Karena lantai rumah yang di tinggali oleh Damar kali ini terbuat dari kayu, langkah kecil sekalipun menghasilkan suara.
Mendengar langkah kaki putra mereka, Samsir dan Shamira pun dengan hangat memberikan sambutan.
“Damar! Kemari, ibu masakkan sesuatu yang enak untukmu!”
Anak muda itu mengangguk menunjukkan senyumnya pada sang ibu. Samsir dan Shamira juga tersenyum, namun heran di rasakan oleh kedua orangtua Damar.
“Anak ini jadi lebih penurut, ku pikir dia akan memberontak seperti biasanya,” dalam hati Samsir.
“Aku tidak peduli lagi bahkan jika Damar masihlah anak nakal seperti biasa, yang aku mau dia tetap sehat dan mampu menjalani hidup normalnya seperti anak-anak lain,” dalam benak Shamira sambil menatap sang putra.
[60:27]
“Waktu Questnya sudah berjalan, aku harus mencari kesempatan untuk membuat ayah dan ibu senang. Ini mungkin akan menjadi kali pertama dalam hidupku, selama ini aku hanya bisa membuat mereka marah.”
“Hufff... Ini akan sulit.”
Melihat Damar masih belum menyentuh makanannya sama sekali membuat kedua orangtuanya merasa tidak enak hati.
“Haa.., makanan di atas meja ini pasti tidak cukup untuk membuat anak ini senang. Dia tidak akan selera dengan makanan seadanya, dulu saat kami masih menjadi orang kaya..., Damar bisa memakan apapun yang dia mau,” pikir Samsir.
“Damar melihat kemana? Apa dia tidak suka dengan keadaan rumah baru yang dia tinggali? Di bandingkan dengan rumah yang dia tau, ini hanyalah sebuah gubuk kecil. Bagaimana putraku akan tahan dengan ini?” dalam hati Shamira bersedih.
Kedua orangtua Damar begitu mencemaskan pendapat yang anak mereka miliki, namun putra mereka saat ini mencemaskan cara untuk menyelesaikan Quest yang sedang dia kerjakan sambil mematung melihat waktu yang berjalan pada Layar Sistem.
“Hmm..., bagaimana caranya membuat ayah dan ibu merasa senang? Apa menunjukkan sebuah lelucon termasuk cara membuat mereka senang?”
Waktu terus bergulir, uap hangat dari masakan Shamira terus melayang hilang beriringan. Samsir pun mendeham untuk menyadarkan putranya yang kelihatan bingung.
“Ehm! Damar..., kau tidak menyentuh makananmu sama sekali. Apa... Kau tidak suka dengan makanannya?”
“Makanannya terlihat enak, Damar hanya bingung harus memulai dengan yang mana,” sahut anak muda itu sembari tersenyum riang.
“Ibu, tanganku tidak sampai. Damar minta tolong untuk mengambilkan sayur di depan ibu, boleh?”
Shamira terhenyak untuk sesaat mendengar ucapan anak nakalnya yang terdengar begitu sopan, Shamira baru pertama kali di buat gugup oleh putranya sendiri.
“T-tentu, Nak. Tentu Ibu bisa mengambilkan sayur ini untukmu,” jawab Shamira.
Dengan begitu telaten sang Ibu menyajikan sayurannya ke piring sang putra, “Apa terlalu banyak?”
“Tidak, Damar harus makan banyak sayur agar cepat pulih.”
“Daging ayamnya... Apa Damar boleh mengambil dua potong?” tanya Damar ketika melihat hanya ada tiga potong daging ayam yang di siapkan oleh ibunya.
“Ambil, Nak. Kau juga membutuhkan banyak daging agar dirimu jadi lebih sehat,” jawab sang Ibu mempersilahkan.
“Terima kasih, Ibu.”
Shamira sangat senang sampai mengelus dadanya karena tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan lihat.
“Anak ini meminta sebelum di beri, dan dia juga tau caranya berterimakasih sekarang. Damarku yang nakal, bagaimana dirimu bisa membuat ibu sesenang ini hanya dengan memperhatikanmu?”
[Kandidat berhasil membuat Shamira senang, Kandidat menyelesaikan satu pencapaian.]
[Shamira : 1/3]
[Karena reaksi yang tak terduga, Kandidat telah melampaui ekspektasi Samsir. Samsir merasakan kehagiaan yang luar biasa atas sikap yang di tunjukkan oleh Kandidat.]
[Kandidat telah menyelesaikan semua pencapaian untuk Samsir.]
[Samsir : 3/3]
Damar terkejut melihat notifikasi terbaru yang di tunjukkan oleh Sistem.
“Eh? Pencapaian untuk ayah sudah terpenuhi? Aku bahkan tidak sadar baru saja melakukan apa. Tapi ini bagus, aku tidak perlu khawatir mendapatkan hukuman dari sistem.”
Begitu dia menoleh ke arah ayahnya, dia mendapati Samsir makan dengan lahap sambil menutupi matanya dengan tangan. Tampak bahu Samsir yang bergerak seolah dia sedang terisak oleh tangis.
“Apakah ayah memang sebahagia ini? Aku merasa hanya melakukan sesuatu yang kecil, apa selama ini aku memang tidak pernah membahagiakan mereka sampai hal sekecil ini pun harus mereka syukuri?”
“Aku merasa sangat buruk.”
Beberapa menit berlalu dan apa yang ada di atas piring Damar sekeluarga telah habis tak bersisa, setelah sarapan selesai mereka duduk sejenak untuk sekedar membicarakan sesuatu.
“Damar, bagaimana menurutmu rumah ini?” tanya sang Ibu.
“Rumah yang kecil, berdebu dan terlihat kusam,” jawab Damar begitu lancar.
Shamira tertunduk menyembunyikan sesal di wajahnya karena tidak mampu memberikan sesuatu yang layak untuk Damar.
“Tapi Damar suka rumah ini.”
“Di rumah kita yang sebelumnya, meja makan berbentuk persegi panjang membentang sangat jauh. Sedangkan di rumah ini, meja bundar kecil yang tampak lapuk terasa lebih hangat dan menyenangkan.”
“Apa ayah dan ibu tau kenapa?”
“Bisakah kamu menjelaskan alasannya?” tanya sang Ibu.
“Di rumah yang kecil ini, di meja makan bundar yang telah lapuk ini... Aku merasa sangat dekat dengan kalian. Tidak memerlukan Bibi yang membantu menyiapkan makananku, karena di sini aku memiliki ibu yang perhatian kepadaku.”
“Dan tidak perlu lagi meminta seseorang untuk menyampaikan keluhanku pada ayah, karena ayah selalu berada di dekat sini.”
“Damar menyesal membawa kalian sampai ke titik ini, tapi di sisi lain Damar sangat bersyukur.”
“Nak..., ayah sudah merelakan segalanya. Dan sekarang ayah merasa mendapatkan apa yang selalu ayah inginkan. Ayah tidak di rugikan sama sekali,” ucap Samsir mengusap kepal anaknya sambil meneteskan air mata.
Pemandangan yang begitu mengharukan melelehkan hati Shamira, sang ibu terhanyut dalam haru yang di ciptakan oleh putra dan suaminya.
“Haa..., ibu tidak mengira hari seperti ini akan tiba secepat itu. Ibu sangat bahagia!”
[Kebahagiaan yang dalam terdeteksi. Menambahkan dua poin penyelesaian untuk Shamira.]
[Shamira : 3/3]
[Syarat penyelesaian Quest nomor 2 terpenuhi.]
[Kandidat telah berhasil menyelesaikan Quest Tutorial kedua. Quest berikutnya akan di jalankan secara otomatis pada dua jam berikutnya. Sistem meminta Kandidat untuk senantiasa bersiap.]
“Ibu akan membereskan piring kotornya.”
“Kalau begitu biar Damar membantu Ibu mencuci semuanya!” sahut Damar berdiri semangat.
“Aku suka keluargaku yang sekarang. Ku rasa aku akan terbiasa dengan ini.”
“Dan sistem juga.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
yuce
sianak durhaka sadar juga walau lwat sistem.
2022-11-15
0