Tolong Gua, Coeg!!!
Kelas Andi ada di IPA 2. Kelas IPA yang derajat kebandelannya sama dengan anak-anak IPS. Andi cukup pendiam kalo di kelas. Ya bukan apa-apa ya, dia memang anaknya rada pendiam kalo tidak sedang dengan Anak Amak yang lain.
Duduknya paling belakang. Dengan otak yang tak seberapa itu, mikirin kali-kali aja otaknya tidak nyambung. Yang kali-kali malah dibagi, maksudnya dibagi sama orang sebelah biar dikerjain.
Dua hal yang paling ga Andi suka di kelas adalah pelajaran dan yang kedua itu adalah cewek huluk yang duduknya di depan itu. Siapa lagi cewek huluk sedunia akhirat kalau bukan dia. Sarah Veronika itu sekelas sama Andi dari kelas satu. Selama dua tahun itu mereka tidak pernah akur.
"Andi, lo kok diem banget. Godain kita-kita dong." Seonggok cabe kiloan mendekat ke Andi. Sudah makanan harian Andi kalau di kelas. Pedes-pedes tidak karuan gitu. Ya Andi mah laki-laki juga. Apalagi yang godain cabe-cabe bohay kaya gitu.
Pas bangetlah kaya cabe kiloan. Baju mereka ngepress banget ke tubuh mereka. Menunjukkan **** dan pinggul mereka yang tak seberapa bagi Andi. Soalnya masih banyak cewek melebihi mereka yang dekat dengannya. Bibir merah gincu udah serasa kaya teteh Syahniri lagi manggung di acara kondangan Rapi Ahmed kemarin. Roknya diketatin trus dibuat gantung, kalau berjalan prok-prok-prok kaya penguin berebut ikan. Astajim, sunggu terlalu kata Bang Haji, tenggelamkan! kata Bu Susi.
"Hai, cewek. Mau dibayar berapa sama om?" goda Andi dengan candaan. Kalau tidak dilayani, mereka tidak akan pergi.
"Lime puluh ribu aje om."
Andi langsung membuang muka. Sebelah tangannya memangku kepalanya. "Murahan loh! Pegi sana, nganggu aja."
"Lah, gua buka baju lo langsung on fire," kata seonggok cabe tersebut.
"Selera gua ga cabe kaya kalian. Sorry."
Para cabe kiloan meningglkan Andi tanpa imbalan. Andi mah ga selera sama samba lado kaya mereka. Bejat-bejat gitu dia masih selera sama yang biasa-biasa aja. Biar Andi sendiri membuat orang yang biasa itu jadi luar biasa di mata Andi, dipermak maksudnya. Tau kan? Hahahaha.
Pelajaran dimulai. Seperti biasanya, Sistem saraf Andi langsung melemah di bagian mata. Saraf sensorik mulai bekerja tidak sempurna, motorik mulai melemah untuk mengirim sinyal. Otak kekurangan suplai oksigen hingga Andi menguap berkali-kali. Njir ini kok kaya belajar biologi ....
Rasa kantuk melanda dirinya. Ya Andi langsung molor di belakang. Sudah kerjaan harian. Guru harap maklum sama makhluk yang satu ini.
Bel berbunyi, hal yang membuat telinga Andi berdiri. Guru belum selesai membereskan peralatannya di atas meja, Andi malah langsung pergi menuju ke kelas Andi. Biasanya mereka berkumpul di sana.
"Bro, yok. Nunggu apa lagi," panggil Andi ke mereka.
Ketiga Anak Amak langsung ngerti apa yang sedang Andi bicarakan.
Bak Genji jalan sama gengnya, Andi berjalan songong diikuti sama Anak Amak yang lain. Empat berandalan ini bahkan disegani sama kakak kelasnya. Ga semua sih, ada satu yang ga ada segan-segannya sama mereka.
"Horraaa!!!! Nani yo stendayouuuu .... Serizawaaaaa!!!"
Adik kelas yang cowok pada minggir di jalan, begitu pula kakak kelas yang culunnya kaya anak-anak yang pake baju hijau di game Bully. Kalau lo main game Buly PS2 pasti tau, biasanya nongkrong di sekitaran perpustakaan. Lain hal dengan anak cewek, mereka terpana melihat oppa-oppa yang sedang berjalan bersama di sana.
Ada satu tempat yang jadi rebutan pentolan berandal sekolah. Tempat yang jadi markas ngerokok anak-anak di sekolah. Biasanya yang rebutan itu, Anak Amak dan satu kelompok anak kelas 12, yang mereka namai diri mereka denga sebutan Kodomo, Komplotan Domino Momon. Momon itu adalah nama kedai tempat biasa mereka nongkrong.
Kalau berandal kelas 10 mah baiknya ngalah aja sama mereka, kalo ga mau digebukin.
"Komplotan Kevin belum datang. Kita make duluan cepat. Ntar malah ribut." Andi langsung bergerak cepat membuka WC yang jadi rebutan mereka selama ini.
Bukannnya boker, eh malah ngerokok. Mereka ga jijik berbagi asap di tempat begituan. Yang penting mah sakaw rokoknya lepas
Andi langsung ngebuka rokok malrobo yang baru saja mereka beli tadi. Kalau Nanang tinggal di luar untuk melihat kondisi biar tidak ada guru yang grebek mereka bertiga. Kalau kena grebek, kan jadi barabe masalahnya.
"Cepet lo Lix, ntar gantian sama Nanang. Kasian tuh nungguin di luar," kata Agus. Felix ngangguk, dia ngerti. Udah berkali-kali mereka ngelakuin ini.
Andi sudah menghabisi setengah batang, sementara Felix udah tinggal puntungnya. Agus sengaja ga ngerokok duluan biar nanti sama Nanang aja ngisapnya.
"Lu keluar cepet. Jagain kami." Agus mendorong Felix keluar.
"Ah kan gua bilang jangan beli Malrobo. Gua suka cita rasa nusantara." Andi protes sama rokoknya.
"Ah bacot lu, njing. Isap aja udah."
Agus menutup pintu WC yang tidak ditutup oleh Felix waktu keluar tadi. Tinggallah mereka berdua memadu kasih di dalam WC. Sudah dua menit mereka ngisap-ngisapan. Bukan ngisapin batang yang itu yah. Batang rokok maksudnya. Sementara itu, Nanang belum juga masuk ke WC.
"Coeg, Nanang mana ya? Kok ga masuk?" tanya Agus kepada Andi.
"Ntah, paling lagi keasikan ngeliatin **** kakak kelas."
"Njir, Nanang memang berbakat jadi muridnya gua."
"Itu si Ina gede tau ga? Kemarin itu tuh dia pake baju olahraga, trus ........."
Sesuatu menghantam pintu WC. Agus dan Andi jadi jantungan. Mereka kira Pak Marlan, guru Penjas mereka sedang grebek markas ngerokok mereka. Agus membuka pintu. Yang mereka lihat hanyalah .....
"Tolong gua, coeg!" Nanang terkapar dengan hidungnya yang berdarah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Diana
yaelah thor, semua di tandai +21. lhah aku yg 21 kurang dikit cuma berani ngintip eh ternyata dimananya yg 21???? 🤣🤣🤣
2021-12-16
0
ayyona
ini genk gedenya jadi apa 😅😅😅
2020-12-22
0