhan supermarket, jam 1 siang. Semua pasukan sedang sibuk dan kelelahan. Salah satu prajurit mengeluh dan mulai berbicara."
"Pak Komandan pergi ke mana?" tanya prajurit 1."
"Aku tidak tahu. Tapi bagi yang pergi bersamanya pasti asyik," jawab prajurit 2."
"Benar. Aku yakin mereka hanya mengelilingi area, tidak seperti kita yang harus mencari," tambah prajurit 3."
"Kalian bertiga, hentikan pembicaraan itu. Kalau terus ngobrol, kita bakal kena omel dan hukuman," tegur prajurit 4."
"Hei, Pak Komandan sudah kembali! Dia membawa banyak senjata," seru prajurit 5."
Narator: Zenaida Raizen dan sisa pasukan telah kembali dengan membawa banyak senjata. Semua orang di sana terkejut dan heran. Mereka segera bertanya kepada komandan."
"Dari mana Pak Komandan mendapatkan semua senjata ini?" tanya semua anggota pasukan."
Narator: Zenaida Raizen tersenyum bangga atas pertanyaan dari seluruh pasukan."
"Saya mendapatkannya dari keruntuhan toko senjata. Semuanya sekitar 1000 senjata dan 2000 amunisi. Sungguh luar biasa, bukan?" ucap Zenaida Raizen dengan bangga."
"Ya, Anda sungguh luar biasa. Dalam situasi seperti ini, Anda bisa menemukan begitu banyak senjata," kata semua pasukan."
"Hehehe. Oh ya, apakah kalian sudah mengumpulkan semua makanan dan obat-obatan?" tanya Zenaida Raizen."
"Belum, Pak Komandan. Tapi tinggal sedikit lagi," jawab semua pasukan."
"Oh begitu ya. Cepatlah kumpulkan semua makanan dan obat-obatan yang sudah kadaluarsa atau yang masih layak pakai. Paham?" perintah Zenaida Raizen."
"Ya, Pak Komandan! Kami mengerti!" seru semua pimpinan."
Narator: Kemudian terdengar ledakan keras, membuat semua orang panik dan terkejut. Setelah ledakan itu, muncul asap putih yang tebal."
"INI SERANGAN MUSUH! KALIAN BERSIAP UNTUK BERPERANG!" teriak Zenaida Raizen."
"Yes, Pak Komandan!" jawab semua pasukan serentak."
Narator: Suara tembakan dan ledakan mulai terdengar keras di seluruh penjuru. Tiba-tiba, darah memancar dan jeritan kesakitan terdengar karena banyak prajurit yang kehilangan anggota tubuh akibat ledakan dan tembakan."
"Argh! Tolong, bawa aku ke medis. Sakit sekali!" ucap prajurit 1."
"Aku tidak ingin mati! Tolong, panggil medis. Rasanya sangat sakit!" ucap prajurit 2."
"Aku yakin aku akan mati di sini. Aku sudah tidak bisa merasakan tubuhku lagi. Tolong, sampaikan pesanku kepada kekasihku. Aku sangat mencintaimu. Maafkan aku karena gugur di medan perang!" ucap prajurit 3."
"Pak Komandan, tolonglah saya! Ini sangat menyakitkan!" ucap prajurit 4."
"Medis! Medis! Medis! Segera tolong saya! Sakit sekali!" ucap prajurit 5."
Narator: Zenaida Raizen lihat anak buahnya tak apartemen darah, banyak yang kehilangan anggota tubuh, bahkan ada yang tewas. Zenaida Raizen sedikit ngeri dan memeriksa sekelilingnya, dari depan, belakang, kiri, Kanan, dan atas. Setelah itu. Dia mulai berbicara dengan nada yang panik dan emosi."
"Kita benar-benar terkepung. Kekalahan jumlah sangat jelas. Kalian yang masih tegar berdiri, aku mohon, bertahanlah hidup!" ucap Zenaida Raizen dengan nada putus asa."
"Pak komandan, mengapa kita tidak mencoba melarikan diri?" ucap seorang prajurit."
"Bagaimana kita bisa melarikan diri? Lihatlah sekelilingmu, kita sudah terkepung di segala sisi!" seru Zenaida Raizen dengan frustrasi yang mendalam."
"Pak komandan, bagaimana dengan upaya negosiasi? Semoga mereka bersedia untuk bernegosiasi dengan kita," ucap prajurit itu."
"Apakah kau buta atau tuli? Lihatlah teman-teman kita, mereka dibantai tanpa ampun, tanpa kesempatan untuk berbicara atau bernegosiasi. Aku yakin mereka adalah para bandit kejam," sahut Zenaida Raizen dengan nada tajam dan penuh kebencian."
Narator: Setelah Zenaida Raizen berbicara demikian, seorang prajurit berteriak keras sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru wilayah itu."
"Hey! Kalian ini siapa? Tidak ada hujan atau angin kencang, tiba-tiba kalian menyerang kami tanpa berkata-kata. Kami ingin bernegosiasi dengan pimpinan kalian," ucap seorang prajurit dengan ekspresi kebingungan yang jelas terpancar dari wajahnya."
"Apakah kau komandan dari pasukan ini?" ucap salah satu dari pihak penyerang dengan nada tajam."
"Aku bukanlah komandan dari pasukan ini. Aku hanyalah seorang prajurit biasa," jawab prajurit tersebut dengan tegas, wajahnya menunjukkan keputusasaan namun juga tekad yang kuat."
"Lalu siapa komandan dari pasukan ini? Kalau komandan kalian tidak mau bicara, kami tidak akan memberitahu kalian tentang tujuan kami dan bernegosiasi," ucap pihak penyerang dengan tegas, tatapan mereka memancarkan ancaman yang nyata."
Narator: Prajurit yang bicara kemudian menoleh ke arah Zenaida Raizen, memberikan isyarat untuk bernegosiasi kepada pihak penyerang."
"Pak komandan, tolong bicaralah. Mereka mau menerima pembicaraan," ucap prajurit itu dengan ekspresi penuh harapan, matanya memohon kepada Zenaida Raizen dengan keinginan yang kuat."
Narator: Setelah prajurit berbicara demikian, Zenaida Raizen mengangguk sebagai tanda pengertian dan kemudian bicara dengan suara keras."
Aku adalah Zenaida Raizen komandan dari pasukan ini. Kami berasal dari bunker Ahool. Tujuan kami hanya mencari makanan dan obat-obatan karena stok persediaan banker kami sangat menipis. Kami tidak berniat untuk berperang dengan kalian. Aku tidak berbohong sama sekali kepada kalian. Sekarang, perkenalkan diri kalian!!" Ucap Zenaida Raizen dengan nada tegas, namun juga dengan ekspresi yang menunjukkan keputusan akan situasi yang sulit."
"Baiklah, perkenalkan, namaku adalah Azek. Aku adalah wakil dari bos besar, dan kami adalah bandit-bandit kota. Kami dikenal sebagai tikus merah, dan tujuan kami hanya mengambil barang-barang kalian dan membunuh kalian semua tanpa tersisa" ucap Azek dengan nada yang dingin, wajahnya tanpa ekspresi yang menunjukkan kekejaman."
"apa kata kalian? Kalian tidak mau bernegosiasi dengan kami?, kenapa kalian merespon pembicaraan kami kepada kalian" tanya Zenaida Raizen dengan nada yang, ekspresinya menampilkan kekecewaan yang dalam."
"Untuk apa bernegosiasi? Itu hanya buang-buang waktu. Kami merespon kalian hanya karena prajurit itu sangat ketakutan. Jadinya Kami merasa sangat terhibur melihat kalian menderita dan ketakutan. Kalau begitu, Selamat tinggal dan matilah" ucap Azek dengan nada dingin dan sinis tanpa sedikitpun rasa kemanusiaan."
"Bajingan! Bangsat! Sialan!" Ucap Zenaida Raizen dengan penuh kemarahan, tatapannya penuh dengan kebencian yang dalam."
Kemudian. Terdengar suara tembakan dan ledakan lagi menandakan pertempuran dimulai kembali."
Narator: tiba-tiba salah satu anggota regu medis mendekati komandan dan melaporkan situasi para prajurit.
"Pak komandan, banyak prajurit yang tidak terselamatkan. Kami kekurangan personel untuk merawat para prajurit yang luka sedang. Ada yang luka berat dan kita tidak punya cukup alat," ucap Regu medis dengan ekspresi cemas yang jelas terpancar dari wajahnya.
"Kita sudah terpojok sekarang. Mereka berniat membantai kita semua," ucap Zenaida Raizen dengan nada putus asa, matanya mencerminkan kekecewaan dan ketakutan.
"Jangan menyerah, pak komandan. Kita harus tetap berjuang dan pak..." ucap Regu medis, mencoba menyemangati Zenaida Raizen namun terpotong oleh ketidakpastian yang menyelimuti situasi mereka.
Narator: Saat regu medis hendak berbicara, dia tiba-tiba tertembak tempat di kepalanya, hancur berantakan sehingga mengeluarkan isi otaknya dan matanya. Tubuhnya pun jatuh ke tanah, tewas seketika. Zenaida Raizen menyaksikan kejadian yang mengerikan di depan matanya. Reaksinya terlihat sedikit ketakutan dan merasa mual, meskipun belum sampai muntah."
"Sialan. Coba medis semuanya sudah tewas," ucap Zenaida Raizen dengan ada penuh keputusasaan dan kebencian."
Narator: Di belakang Zenaida Raizen, seseorang berdiri tegak dengan pistol menodong ke arah kepalanya, sambil berbicara.."
"Selamat siang, komandan. Bagaimana kabarmu? sehat?" Ucap Azek dengan nada santai, tetapi juga menyeramkan."
"Siapa kamu?" Ucap Zenaida Raizen dengan wajah serius."
"Oh, Apakah komandan sudah lupa dengan saya? Tadi kita sudah berbicara loh, ingatlah! Oke, saya akan memperkenalkan diri lagi. Namaku Azek, dari kelompok dan di tikus merah," ucap Azek dengan senyum bahagia."
"Apakah kau ingin membunuhku sekarang?" Tanya Zenaida Raizen dengan tatapan tajam."
"Tentu, Aku akan membunuhmu sekarang. Jadi, Apakah komandan punya pesan terakhir?" Ucap Azek dengan dingin."
"Tentu, aku punya, bajingan. Pesan terakhirku adalah kalian semua mati dan masuk neraka, sana, bangsat!" Ucap Zenaida Raizen dengan penuh kemarahan dan kebencian."
Narator: Kemudian, Azek menarik pelatuk pistol itu, disusul dengan suara letusan. Tubuh Zenaida Raizen jatuh ke tanah seperti boneka lalu mengeluarkan banyak darah segar. kemudian, Zenaida Raizen mati di tempat."
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments