Datang ke bumi

Sahira, Nur serta Nawal kini telah turun ke bumi dengan wujud baru mereka sebagai manusia.

Bumi saat ini sudah jauh berbeda dibanding ketika terakhir kali mereka kesana.

"Wah ternyata bumi jadi makin indah ya sekarang! Aku pasti bakalan betah nih main-main disini!" ucap Nawal.

"Kamu bicara apa sih? Kita kesini itu untuk menjalankan misi dari ratu, bukan buat main-main!" tegur Nur.

"Ya santai dong Nur! Apa salahnya kalau sambil main ya kan? Toh kita juga perlu cari tahu dimana vampire itu mendarat," ujar Nawal.

"Iya, Nawal benar. Kita harus cari tahu dulu dimana lokasi mereka! Baru setelahnya, kita akan pantau mereka terus!" ucap Sahira.

"Tapi, gimana caranya kita bisa temuin mereka? Kita aja gak dikasih petunjuk apa-apa sama ratu, bakalan susah ini mah!" keluh Nur.

"Sabar Nur! Gak ada yang susah selagi kita mau berusaha, aku yakin kita pasti bisa temuin bangsa vampire itu!" ucap Sahira.

"Iya Nur, kamu semangat dong jangan lemes gitu! Mentang-mentang di bumi udah gak ada pacar kamu, terus kamu jadi loyo gitu?!" sahut Nawal.

"Ih kamu diem deh Nawal!" kesal Nur.

"Hehe.." Nawal nyengir tanpa rasa bersalah.

"Udah udah, jangan pada ribut sendiri! Kita harus kompak dan gak boleh terpecah belah!" ucap Sahira menengahi.

"Siapa yang ribut sendiri sih Sahira? Orang kita ribut berdua kok, aku sama Nur kan dihitung dua bukan satu." ucap Nawal.

"Terserah kamu aja deh Nawal!" ujar Sahira.

"Nah kan, kamu juga pusing kan hadapin dia? Ya itulah yang daritadi aku rasain, lagian ngapain sih ratu pake suruh dia ikut sama kita segala? Bukannya bantu malah ngerepotin!" ujar Nur.

"Ih kok gitu ngomongnya? Gini-gini aku jago tau, aku bisa kenalin yang mana manusia dan yang mana vampire!" ucap Nawal.

"Kalo itu mah bukan cuma kamu Nawal, tapi semua bidadari di nirwana juga bisa. Kamu gausah sombong punya kemampuan itu, kecuali kalau kamu bisa jadi Dewi, baru hebat!" ucap Nur.

"Oh gitu ya Nur? Yaudah, aku tinggal ubah aja nama aku jadi Dewi, gampang kan?" ujar Nawal.

"Ah suka-suka kamu ajalah!" kesal Nur.

Mereka kembali melangkah cepat menuju tempat tinggal yang sudah disiapkan oleh ratu Keira sebelumnya untuk mereka.

Setibanya disana, ketiganya cukup kagum dengan besarnya rumah tersebut. Bahkan, rumah itu lebih mewah dan besar dibanding sebelumnya.

"Waw rumahnya gede banget! Ini rumah apa istana bumi sih?" ujar Nawal merasa kagum.

"Tentu aja ini rumah, tapi rumah bidadari. Makanya bisa sebesar dan semewah ini," jawab Nur.

"Ih apa sih kamu? Orang aku gak bicara sama kamu, kenapa kamu yang jawab?" cibir Nawal.

"Ish nih anak bener-bener ngeselin ya! Mau aku hajar kamu?!" geram Nur.

"Tahan Nur tahan! Kamu jangan emosi gitu dong, sabar!" ucap Sahira.

"Tau ih emosian mulu jadi orang! Nanti cepet tua loh!" cibir Nawal.

"Aku gak bisa tua, aku kan bidadari. Kamu tuh yang keriputan nanti!" balas Nur.

"Lah kan aku bidadari juga sama kayak kamu, lupa ya? Makanya jangan emosian, jadinya pikun kan kamu!" ucap Nawal.

"Ih nih anak ngeselin banget!" Nur makin kesal dan berniat memukul Nawal, tetapi dihalangi oleh Sahira.

"Eh eh eh, tahan Nur tahan! Kita gak boleh berantem, kita harus kompak!" ucap Sahira.

"Abisnya tuh bocah satu ngeselin banget tau!" ucap Nur menunjuk ke Nawal.

"Aku bukan bocah, aku udah gede tau!" ujar Nawal.

"Diem kamu!" bentak Nur.

"Ih gak mau, kamu aja yang diam!" ucap Nawal.

Sahira menghela nafasnya mendengar keributan dua temannya itu.

Hari telah berganti, Sahira serta kedua temannya sudah memakai seragam sekolah mereka yang telah disiapkan oleh Sahira.

Nur tampak heran karena mereka harus kembali bersekolah seperti dulu, padahal yang ia harapkan mereka tidak perlu melakukan itu.

"Ish Sahira, ini kita sekolah lagi kayak dulu? Gak bisa apa kita gausah sekolah gitu?" tanya Nur.

"Gak bisa Nur, ini udah rencana ratu supaya penyamaran kita gak kebongkar." jawab Sahira.

"Tapi, kenapa harus sekolah SMA lagi? Kan bisa kita masuk ke kampus gitu, bosen tau sama suasana SMA. Udah dua kali loh kita sekolah SMA, emang kamu gak bosen?" ujar Nur.

"Mau gimana lagi Nur? Kita ikutin aja perintah ratu, kamu gausah ngeluh!" ucap Sahira.

"Iya Nur, jangan kebanyakan protes deh! Aku tenang-tenang aja tuh!" sahut Nawal.

"Diam kamu!" bentak Nur.

"Ih kamu aja yang diam!" balas Nawal.

"Udah udah jangan pada ribut terus! Kita harus berangkat sekarang, takut telat!" ujar Sahira.

"Iya, tapi ini kita naik apa? Rumah gede gak ada kendaraan yang bisa dinaikin," tanya Nur.

"Kata siapa? Ada kok kendaraan," jawab Sahira.

"Hah? Mana??" tanya Nur penasaran.

Cliingg...

"Tuh!" ucap Sahira seraya menunjuk ke sebuah mobil yang terparkir di hadapannya.

"Wih keren kamu Sahira! Kamu sekarang bisa sulap juga?" puji Nawal.

"Bukan sulap Nawal, tapi sihir." ucap Sahira.

"Ohh.." Nawal manggut-manggut saja.

"Terus, siapa yang nyetir? Pak Tirta?" tanya Nur.

"Ya enggak lah, kita kan cuma tinggal bertiga disini. Biar aku aja yang nyetir, gampang kok nyetir mobil jaman sekarang." ucap Sahira.

Sahira langsung melangkah masuk ke dalam mobilnya.

"Ih Sahira tunggu!" Nur berteriak dan menyusul Sahira masuk ke mobil.

"Sahira, Nur, itu pintu rumahnya gak dikunci?" tanya Nawal dengan teriakan lantang.

"Gausah!" ucap Sahira dari dalam mobil.

"Yakin? Gak takut dimaling?" tanya Nawal lagi.

"Siapa yang mau ambil barang-barang sihir sih Nawal? Itu semua gak nyata!" jawab Sahira.

"Oh gitu.." Nawal akhirnya ikut melangkah dan masuk ke dalam mobil.

Nawal duduk di belakang sendirian, tapi itu justru membuatnya nyaman karena bisa menguasai jok disana.

"Uhh nyamannya.." ucap Nawal yang kini tengah bersandar sembari memejamkan mata.

"Ah lebay!" cibir Nur.

"Kenapa? Iri ya? Makanya jangan ngeselin jadi orang!" ucap Nawal.

"Apa sih kamu?!" ujar Nur kesal.

"Udah udah, ini waktunya kita berangkat!" ucap Sahira.

"Oke! Tapi, kunci mobilnya mana?" tanya Nur.

"Sekarang gak perlu pake gituan lagi Nur, cukup pake ini." jawab Sahira menunjuk bibirnya.

"Hah? Maksudnya?" Nur tak mengerti.

Sahira tersenyum kemudian menelan saliva nya dan mulai berbicara, "Halo mobil!"

"Halo nona Sahira!" Nur serta Nawal langsung dibuat kaget ketika suara tersebut muncul.

"Hah? Siapa itu Sahira, Nur??" tanya Nawal.

"Ahaha, tadi itu suara mobil ini Nawal. Kamu dengerin aja ya, jangan bicara dulu!" ucap Sahira terkekeh kecil.

"Ohh, iya iya.." Nawal menurut dan membungkam mulutnya.

"Mobil, nyalakan mesin ya!" perintah Sahira.

Mesin mobil itu langsung menyala dalam seketika, membuat Nur dan Nawal makin kebingungan.

"Okay! Sekarang kita jalan!" ucap Sahira.

Ngeeengg...

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

harie insani putra

harie insani putra

mampir bentar akh

2022-10-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!