Episode 9 : Kehidupan Aluna
***
"Panas sekali ..." seru Aluna dari dalam kostum badut yang ia kenakan.
Ia melihat kearah langit dan benar saja matahari sudah meninggi dan ternyata sudah jam 12 siang.
"Aluna ... kembali lah, shift mu sudah berakhir ..."
seru supervisor Aluna meminta Aluna untuk segera makan siang dan kembali pulang.
"Baik Bu, terimakasih ya ..." seru Aluna menundukkan kepalanya masih dengan kostum badut nya.
"Hati-hati dijalan ya, jangan lupa letakkan kostum nya di loker ..." seru supervisor yang kelihatan sangat sibuk mengurus semua hal di taman bermain itu.
"Baik Bu," seru Aluna menghela nafasnya dalam-dalam.
***
Aluna segera membuka kostum badut bagian kepalanya lalu duduk disamping box agar tidak kelihatan oleh orang-orang.
Aluna yang sudah merasa sangat lapar segera memakan roti dengan lahap.
"Tes!"
Tanpa sadar air matanya mengalir ketika ia melahap roti itu.
Dia terus memakan roti sambil menangis tersedu-sedu, dia merasa hidupnya terlalu menyedihkan.
Ditengah orang-orang yang berlalu lalang, gadis muda yang sungguh berjuang keras dalam hidupnya itu menangisi kehidupan nya yang tidak pernah membaik.
Dengan sepotong roti yang menjadi makan siangnya, mengisi perut kosongnya, tangannya yang penuh dengan balutan perban karena mencuci terlalu banyak piring di restoran kerja paruh waktunya.
Tetapi walaupun begitu, hidupnya belum kian membaik.
Ironisnya, tadi malam ia hampir di perk0sa, keesokan harinya dia bekerja begitu keras seolah tak ada yang terjadi.
Begitulah potret kehidupan di dunia, yang miskin dan lemah akan terus menutup mata nya dan menempa jiwa nya walau mendapatkan ketidakadilan, sebab begitulah mereka bertahan hidup.
Sama seperti Aluna ....
*Aluna sesenggukan*
Dia menghabiskan makanannya sembari menangis, karena dia sudah harus ke rumah sakit sebentar sebelum dia menuju restoran tempat ia bekerja.
Dengan masih sesenggukan, Aluna mengusap air matanya, dia menuju kamar mandi terdekat dan mencuci wajahnya.
"Aluna ... kau pasti bisa! sudah sejauh ini jangan menyerah!" seru Aluna dengan mata bengkak dan memerah kemudian tersenyum melihat pantulan dirinya sendiri.
Seolah meyakinkan diri sendiri jika semuanya baik-baik saja, dan disaat paling terpuruk ini pun dia harus tersenyum.
***
Aluna segera beranjak ke rumah sakit, dia memilih menggunakan angkutan umum seperti biasa, lalu sesampainya ia di rumah sakit, dia segera menuju petugas rumah sakit di bagian pembayaran.
"Saya anak dari pasien bernama Agram Floyd, saya kesini ingin memberikan cicilan dana pengobatan ayah saya ..." seru Aluna membawakan semua gaji yang ia dapatkan tadi malam.
Tetapi admin yang bertugas saat itu yang tengah memeriksa pasien bernama Agram Floyd kebingungan.
"Hmmm ... di sistem ini saya lihat semua biaya pengobatan pasien bersama Agram Floyd sudah dilunasi tadi pagi, bahkan pasien akan dirujuk ke rumah sakit Solim ..."
"Mungkin saudara anda sudah membayarkannya ..."
Mata Aluna melebar saat mendengar itu, dia kebingungan dan dia tidak percaya atas apa yang ia dengar dari petugas admin itu.
Apalagi rumah sakit Solim adalah rumah sakit swasta paling mahal dan paling hebat di negara ini, tidak mungkin ada saudaranya yang mampu membiayai ayahnya ke rumah sakit itu.
"Tidak mungkin, bisakah diperiksa sekali lagi?"
Seru Aluna panik, bahkan tangannya bergetar hebat dan hampir saja menangis lagi.
Bukan karena apa, Aluna takut jika Deffan secara sengaja mengatur semua ini agar dia kembali kepadanya dengan hutang budi.
"Iya Nona, ada sejumlah pembayaran penuh sampai pasien dinyatakan sembuh diterima oleh rumah sakit, dan surat rujuk nya sudah terbit lima menit setelah pembayaran ..."
"Nona bisa tanya dulu kepada rekan atau saudara Nona, agar tahu siapa yang mengantarkan, karena disini yang membayar menyebut dirinya sebagai anonim ..."
Balas petugas rumah sakit itu membuat Aluna semakin bingung namun juga panik.
Tentu saja Aluna senang ketika tahu sudah ada yang membayar pengobatan ayahnya, bahkan akan dirujuk ke rumah sakit paling top di negeri ini.
Akan tetapi, entah mengapa dia merasa takut dan aneh dalam hal ini.
"Siapa yang melakukan ini semua, tidak ada yang gratis di dunia ini, kenapa aku merasa sangat takut?"
Seru Aluna melangkahkan kakinya menuju ruangan ayahnya yang saat ini sudah berada di ruangan vvip.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Isabella Huang
Ini pastiny Edgar Brown...😘
2024-01-12
1
Alexandra Juliana
Pasti yg byr biaya rumah sakit adalah Edgar, mungkin krn merasa bersalah pd Aluna..
2023-11-16
0
Alexandra Juliana
Knp cuci piringnya g pakai sarung tangan karet Lun..
2023-11-16
0