Dewa Ganendra

Sahira, Nur dan juga Nawal terkejut lantaran sekumpulan pemotor melaju kencang melewati mobil mereka.

Ketiganya yang sedang berbincang ria pun sontak terkejut saat motor-motor itu tiba-tiba melaju di dekat mereka.

Apalagi salah satu motor tak menyenggol badan mobil milik mereka.

Sahira langsung menyetop mobilnya secara mendadak akibat pemotor di depannya juga berhenti menghadangnya.

Ciiitttt...

"Hah?? Ish, tuh motor mau apa sih sebenarnya? Udah nyenggol mobil kita, terus sekarang mereka malah berhenti di depan kita gitu aja. Kurang ajar banget tuh orang!" umpat Sahira.

"Iya ih nyebelin banget! Terus sekarang kita mau ngapain nih?" tanya Nur.

"Ya kita turun lah, kita gak bisa diem aja diginiin sama tuh orang-orang!" jawab Sahira.

"Hah? Kamu serius Sahira?! Kalau mereka ternyata orang jahat gimana?" tanya Nur.

"Kamu takut sama mereka? Kita ini bidadari loh, masa takut sih?" ujar Sahira.

"Kita emang bidadari, tapi itu di khayangan. Sekarang kan kita di bumi Sahira," ucap Nur.

"Iya sih, tapi tetep aja aku gak bisa diem kalau diginiin sama mereka!" ucap Sahira.

Akhirnya Sahira membuka pintu dan turun dari mobilnya begitu saja, membuat Nur serta Nawal terkejut.

"Heh! Kalian itu apa-apaan sih? Maksudnya apa kalian kayak gini sama gue?!" tegur Sahira.

Salah seorang pemotor itu menoleh ke arahnya, membuat Sahira amat geram dan ingin sekali menghampirinya.

"Jawab woi jangan diem aja!" kesal Sahira.

Namun, pria itu hanya mengacungkan dua jari ke arahnya dan langsung melaju pergi begitu saja diikuti teman-temannya.

"Heh woi, jangan pergi kalian...!!" teriak Sahira dengan kesal.

"Aaarrgghh sial! Dasar cemen lu semua!" geram Sahira.

Nur dan Nawal pun menyusul Sahira turun dari mobil, mereka menghampiri gadis itu dan berusaha membujuknya.

"Sahira, kamu tenang ya! Jangan kebawa emosi kayak gitu!" bujuk Nur.

"Iya Sahira, sabar ya sabar!" sahut Nawal.

"Huh abis aku kesel banget sama tuh orang! Mereka udah bikin kita emosi, eh tapi mereka malah pergi gitu aja, sialan banget emang!" ucap Sahira kesal.

"Sabar aja Sahira! Lagian orangnya udah jauh, kita gak mungkin juga bisa kejar mereka." kata Nur.

"Huft, iya juga sih. Yaudah, kita lanjut jalan aja ke sekolah!" ucap Sahira.

"Kok jalan? Bukannya kita punya mobil ya? Lagian jalan tuh capek kali Sahira, mending naik mobil." ujar Nawal.

"Kamu diem deh Nawal, jangan bikin aku makin emosi!" tegur Sahira.

Nawal mengunci mulutnya, namun ia masih tak mengerti mengapa Sahira marah padanya.

"Bagus nurut! Udah yuk kita masuk!" ucap Nur.

Sahira mengangguk pelan, Nur menuntunnya masuk ke dalam mobil diikuti Nawal dari belakangnya.

Mereka telah tiba di sekolah yang megah dan sangat mewah dengan empat lantai itu.

Ketiganya sama-sama turun dari mobil, menatap bangunan tinggi itu dengan mulut menganga.

"Wah luar biasa nih sekolah! Keren banget banget banget! Perasaan dulu sekolah kita gak sebesar ini deh Ra, kok sekarang malah jadi mirip istana begini?" ujar Nur terkagum-kagum.

"Sekolah yang dulu itu kan beda, jelaslah lebih bagus yang ini! Gimana Nawal? Kamu suka gak sekolah disini?" ucap Sahira.

"Suka banget dong, sekolahnya bagus!" jawab Nawal sambil nyengir.

"Tumben jawabannya bener, biasanya kamu selalu bikin emosi orang!" sindir Nur.

"Ih apa sih Nur? Sejak kapan aku bikin emosi orang? Aku itu selalu membawa kedamaian setiap orang-orang ketemu sama aku," sangkal Nawal.

"Pret!" ucap Sahira dan Nur kompak.

Disaat mereka hendak melangkah ke dalam sekolah, Sahira tak sengaja melihat motor yang tengah terparkir di dekatnya.

"Eh eh bentar deh! Aku kayaknya gak asing sama nih motor, kayak pernah lihat gitu." ujar Sahira.

"Hah mana??" Nur ikut melihat ke arah motor disana. "Wah iya betul beb, ini mah motor yang tadi ngerjain kita di jalanan!" sambungnya.

"Nah kan, aku juga mikir begitu." ucap Sahira.

"Berarti mereka sekolah disini juga dong?" tebak Nur.

"Bisa jadi begitu, soalnya motor mereka diparkir disini." ucap Sahira.

Nur dan Nawal sama-sama terdiam, sedangkan Sahira mulai geleng-geleng kepala seakan kesal.

"Gak bisa dibiarin, aku harus cari mereka! Aku gak terima sama perlakuan mereka ke kita tadi di jalan!" ucap Sahira.

"Eh eh, jangan dulu Sahira!" teriak Nur.

Usaha Nur tak berhasil, karena Sahira sudah pergi menjauh dari mereka dan melangkah tergesa-gesa memasuki sekolah itu.

Akhirnya Nur serta Nawal mengejar Sahira karena mereka tak mau Sahira mendapat masalah di hari pertama sekolahnya.

Sekumpulan pria yang berjumlah empat orang tengah berjalan di lorong sekolah dengan mengenakan jaket khas mereka berempat.

Seketika mereka menjadi pusat perhatian para wanita disana, ya jelas saja karena ketampanan serta kharisma mereka semua.

"Halo Dewa!"

"Hai Dewa tampan!"

Suara-suara itu diabaikan oleh Dewa Ganendra, sosok ketua geng tampan yang merupakan pemimpin dari ketiga teman-temannya itu.

Dewa dan teman-temannya adalah sekumpulan geng motor yang diberi nama bruiser, ya sesuai nama, mereka memang jago dalam berkelahi.

"Wa, makin banyak aja fans lu tuh!" ujar Kenzo, teman sekaligus wakil bruiser.

"Iya Wa, emang the best dah kharisma lu!" sahut Rifky, anggota bruiser yang suka bercanda.

"Udah deh, kalian gausah lebay gitu! Kalian semua kan udah pada tahu kalau fans gue banyak, jadi wajar ajalah." ucap Dewa.

"Iye iye.."

"Kak Dewa!" tiba-tiba saja seorang wanita cantik berdiri di hadapannya dan tersenyum menatapnya.

"Dewa, kamu mau kan terima tawaran aku kemarin?" tanya wanita itu pada Dewa.

Pertanyaan itu sontak membuat Rifky dan Kenzo terkejut, mereka menatap ke arah Dewa dengan penuh keheranan.

"Eh Wa, lu ditawarin apa sama Amel? Nginep berdua ya di oyo?" tanya Rifky spontan.

Tentu saja Dewa langsung menoyor kepala Rifky.

"Sembarangan lu kalo ngomong!" tegur Dewa.

"Tau ih kak Rifky! Mana mungkin aku berani ajakin kak Dewa buat nginep berdua?" sahut Amel, wanita yang menyukai Dewa sedari dulu.

"Ya siapa tahu aja kan? Demi cinta apapun kulakukan, termasuk menyerahkan tubuh sama harga diri." sarkas Rifky.

"Gak gitu juga lah kak, selagi masih bisa pake cara benar, buat apa pake cara salah?" ujar Amel.

"Siap deh siap! Terus, lu nawarin apa ke Dewa?" tanya Rifky lagi.

"Aku ajak kak Dewa pacaran sama aku," jawab Amel.

"Hah??" Rifky, Kenzo dan Lukman kompak terkejut.

Sementara itu, dari belakang tampak tiga orang bidadari cantik tak sengaja melihat keberadaan Dewa dan teman-temannya.

Ketiganya pun menghentikan langkahnya, menatap fokus ke depan untuk memastikan apakah memang mereka pemotor itu.

"Ra, itu kayaknya si pemotor yang tadi ketemu kita di jalan deh?" ujar Nur.

"Maybe, tapi biar pasti coba kita samperin aja yuk!" ucap Sahira.

"What??" Nur menganga lebar mendengar ucapan Sahira.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!