Episode 13 : Bukan keberuntungan.
***
"KAU?"
Dengan ekspresi yang sungguh marah, wajahnya sudah merah padam, Aluna merasa dipermainkan.
Bukan keberuntungan lah yang datang kepadanya, melainkan derita baru dan kepedihan baru.
Lelaki yang ada di hadapannya inilah yang mengatur segalanya untuknya.
Edgar tersenyum menyeringai, matanya yang berwarna biru itu menatap Aluna dari atas hingga bawah.
"Kemarilah dan duduk Aluna ..." seru Edgar seolah tak mempertimbangkan kemarahan dan rasa syok Aluna sekarang ini.
"Persetan dengan mu sialan! kau kira kau bisa lepas dari semua ini? menggunakan kekuasaan mu untuk menangkap mu!"
"Aku tidak akan tinggal diam lagi, aku akan melaporkan mu ke polisi!"
Geram Aluna dengan linangan air mata, pandangan Aluna menjadi kabur karenanya.
Langkah kaki Aluna segera melangkah hendak pergi dari ruangan, namun sebelum Aluna benar-benar pergi ...
"Mengenai ayahmu ..."
Seru Edgar membuat Aluna terdiam membisu di tempat.
"Hah!"
Nafas Aluna menjadi berat dan dia tak kuasa menahan tangisnya lagi, tangannya yang menggenggam berkas lamaran yang telah ia persiapkan dengan sepenuh hati.
Semuanya tenyata sia-sia, dia ternyata dijebak, dan sesuai dugaannya, lelaki ini akhirnya menyinggung mengenai Ayahnya.
Dimana hal itu tentu membuat Aluna terdiam membisu dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
'Menyedihkan sekali ... harapan untuk mengubah hidup dengan kedua tangan ku, ternyata hal itu sangat naif!'
'Aku berdiri di sini lagi, dan air mataku menetes lagi!'
Aluna merasa sangat terpukul, buliran air mata yang tak bisa ia tahan.
Semangat hidupnya yang merasa dia cukup beruntung untuk dipanggil interview ke perusahaan besar karena kemampuan sendiri.
Aluna akhirnya sadar jika hal itu adalah keinginan yang berlebihan dan naif.
Orang sepertinya mungkin memang tidak pantas memiliki harapan.
Aluna segera mengusap air matanya, lalu ia mengangkat wajahnya, dia membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya lagi mendekat ke meja Edgar Brown.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
"Kenapa menganggu orang seperti ku?"
"Aku tidak bisa memberikan apapun kepadamu, melihat kau sudah membayar biaya pengobatan ayahku, kau pasti sudah mencari tahu tentang aku bukan?"
"Kau pasti tahu jika aku ini miskin dan tak memiliki apapun!'
"Apa yang kau inginkan?"
Dengan sedikit ditekan dan nafas yang berat, Aluna mencengkeram tangannya sampai-sampai lamaran yang ada di tangannya mengkerut.
Edgar melihat mata menyedihkan milik Aluna.
"Ternyata mata kalian sedikit berbeda, kau lebih gelap sedangkan Fiona sedikit coklat ... tetapi itu tidak masalah ... duduklah di sini, aku memiliki penawaran!"
Seru Edgar benar-benar dingin, senyumannya yang mengerikan dan jawabannya yang santai terhadap Aluna yang sudah frustasi karena nya benar-benar membuat Aluna tak habis pikir.
"Kau bahkan tidak mendengar ku! kau pasti menginginkan tubuhku kan? oleh karena itu kau sampai menjebak aku!"
"Kau sama seperti mereka semua, melihat ku menjadi sebuah objek untuk memuaskan mereka ..."
Dengan gemetaran, Aluna sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh Edgar.
Aluna sungguh tak bisa menahan air matanya lagi.
Dia benar-benar terlihat menyedihkan, harga diri yang ia pertahankan selama ini mungkin sebentar lagi akan runtuh.
"Mata mu juga penuh dengan kesedihan, dan lagi ... aku jauh berbeda dari semua orang yang kau sebutkan itu ..."
Edgar berbicara dengan nada yang rendah, dia berbicara sembari berdiri dan melangkahkan kaki mendekat ke arah Aluna.
Sebab Aluna tak kunjung datang duduk di hadapannya.
"Aku lebih tampan, lebih berkuasa, lebih hebat dan aku tidak hanya menginginkan tubuhmu saja Aluna ..."
"Aku menginginkan segalanya ...."
Bisik Edgar sudah sampai di hadapan Aluna dan dia membisik dekat sekali di telinga Aluna.
Mata Aluna melebar seketika, ia baru saja sadar jika Edgar benar-benar dekat dengannya, bahkan tubuh bagian depan mereka sudah hampir bersentuhan.
Aluna segera menarik nafasnya agar dada nya tidak bersentuhan dengan Edgar yang begitu tinggi di hadapannya ini.
Lalu ....
*Plak*
Dengan refleks mempertahankan diri, Aluna secara spontan menutup wajah Edgar yang sudah berada di hadapan wajahnya menggunakan kertas lamaran yang tadi ada di tangannya.
"Bau rokok!"
Ketus Aluna secara tidak sengaja.
Perlakuan ini terlalu cepat terjadi, dan hanya Aluna yang pertama kali melakukan hal ini kepada Edgar Brown.
Seorang gadis menempel keras di wajahnya, dan mengatai nya bau rokok.
Sungguh ironis.
.
.
.
.
Author : Jangan lupa berikan komentar membangun nya ya 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Isabella Huang
Aku benci dgn pria yg sll suka banget merokok bau2an...bs ampuuun bauny mampet merocos ke hidung...🤭🤭🤭
2024-01-13
1
Isabella Huang
Tak ada yg bs dikata, apa bole buat...😥
2024-01-13
0
Alexandra Juliana
Untuk menangkapku
2023-11-16
0