Bab 14 : Aku bukan Fiona.

***

Kejadian yang terjadi begitu cepat, Aluna terdiam dan membeku.

Aluna bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana kertas yang secara spontan ia tempel di wajah Edgar perlahan jatuh ke bawah.

Waktu seolah berjalan lambat sekarang.

'Matilah aku, berani sekali aku melakukan itu?'

'Apakah aku akan dilempar setelah ini?'

'Apa yang akan terjadi kepadaku setelah ini?'

'Mungkin aku akan dipukul!'

Aluna panik sekali, dia tak lagi bisa berpikir jernih atas perlakuan spontan nya, Aluna segera menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.

Agar jika dia memang akan dipukul oleh Edgar, setidaknya wajahnya bisa selamat.

Edgar yang baru pertama kali mendapat perlakuan yang buruk merasa sangat jengkel.

Mata birunya yang begitu tajam terlihat menembakkan laser yang akan memusnahkan Aluna dalam sekejap.

"Kau mau mati ya sialan?"

Geram Edgar tak bisa menahan emosinya telah diperlakukan secara tidak sopan oleh gadis ini.

Edgar adalah orang yang kejam dan dingin sejak Fiona tiada, jadi saat ini Aluna dalam masalah besar.

"Maafkan aku Tuan, aku tidak sengaja ... jika Tuan ingin memukul aku, pukul tangan atau kaki ku saja ..."

Seru Aluna dengan nada yang gemetaran.

Amarah Edgar sudah berada di ujung tanduk, jika saja oranglain berani melakukan hal itu kepadanya maka mungkin tangannya sudah akan dipotong oleh Edgar.

Edgar melihat tangan Aluna yang gemetaran, bagaimana Aluna segera meringkuk ketakutan karena baru melakukan kesalahan.

Edgar seperti melihat Fiona, tangannya segera meraih dan menggenggam erat tangan Aluna.

"Fiona ... kenapa kau ketakutan?"

Seru Edgar dengan panik, bagi Edgar, Aluna dan Fiona sangat mirip, walau ada perbedaan signifikan akan tetapi di matanya karakteristik wajahnya amat mirip.

Kerinduan yang begitu dalam yang terpupuk setiap hari membuat Edgar bersikap seperti ini.

Aluna syok atas perlakuan Edgar, mata Aluna terbuka dan melebar.

"Tu ... Tuan, saya bukan Fiona ..." seru Aluna dengan nafas yang berat.

Sedikit takut atas respon Edgar yang langsung berubah.

"HAH!"

Edgar menghela nafasnya dengan sangat berat, tangannya mencengkeram tangan Aluna dengan sangat kencang sampai Aluna kesakitan.

Saat Aluna membuka matanya, Edgar menyadari jika yang ada di hadapannya bukan Fiona melainkan gadis lain.

Mata Aluna dan Fiona ternyata memiliki perbedaan yang signifikan, jika orang lain melihat maka tidak akan bisa dilihat perbedaannya, akan tetapi bagi Edgar mata Aluna lah yang memiliki perbedaan besar dari Fiona.

"SIALAN!"

Geram Edgar menghempaskan tangan Aluna, Edgar memejamkan matanya sejenak dan mengusap dahinya.

Kepalanya tiba-tiba sakit dan wajahnya memerah.

Setiap kali seseorang yang menyadarkan dirinya jika Fiona sudah tidak ada lagi di dunia, hati Edgar akan menjadi sangat sakit lalu diikuti rasa pusing yang berlebihan.

Edgar segera melangkahkan kaki meninggalkan Aluna, Edgar duduk di kursi kendaraannya sembari merogoh sesuatu dari laci.

"Air minum, cepat ambilkan air minum!" seru Edgar sudah memasukkan beberapa butir obat ke dalam mulutnya.

Aluna yang mendengar itu segera panik, hanya ada mereka berdua yang ada di ruangan, tentu saja Edgar tengah memerintahkan Aluna.

Aluna yang sedikit takut namun juga merasa bertanggung jawab atas perubahan mood Edgar segera berlari ke sudut ruangan dan mengambil minuman yang ada di situ.